Hilirisasi Industri: Jurus Menaker Ciptakan Lapangan Kerja Baru?

Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, berkomitmen penuh untuk mengoptimalkan penciptaan lapangan kerja formal pada tahun depan melalui implementasi gencar program hilirisasi. Strategi ambisius ini diharapkan mampu mendongkrak kontribusi lapangan kerja formal hingga mencapai target 37,95%.

Pemerintah telah menetapkan tiga sektor industri kunci yang akan menjadi fokus utama program hilirisasi pada tahun 2026, yaitu pertanian, kelautan, dan perikanan. Sejalan dengan upaya ini, proyeksi investasi nasional juga menunjukkan peningkatan signifikan, di mana total nilainya diperkirakan melonjak 20,35% pada tahun 2026. Angka tersebut naik dari target tahun ini sebesar Rp 6.910 triliun menjadi Rp 7.450 triliun.

“Tahun ini saja sudah ada beberapa proyek hilirisasi yang berjalan. Tahun depan, program hilirisasi ini akan menjadi sumber utama penciptaan lapangan kerja, sekaligus meningkatkan kualitas kerja yang lebih baik bagi masyarakat,” ungkap Yassierli saat memberikan keterangan di Istana Kepresidenan Jakarta pada Minggu (17/8).

Lebih lanjut, Yassierli memaparkan bahwa pemerintah masih menghadapi berbagai pekerjaan rumah (PR) menjelang perayaan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia. Isu-isu krusial terkait kesejahteraan dan perbaikan ekosistem ketenagakerjaan menjadi prioritas. Oleh karena itu, Yassierli menegaskan bahwa tema perayaan HUT RI ke-80 sangat selaras dengan semangat pemerintah dalam menangani tantangan-tantangan tersebut.

Tema HUT RI ke-80 yang diusung adalah “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”. Menurut Yassierli, elemen “Bersatu” mengandung makna seruan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bergotong royong dalam memperbaiki ekosistem ketenagakerjaan di tanah air, menciptakan sinergi yang kuat demi kemajuan bersama.

“Kedua, arti ‘sejahtera’ bagi kami adalah peningkatan kesejahteraan buruh dan para pekerja. Selain itu, industri kita harus terus maju. Maka dari itu, arti ‘Indonesia Maju’ bagi kami adalah terwujudnya Indonesia yang produktif,” jelas Yassierli, menggarisbawahi pentingnya peningkatan kapabilitas dan daya saing bangsa.

Namun, tantangan produktivitas masih membayangi. Data dari Organisasi Produktivitas Asia (APO) menunjukkan bahwa pertumbuhan produktivitas buruh Indonesia belum pernah menembus angka 4% sejak tahun 2012, di luar periode pandemi Covid-19. Meskipun sempat mencapai puncak tertinggi sebesar 10,31% secara tahunan pada 1995 dan 9,86% pada 2021, fluktuasi masih kerap terjadi.

Ironisnya, produktivitas buruh nasional pernah mengalami penurunan drastis hingga minus 4,99% pada 1978 dan minus 2,58% pada 2020. Akibatnya, rata-rata pertumbuhan produktivitas tenaga kerja selama rentang waktu 2013 hingga 2022 hanya mencapai 2,6% per tahun. Angka ini semakin menguatkan urgensi strategi pemerintah untuk mendorong produktivitas dan menciptakan lapangan kerja berkualitas melalui program hilirisasi.

Ringkasan

Menteri Ketenagakerjaan menargetkan penciptaan lapangan kerja formal melalui program hilirisasi, dengan fokus pada sektor pertanian, kelautan, dan perikanan pada tahun 2026. Program ini diharapkan meningkatkan kontribusi lapangan kerja formal hingga 37,95% dan didukung oleh peningkatan investasi nasional sebesar 20,35% menjadi Rp 7.450 triliun pada tahun 2026.

Pemerintah juga menekankan pentingnya perbaikan ekosistem ketenagakerjaan dan peningkatan kesejahteraan buruh, sejalan dengan tema HUT RI ke-80 yaitu “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”. Meskipun demikian, tantangan produktivitas buruh masih menjadi perhatian, mengingat pertumbuhan produktivitas yang belum optimal sejak 2012, sehingga hilirisasi diharapkan dapat mendorong produktivitas dan menciptakan lapangan kerja berkualitas.

Leave a Comment