Serangan brutal Israel di Jalur Gaza justru meningkatkan kekuatan pejuang Hamas, demikian ungkap Rafael Hayon, warga Netivot yang sebelumnya telah memperingatkan IDF (Israel Defense Forces) tentang komunikasi antara Hamas dan Jihad Islam pada tahun 2023. Hayon, yang pernah membangun sel intelijen di rumahnya untuk menyadap komunikasi kedua kelompok tersebut, menyatakan bahwa pelatihan intensif dan perekrutan besar-besaran telah memperkuat Hamas secara signifikan.
Pengalaman Hayon sebagai sumber intelijen memberikan wawasan yang unik. Pada tahun 2023, peralatan pendengarannya disita oleh IDF karena dianggap membahayakan pasukan tempur. Namun, informasi yang berhasil ia kumpulkan sebelum penyitaan tersebut mengungkap perubahan strategi tempur Hamas yang dramatis. Mereka kini berfokus pada pelatihan bawah tanah, di luar jangkauan IDF, dan menggunakan taktik gerilya yang lebih efektif.

Menurut Hayon, Hamas telah mengubah cara berperang. “Dulu mereka bertempur di atas tanah, sekarang mereka hanya bertempur di bawah tanah. Mereka hampir tidak terekspos,” ujarnya kepada Maariv. Selain itu, penggunaan kamera untuk penyiaran real-time dan penyelundupan senjata yang lolos deteksi IDF menunjukkan peningkatan kemampuan logistik dan teknologi mereka.
Perubahan strategi ini, menurut Hayon, telah meningkatkan efektivitas tempur Hamas secara luar biasa. Ia menyatakan bahwa “satu pejuang Nukbah hari ini bernilai sepuluh pejuang Nukbah pada 7 Oktober.” Kemampuan bertahan hidup yang lebih tinggi, kondisi tempur yang lebih baik, dan metode gerilya yang disempurnakan menjadi faktor kunci peningkatan kekuatan mereka. Hal ini semakin diperkuat oleh pernyataan Hayon bahwa Hamas “belajar dan dalam proses pembelajaran, mereka mengubah semua taktik mereka.”
Hayon juga menekankan bahwa kendali Hamas atas situasi di Gaza masih sangat kuat dan serangan Israel belum mampu melumpuhkan organisasi tersebut. “Hamas sepenuhnya memegang kendali; pukulan yang dialami organisasi ini tidak cukup untuk menjatuhkannya,” tegasnya. Ia menyatakan keprihatinannya karena situasi sebenarnya di Gaza belum sepenuhnya tersampaikan kepada publik, menegaskan bahwa “Hamas tidak berhenti; mereka terus bertambah kuat.” Keberadaan sandera, menurut Hayon, juga menjadi faktor yang menjaga situasi status quo dan mencegah serangan skala besar dari Israel. Mereka menyadari bahwa para sandera merupakan jaminan keselamatan mereka.
Ringkasan
Saksi mata Rafael Hayon, mantan sumber intelijen Israel, mengungkapkan peningkatan kekuatan Hamas pasca serangan Israel di Jalur Gaza. Hayon, yang pernah menyadap komunikasi Hamas dan Jihad Islam, menyatakan bahwa pelatihan intensif dan perekrutan besar-besaran telah meningkatkan kemampuan tempur Hamas secara signifikan. Mereka kini mengadopsi taktik gerilya bawah tanah yang lebih efektif dan sulit dideteksi IDF.
Hamas telah meningkatkan kemampuan logistik dan teknologi, termasuk penggunaan kamera untuk siaran real-time dan penyelundupan senjata yang efektif. Menurut Hayon, efektivitas tempur Hamas meningkat drastis, dan kendali mereka atas Gaza tetap kuat. Serangan Israel belum mampu menjatuhkan Hamas, yang terus berkembang dan menguasai situasi, termasuk dengan adanya sandera yang menjadi jaminan keselamatan mereka.