Lenteng Agung Kini Punya Ikon Baru: Sentra Fauna & Kuliner Jakarta!

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersiap meluncurkan proyek ambisius: pembangunan Sentra Fauna dan Kuliner di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Lebih dari sekadar fasilitas biasa, sentra ini dirancang untuk menjadi ikon kota yang baru, sebuah ruang usaha yang representatif, sekaligus destinasi edukasi fauna yang menarik bagi seluruh warga Jakarta.

Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Chico Hakim, menekankan bahwa sentra ini akan ditata melampaui fungsi dasar sebagai tempat berdagang. Kawasan inovatif ini juga disiapkan sebagai ruang interaksi warga, pusat edukasi fauna yang komprehensif, serta wadah kegiatan seni, budaya, dan komunitas yang dinamis.

“Kawasan ini akan menjadi ruang publik baru yang secara harmonis mempertemukan ekonomi rakyat, kreativitas, dan rekreasi keluarga dalam satu lokasi terpadu,” ujar Chico, menegaskan visi besar di balik proyek ini.

Lebih lanjut, Chico menjelaskan bahwa pembangunan Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung ini juga mencerminkan semangat Jakarta Global. Hal ini selaras dengan upaya menjadikan Jakarta sebagai kota modern, tertib, manusiawi, dan yang terpenting, berpihak pada keberlangsungan serta kemajuan pelaku usaha lokal.

Senada dengan Chico, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM) Provinsi DKI Jakarta, Elisabeth Ratu Rante Allo, menegaskan bahwa pembangunan sentra ini merupakan wujud nyata komitmen Pemprov. Tujuan utamanya adalah menghadirkan fasilitas usaha yang lebih tertata rapi dan memiliki daya saing tinggi bagi para pelaku UMKM. Menurut Ratu, Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung akan menjadi ruang usaha baru yang lebih modern, nyaman, dan berkelas.

“Di sini, para pelaku usaha, termasuk mereka yang selama ini berjualan di kawasan Barito dan terdaftar resmi sebagai anggota PPUKM, akan mendapatkan tempat yang lebih layak dan kesempatan lebih besar untuk berkembang,” tutur Ratu, menyoroti dampak positif bagi komunitas pedagang.

Pembangunan Sentra Fauna dan Kuliner ini berjalan seiring dengan rencana pengembangan Taman Bendera Pusaka, yang akan mengintegrasikan Taman Ayodya, Taman Langsat, dan Taman Leuser sebagai ruang hijau bersejarah di Jakarta Selatan. Para pedagang dari Pasar Barito yang terdampak relokasi akan menjadi bagian integral dari ekosistem baru di Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung. Dengan demikian, kegiatan ekonomi yang sudah berjalan dapat terus berlanjut di tempat yang lebih tertata dan representatif.

Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung akan menyediakan 125 kios dengan beragam fungsi, termasuk 22 kios umum, 70 unit amfiteater, 74 kios khusus burung dan pakan hewan, serta 29 kios parsel dan kuliner tambahan. Seluruh area ini akan terbagi ke dalam lima zona tematik yang berbeda.

Melengkapi fasilitas utama, kawasan ini juga dilengkapi dengan area pertunjukan seni dan budaya, lahan parkir yang luas, toilet yang bersih, serta musala. Desainnya mengusung konsep ramah lingkungan dan ramah keluarga, didukung dengan sistem sirkulasi udara dan sanitasi yang baik. Aksesibilitas juga menjadi prioritas, dengan lokasi yang mudah dijangkau melalui Stasiun Commuter Line Lenteng Agung, Transjakarta, dan layanan Jak Lingko, menjadikan sentra ini destinasi yang mudah diakses oleh siapa saja.

Ringkasan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang membangun Sentra Fauna dan Kuliner di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, yang diharapkan menjadi ikon kota baru. Sentra ini dirancang sebagai ruang usaha yang representatif, pusat edukasi fauna, ruang interaksi warga, serta wadah kegiatan seni dan budaya. Tujuannya adalah menyatukan ekonomi rakyat, kreativitas, dan rekreasi keluarga dalam satu lokasi.

Pembangunan sentra ini merupakan komitmen Pemprov DKI untuk menyediakan fasilitas usaha yang lebih tertata dan berdaya saing bagi UMKM. Sentra Fauna dan Kuliner ini akan menyediakan 125 kios dengan berbagai fungsi, area pertunjukan seni dan budaya, lahan parkir, dan fasilitas pendukung lainnya. Lokasinya mudah diakses melalui transportasi umum seperti Commuter Line dan Transjakarta.

Leave a Comment