Muamalat.co.id JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi perdagangan Senin (10/11) dengan pelemahan tipis sebesar 0,04%, mendarat di level 8.391,24. Penurunan ini terjadi meskipun sepanjang durasi perdagangan, mayoritas pergerakan IHSG berada di zona hijau, mengejutkan banyak pihak yang sebelumnya melihat momentum penguatan.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menyoroti bahwa koreksi yang dialami IHSG ini relatif selaras dengan prediksi awal. Menurutnya, indeks saham tersebut memang rawan terkoreksi atau hanya berpotensi menguat secara terbatas pada hari itu. Sektor keuangan disebut-sebut menjadi faktor pemberat bagi kinerja IHSG, meskipun pada saat yang sama kurs rupiah justru menunjukkan penguatan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Herditya menjelaskan, “Koreksi tersebut cukup wajar, mengingat IHSG telah mengalami rally dan sempat mencatatkan all time high (ATH) terbarunya.” Pernyataan ini mengindikasikan bahwa aksi ambil untung (profit taking) adalah respons alami setelah periode kenaikan yang kuat.
Rupiah Ditutup Menguat pada Senin (10/11), Begini Proyeksinya pada Selasa (11/11)
Senada, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, mengemukakan bahwa IHSG berada dalam posisi overbought atau jenuh beli, yang menjadi pemicu utama pelemahan di awal pekan. Padahal, sentimen optimisme terhadap perbaikan ekonomi nasional, peningkatan likuiditas, serta ekspektasi positif dari sejumlah aksi korporasi emiten telah berfungsi sebagai katalis positif yang seharusnya menopang pergerakan IHSG.
Salah satu sentimen positif yang sempat menyertai IHSG adalah realisasi Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menunjukkan peningkatan signifikan. IKK melonjak dari level 115 pada September 2025 menjadi 121,2 pada Oktober 2025, mencapai level tertinggi sejak April 2025. Kenaikan IKK ini merupakan indikasi kuat bahwa masyarakat semakin optimistis terhadap kondisi ekonomi nasional, baik saat ini maupun proyeksi masa depan.
Di kancah internasional, mayoritas indeks bursa Asia justru ditutup menguat. Kinerja positif ini banyak dipengaruhi oleh kebijakan terbaru dari Tiongkok yang mencabut sejumlah pembatasan ekspor mineral penting dan material tanah jarang ke AS. Langkah ini ditafsirkan sebagai sinyal positif bahwa kesepakatan dagang antara kedua negara adidaya tersebut masih berlaku dan berpotensi membaik.
Sementara itu, perhatian investor juga akan tertuju pada rilis data ekonomi dari Eropa. Pada Selasa (11/11), Inggris dijadwalkan merilis data tingkat pengangguran untuk September 2025 yang diperkirakan naik tipis ke level 4,9%, dibandingkan 4,8% pada Agustus 2025. Jerman pun akan mempublikasikan data ZEW Economic Sentiment Indeks untuk November 2025, dengan proyeksi kenaikan ke level 42,5 dari 39,3 pada Oktober 2025, yang dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai prospek ekonomi Eropa.
Secara teknikal, Alrich melanjutkan analisisnya, histogram positif MACD memang menunjukkan peningkatan seiring dengan momentum penguatan IHSG. Namun, Stochastic RSI telah memasuki area overbought dan berpotensi membentuk Death Cross, yang diiringi oleh peningkatan volume jual. Alhasil, dalam jangka pendek, IHSG diperkirakan akan mengalami minor pullback sebagai akibat dari aksi ambil untung.
Kendati demikian, Alrich optimistis bahwa selama IHSG mampu bertahan di atas level krusial 8.300 hingga 8.340, kondisi bullish indeks masih memiliki potensi untuk berlanjut. Untuk perdagangan Selasa (11/11) besok, Alrich memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran 8.300—8.470. Beberapa saham yang direkomendasikan untuk dicermati investor antara lain PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Central Omega Resources Tbk (DKFT), PT Archi Indonesia Tbk (ARCI), dan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA).
Di lain pihak, Herditya memperkirakan IHSG masih berpotensi mengalami koreksi pada hari berikutnya. Ia menempatkan level support di 8.381 dan resistance di 8.419. Beberapa saham yang menarik untuk dicermati investor menurut Herditya meliputi PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) dengan target harga Rp 1.105—Rp 1.150 per saham, PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) dengan target Rp 3.520—Rp 3.600 per saham, dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dengan target Rp 935—Rp 1.030 per saham.
Kinerja Sejahteraraya (SRAJ) Tertekan pada Kuartal III-2025, Cek Rekomendasi Sahamnya
Ringkasan
IHSG ditutup melemah tipis pada Senin (10/11) di level 8.391,24 setelah sebelumnya sempat berada di zona hijau. Analis menilai koreksi ini wajar setelah mengalami rally dan mencapai all time high, dengan sektor keuangan menjadi pemberat. Sentimen positif seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang meningkat tidak cukup kuat untuk menahan aksi ambil untung.
Untuk perdagangan Selasa (11/11), IHSG diperkirakan masih berpotensi mengalami koreksi atau minor pullback. Analis memproyeksikan pergerakan IHSG berada di kisaran 8.300—8.470 dan merekomendasikan beberapa saham untuk dicermati, termasuk MBMA, TOWR, DKFT, ARCI, dan HRTA. Level support dan resistance yang perlu diperhatikan adalah 8.381 dan 8.419.