JAKARTA – Kinerja bank-bank besar nasional menunjukkan dinamika yang menarik sepanjang delapan bulan pertama tahun 2025. Data hingga Agustus memperlihatkan tren yang bervariasi, di mana bank swasta awalnya memimpin dengan capaian laba yang lebih solid secara kumulatif. Namun, peta persaingan mulai bergeser pada Agustus, ketika bank-bank milik negara (BUMN) berhasil membukukan kenaikan laba bulanan, berbanding terbalik dengan sebagian bank swasta yang justru mengalami perlambatan.
Sebagai contoh, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) masih mencatat kontraksi laba sebesar 8,6% secara tahunan dalam periode Januari–Agustus. Meskipun demikian, bank berlogo pita kuning ini telah menunjukkan konsistensi dalam peningkatan laba bulanan sejak Juni 2025. Pola serupa juga terlihat pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), yang berhasil meraih kenaikan laba pada Agustus dibandingkan Juli, meskipun secara akumulatif delapan bulan pertama, laba bank ini masih terkontraksi 9,93%.

Di sisi lain, perbankan swasta mulai merasakan tekanan pada kinerja bulanannya. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), misalnya, mengalami penurunan laba pada Agustus, meskipun secara kumulatif delapan bulan pertama masih membukukan pertumbuhan positif. Tekanan yang sama juga dihadapi oleh beberapa bank swasta lainnya seperti PT Bank OCBC NISP Tbk, PT Bank Panin Tbk, dan PT Bank SMBC.
Senior Vice President LPPI, Trioksa Siahaan, menganalisis bahwa perbedaan kinerja laba antarbank besar ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing institusi dalam menjaga kualitas aset produktif dan efisiensi operasional. “Kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, terutama daya beli masyarakat, masih menjadi faktor penahan laju ekspansi kredit di sektor riil,” jelas Trioksa pada Senin (6/10/2025).
Lebih lanjut, Trioksa memproyeksikan bahwa prospek kinerja bank swasta ke depan akan semakin selaras dengan bank BUMN. Kunci utamanya terletak pada bagaimana bank-bank tersebut mengelola aset produktif dan meningkatkan efisiensi operasional secara berkelanjutan.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, memiliki pandangan yang lebih optimis. Ia menilai bahwa kinerja bank-bank KBMI IV (kelompok bank dengan modal inti terbesar) telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan sejak Juli dan semakin kuat pada Agustus 2025. Menurut Nafan, pemulihan ini didorong oleh peningkatan permintaan kredit berkualitas tinggi, serta dampak positif dari penurunan biaya kredit dan suku bunga acuan. “Peluang penguatan di kuartal IV masih terbuka lebar,” ujarnya penuh keyakinan.
Nafan menambahkan, momentum positif ini merupakan peluang emas bagi bank-bank besar untuk mencatat pertumbuhan yang berkelanjutan. Dari perspektif valuasi, saham-saham perbankan besar masih tergolong undervalued berdasarkan rasio harga terhadap nilai buku (PBV). Selain itu, prospek pembagian dividen juga menjadi daya tarik yang signifikan bagi para investor. “Komitmen bank-bank besar terhadap dividen masih kuat, sehingga ini sangat menarik bagi investor berorientasi dividen, terutama menjelang potensi pembagian dividen interim,” kata Nafan.
Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa bank swasta cenderung lebih agresif dalam menyalurkan kredit, namun tetap mampu menjaga kualitas pertumbuhan serta risiko kredit bermasalah (NPL) dengan baik. “Beberapa bank swasta terbukti mampu menjaga kualitas kredit mereka,” imbuhnya. Dengan dukungan kebijakan moneter yang akomodatif dan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, Nafan memperkirakan sektor perbankan akan tetap menjadi primadona investor hingga akhir tahun 2025. Ia merekomendasikan saham BBNI dengan target harga Rp 4.470, BMRI Rp 4.530, BBCA Rp 8.100, BBRI Rp 4.030, dan BNGA Rp 1.740 per saham.