Muamalat.co.id JAKARTA – Intip rangkuman berita pilihan Bisnis Indonesia Premium edisi Selasa, 2 September 2025! Mulai dari analisis mendalam terkait anjloknya IHSG hingga strategi berbeda tiga raksasa energi (PGEO, BREN, dan DSSA) dalam mengembangkan panas bumi.
1. Mengungkap Faktor di Balik Kejatuhan IHSG Lebih dari 3% di Tahun 2025

Perdagangan saham diwarnai kepanikan pada Senin, 1 September 2025, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat merosot tajam hingga 3,75%. Meskipun akhirnya berhasil memangkas kerugian, IHSG tetap ditutup di zona merah dengan penurunan 1,21% ke level 7.736,07. Sebenarnya, ini bukan kali pertama IHSG mengalami penurunan signifikan di tahun 2025, bahkan sempat memicu penghentian sementara perdagangan Bursa.
Menurut catatan Bisnis.com, penurunan IHSG lebih dari 3% pertama kali terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, dengan koreksi sebesar 3,31% yang menyeret indeks ke level 6.270,6.
2. Perak Sentuh US$40: Analis Ungkap Target Harga Terbaru
Harga perak kembali berkilau! Untuk pertama kalinya sejak 2011, perak diperdagangkan di atas US$40 per ons. Sentimen positif ini didorong oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (Federal Reserve) pada bulan ini. Langkah ini diyakini akan meningkatkan daya tarik investor terhadap aset logam mulia. Lalu, bagaimana proyeksi harga perak selanjutnya?
Pada perdagangan Senin (1/9/2025), harga perak spot melonjak 2,6% menjadi $40,75 per ons. Secara year to date (YtD), harga perak telah meroket 40%, sejalan dengan reli komoditas logam lainnya seperti emas, platinum, dan paladium. Sementara itu, harga emas spot juga mencatatkan kenaikan 0,7% di awal pekan, mencapai level tertinggi sejak April 2025.
3. Kisah Investor Panama di Balik HITS: Emiten Tommy Soeharto Gelar Tender Sukarela
PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. (HITS) menuntaskan pembayaran tender sukarela pada Senin, 1 September 2025. Menariknya, investor asal Panama tetap menjadi salah satu pemegang saham perusahaan, bersanding dengan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto.
Sebagai informasi, penawaran tender sukarela ini merupakan bagian dari strategi HITS untuk melakukan delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi perusahaan tertutup (go private).
4. Duel Emiten Sawit Milik TP Rachmat: TAPG vs DSNG, Siapa Lebih Unggul?
Dua emiten sawit milik konglomerat Theodore Permadi Rachmat atau TP Rachmat, yaitu PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG), diprediksi akan terus menjadi penggerak utama sektor perkebunan di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2025.
Prospek cerah ini didukung oleh beberapa faktor, termasuk peningkatan produksi tandan buah segar (TBS), perbaikan margin keuntungan berkat efisiensi biaya, serta tren harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang diperkirakan akan tetap stabil, meskipun terdapat potensi tekanan dari kondisi ekonomi global.
5. Strategi Panas Bumi Ala PGEO, BREN, dan DSSA: Siapa yang Akan Mendominasi?
Para pemain utama di sektor energi geotermal, seperti PGEO, BREN, dan DSSA, menerapkan pendekatan yang berbeda dalam mencapai target pengembangan. PGEO memilih untuk mengedepankan sinergi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sementara BREN fokus mengoptimalkan aset yang sudah ada.
Di sisi lain, DSSA menjalin kolaborasi dengan mitra strategis untuk mengembangkan proyek geotermal. Dengan strategi yang berbeda-beda, siapakah di antara PGEO, BREN, dan DSSA yang akan muncul sebagai pemain dominan dalam proyek panas bumi di masa depan?
Ringkasan
Artikel ini membahas rangkuman berita pilihan, termasuk analisis kejatuhan IHSG di tahun 2025 dan strategi pengembangan panas bumi oleh PGEO, BREN, dan DSSA. IHSG mengalami penurunan signifikan beberapa kali di tahun 2025, memicu perhatian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ketiga perusahaan energi tersebut memiliki pendekatan yang berbeda dalam pengembangan panas bumi, dengan PGEO mengutamakan sinergi BUMN, BREN fokus pada optimasi aset, dan DSSA menjalin kemitraan strategis.
Selain itu, artikel menyoroti kenaikan harga perak yang mencapai level tertinggi sejak 2011, didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Kemudian, membahas tender sukarela HITS yang melibatkan investor Panama, serta persaingan antara dua emiten sawit milik TP Rachmat, yaitu TAPG dan DSNG. Keduanya diprediksi menjadi penggerak utama sektor perkebunan di IHSG dengan prospek cerah didukung oleh peningkatan produksi dan harga CPO yang stabil.