KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Jumat (5 Desember 2025) di level 8.632,76, sedikit melemah 0,09%. Meskipun demikian, dalam sepekan terakhir, IHSG mencatatkan penguatan yang cukup signifikan sebesar 1,07% atau 91,19 poin.
Pada hari yang sama, IHSG sempat mencicipi rekor tertinggi *intraday* di angka 8.689 sebelum akhirnya terkoreksi menjelang penutupan. Analis Teknikal BRI Danareksa Sekuritas, Reza Diofanda, menjelaskan bahwa reli mingguan IHSG ini didukung oleh kombinasi sentimen positif baik dari dalam maupun luar negeri.
Dari sisi domestik, pasar saham Indonesia mendapatkan angin segar dari stabilitas indikator-indikator makroekonomi utama. Surplus neraca perdagangan yang berkelanjutan, inflasi yang terkendali, serta Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang masih berada di zona ekspansif menjadi pendorong utama.
“Fundamental ekonomi domestik yang solid inilah yang meningkatkan kepercayaan diri para pelaku pasar,” ungkap Reza kepada Kontan, Jumat (5 Desember 2025). Ia menambahkan, selama momentum positif dari data-data domestik ini terus berlanjut, potensi tekanan jangka pendek pada IHSG diperkirakan akan relatif terbatas.
IHSG Terkoreksi 0,09% ke 8.632 pada Jumat (5/12), DSSA, MAPI, AKRA Top Losers LQ45
Di sisi lain, dari kancah global, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), memberikan sentimen positif dan meningkatkan *risk appetite* para investor secara global. Reza menekankan bahwa perkembangan kebijakan moneter AS masih akan menjadi faktor penentu utama arah pergerakan pasar saham di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
“Pelaku pasar saat ini masih menantikan konfirmasi yang lebih jelas dari The Fed terkait dengan kebijakan suku bunga. Namun, ekspektasi pemangkasan suku bunga sudah cukup kuat untuk menjaga stabilitas IHSG,” jelasnya.
Ke depannya, sentimen pasar diperkirakan akan dipengaruhi oleh sejumlah rilis data ekonomi global penting, termasuk perkembangan kebijakan moneter AS dan data perdagangan China, yang dapat memengaruhi aliran modal asing (capital inflow) ke pasar saham Indonesia.
Prospek Cerah IHSG di 2026, Simak Kata Analis
Sementara itu, dari dalam negeri, data penjualan sepeda motor, Indeks Keyakinan Konsumen, serta data penjualan ritel akan menjadi indikator penting untuk mengukur keberlanjutan momentum penguatan IHSG. Data-data ini akan memberikan gambaran lebih jelas tentang kondisi konsumsi dan kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian Indonesia.
Ringkasan
IHSG mencatatkan penguatan sebesar 1,07% dalam sepekan terakhir, meskipun pada hari Jumat mengalami koreksi tipis 0,09% dan ditutup pada level 8.632,76. Kenaikan ini didorong oleh kombinasi sentimen positif dari dalam dan luar negeri, termasuk stabilitas indikator makroekonomi domestik seperti surplus neraca perdagangan dan inflasi yang terkendali.
Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed juga meningkatkan selera risiko investor secara global. Data ekonomi global penting, seperti kebijakan moneter AS dan data perdagangan China, serta data domestik seperti penjualan sepeda motor dan indeks keyakinan konsumen, diperkirakan akan memengaruhi sentimen pasar ke depannya.