Muamalat.co.id JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menghadapi penurunan laba bersih signifikan sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Meskipun demikian, prospek saham BMRI dinilai tetap menarik oleh Maybank Sekuritas Indonesia, yang mengindikasikan optimisme terhadap kinerja jangka panjang bank pelat merah tersebut.
Melihat kondisi ini, Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Jeffrosenberg Chenlim, dengan tegas mempertahankan rekomendasi beli untuk saham Bank Mandiri (BMRI). Target harga yang dipatok cukup ambisius, yakni Rp 5.000 per saham, didasarkan pada valuasi 1,6 kali FY26E P/BV. Penutupan perdagangan Jumat (31/10) sendiri mencatat saham BMRI berada di level Rp 4.720, mengalami penurunan 1,67%.
Jeffrosenberg mengakui bahwa pertumbuhan laba BMRI masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan. Beban operasional (opex) yang tinggi dan tekanan pada margin menjadi sorotan utama. Selain itu, potensi pelemahan kualitas aset, khususnya pada segmen kredit usaha kecil dan menengah (UKM) serta konsumer, juga patut diwaspadai, sejalan dengan tren umum di industri perbankan nasional. Kendati valuasi saham saat ini menawarkan potensi kenaikan yang menjanjikan, prospek jangka pendek BMRI menurutnya tetap memerlukan kehati-hatian.
Hingga September 2025, Bank Mandiri (BMRI) melaporkan laba bersih sebesar Rp 37,7 triliun, angka ini menurun 10,2% secara tahunan (YoY). Hasil tersebut baru mencapai 72% dari estimasi Maybank Sekuritas dan 74% dari konsensus pasar untuk tahun 2025. Kinerja laba yang kurang memuaskan ini sebagian besar disebabkan oleh melonjaknya beban operasional sebesar 25,3% secara tahunan dan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (NII) yang relatif moderat, hanya 4,9% secara tahunan.
Namun, di kuartal III-2025, tekanan opex mulai menunjukkan tanda-tanda mereda dengan penurunan 1,3% secara kuartalan (QoQ). Penurunan ini didorong oleh efisiensi pada beban umum dan administrasi yang turun 8,2% QoQ, serta beban lain-lain yang menyusut 29,1% secara kuartalan. Namun, perlu dicatat bahwa beban personalia justru mengalami kenaikan sebesar 25,2% QoQ.
Margin bunga bersih (NIM) BMRI tercatat stabil di level 4,9% selama sembilan bulan di tahun 2025, hanya mengalami sedikit penurunan 3 bps secara kuartalan namun naik 3 bps secara tahunan. Jeffrosenberg memperkirakan NIM akan tetap stabil ke depan. Hal ini ditopang oleh proyeksi penurunan imbal hasil kredit yang diimbangi dengan penurunan suku bunga simpanan.
Pada kuartal III-2025, pertumbuhan kredit BMRI mencatat peningkatan signifikan sebesar 3,7% secara kuartalan dan 11,0% secara tahunan. Angka ini bahkan melampaui panduan pertumbuhan tahunan yang dipatok 8%–10%. Meskipun demikian, Jeffrosenberg memproyeksikan pertumbuhan kredit akan sedikit melambat menjadi sekitar 10% secara tahunan hingga akhir 2025, seiring dengan fokus bank dalam menjaga imbal hasil pinjaman. Bank Mandiri diperkirakan akan semakin memperkuat ekspansi pada rantai nilai korporasi serta memperbesar pembiayaan di segmen komersial dan menengah untuk mendongkrak yield.
Dari sisi kualitas aset, BMRI dinilai masih relatif baik. Kendati demikian, Jeffrosenberg memprediksi pelemahan akan muncul secara bertahap dan baru akan terlihat jelas pada tahun fiskal 2026. Ekspektasinya, rasio kredit bermasalah (NPL) dan biaya kredit (CoC) masing-masing akan mencapai 1,4% dan 1,5% di tahun tersebut.
Di sisi pendanaan, pemerintah memberikan suntikan likuiditas sebesar Rp 50 triliun pada September 2025, dengan tingkat bunga sekitar 80% dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI7DRR), atau sekitar 3,8%. Dana murah ini menjadi alternatif yang lebih efisien dibandingkan biaya dana deposito berjangka BMRI yang mencapai 4,37% dalam sembilan bulan di 2025. Menurut Jeffrosenberg, tambahan likuiditas ini krusial untuk membantu BMRI mengurangi porsi deposito mahal, menekan biaya dana, dan pada akhirnya menjaga stabilitas margin di tengah tren penurunan suku bunga BI7DRR.
Maybank Sekuritas Indonesia memproyeksikan laba Bank Mandiri (BMRI) di tahun ini akan mencapai Rp 52,06 triliun, dan berlanjut ke Rp 53,17 triliun pada tahun 2026. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan realisasi laba bersih di tahun 2024 yang mencapai Rp 55,78 triliun, menggarisbawahi tantangan namun juga potensi adaptasi strategis yang dilakukan oleh BMRI.
Cermati Rekomendasinya, Ini Emiten yang Cum Dividen Interim Bulan Ini
Saham Big Banks Ditutup Bervariasi Jumat (24/10), Ini Rekomendasi untuk Investor