Kalbe Farma (KLBF) Catat Kinerja Positif Semester I-2025, Cek Rekomendasi Analis

Muamalat.co.id JAKARTA. Emiten farmasi terkemuka, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), berhasil membukukan performa positif yang mengesankan pada semester I-2025. Capaian ini terjadi di tengah bayang-bayang sentimen menantang seperti fluktuasi nilai tukar rupiah dan tekanan pada daya beli masyarakat yang diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir tahun.

Perseroan melaporkan penjualan Kalbe Farma mencapai Rp 17,1 triliun selama paruh pertama 2025, menandai pertumbuhan sehat sebesar 4,6% secara tahunan (year on year/yoy). Kenaikan ini terutama ditopang oleh kinerja solid di segmen farmasi, distribusi, dan kesehatan konsumen, meskipun segmen nutrisi masih menghadapi tantangan. Tak hanya itu, laba bersih Kalbe Farma pada periode yang sama melesat 9,4% yoy, mencapai Rp 1,97 triliun. Peningkatan laba ini didorong oleh ekspansi margin yang efektif dan kontribusi yang lebih tinggi dari pos-pos non-operasional.

Kalbe Farma Tbk (KLBF) Terseret Sentimen Daya Beli dan Rupiah

Menurut Vita Lestari, seorang Analis dari Sinarmas Sekuritas, kekuatan utama pertumbuhan segmen farmasi Kalbe Farma bersumber dari obat generik tanpa merek. Sementara itu, penjualan obat generik bermerek masih menunjukkan tren yang lebih moderat. Pada kuartal II-2025, segmen farmasi mencatatkan pertumbuhan 6% yoy, sehingga pendapatan segmen farmasi pada semester I-2025 mencapai Rp 4,9 triliun, tumbuh 9,4% yoy.

KLBF Chart by TradingView

Peningkatan signifikan di segmen farmasi ini didorong oleh beberapa faktor kunci: pemulihan permintaan untuk produk-produk khusus, volume penjualan obat generik tanpa merek yang kuat, serta perluasan akses melalui e-catalog. Lebih lanjut, data menunjukkan bahwa penjualan obat generik tanpa merek melonjak 18% yoy, produk berlisensi tumbuh 16% yoy, sementara obat generik bermerek naik moderat 2% yoy sepanjang semester pertama 2025.

Vita Lestari juga menyoroti investasi strategis Kalbe Farma dalam produk biologis, termasuk pengembangan insulin dan terapi sel, serta ekspansi portofolio vaksin. Inisiatif jangka panjang ini dipandang sebagai pilar penting yang akan memperkuat daya saing perseroan di masa depan.

Ini Strategi Kalbe Farma (KLBF) Mitigasi Pelemahan Rupiah

Sementara itu, Muhammad Heru, Analis dari Phintraco Sekuritas, menggarisbawahi tren positif di industri kimia, farmasi, dan obat tradisional secara keseluruhan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi pertumbuhan industri ini mencapai 11,60% yoy pada kuartal II-2025. Indeks Manajer Pembelian (PMI) sektor ini juga konsisten di zona ekspansif, tercatat 50,31 pada kuartal II-2025, sebuah tren yang berlanjut sejak kuartal IV-2023.

“Industri ini masih memiliki ruang tumbuh yang substansial, mengingat kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp 108,6 triliun pada kuartal II-2025,” ungkap Heru dalam risetnya pada 4 September 2025. Sejalan dengan potensi tersebut, Kalbe Farma terus agresif dalam mendorong inovasi dan menjalin kolaborasi strategis.

Tahun lalu, perseroan meresmikan pabrik radiofarmasi untuk memproduksi Fluorodeoksiglukosa (FGD) sebagai deteksi dini kanker. Selain itu, Kalbe Farma berkolaborasi dengan GE HealthCare untuk membangun fasilitas produksi CT-Scan pertama di Indonesia, serta membentuk usaha patungan dengan Livzon Pharmaceutical Group Inc. dari Tiongkok demi memproduksi bahan aktif farmasi (API). Untuk segmen kesehatan konsumen dan nutrisi, Kalbe berkomitmen menghadirkan produk-produk yang tidak hanya inovatif tetapi juga terjangkau dan praktis bagi masyarakat.

Kalbe Farma (KLBF) Siap Kebut Ekspansi di Semester II-2025, Cek Rekomendasi Sahamnya

Menatap semester kedua, prospek kinerja Kalbe Farma tetap menjanjikan. Harry Su, Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, memproyeksikan perseroan akan membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 5,4% yoy pada tahun 2025, ditopang oleh segmen distribusi dan resep, dengan estimasi pertumbuhan laba bersih mencapai 8% yoy.

“Sentimen kunci yang masih perlu dicermati hingga akhir tahun adalah pergerakan nilai tukar rupiah dan tingkat daya beli masyarakat,” tambah Harry. Senada dengan optimisme tersebut, Vita Lestari mengestimasikan pendapatan Kalbe Farma pada tahun 2025 akan mencapai Rp 34,14 triliun dan laba bersih sebesar Rp 3,58 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pendapatan tahun 2024 yang tercatat Rp 32,62 triliun dengan laba bersih Rp 3,24 triliun.

Saham KLBF Terus Melorot, Proyeksi Kinerja Kalbe Farma Betulan Sudah tak Berotot?

Meskipun volatilitas pasar dan beberapa sentimen negatif kerap membayangi pergerakan saham KLBF, konsensus tiga analis terkemuka – Vita, Heru, dan Harry – justru kompak merekomendasikan ‘beli’ untuk saham ini. Mereka menetapkan target harga yang bervariasi: Rp 1.450 dari Vita, Rp 1.640 dari Heru, dan Rp 1.600 per saham dari Harry, mengindikasikan kepercayaan terhadap potensi pertumbuhan jangka panjang Kalbe Farma.

Leave a Comment