Obligasi Korporasi: Tantangan Pasar Modal yang Wajib Diketahui Investor

Muamalat.co.id JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memprediksi bahwa penerbitan obligasi korporasi akan tetap ramai hingga akhir tahun ini dan berlanjut pada tahun 2026. Meskipun demikian, pasar surat utang korporasi ini dihadapkan pada sejumlah tantangan signifikan yang perlu diwaspadai.

Chief Economist Pefindo, Suhindarto, menjelaskan bahwa ketidakpastian dalam kebijakan ekonomi global masih menjadi bayang-bayang utama yang memengaruhi prospek surat utang korporasi. Faktor-faktor seperti kebijakan perang dagang dan kelanjutan pemangkasan suku bunga di negara-negara maju yang berjalan lebih lambat dari perkiraan, turut menambah kompleksitas situasi. Suhindarto menambahkan dalam konferensi pers virtual Pefindo pada Kamis (16/10/2025), “Kebijakan anggaran di Amerika Serikat (AS) berpotensi menyebabkan fluktuasi nilai tukar dan yield.” Kondisi geopolitik global juga masih tegang, di mana sentimen gencatan senjata di Timur Tengah dibayangi oleh persaingan strategis antara AS dan Tiongkok, serta konflik berkelanjutan antara Rusia dan Ukraina.

Yield SUN 10 Tahun Bisa Lanjut Turun, Penerbitan Obligasi Korporasi Bakal Meriah

Dari ranah domestik, Suhindarto menyoroti prospek defisit fiskal 2025 yang melebar sebagai sebuah tantangan. Awalnya, defisit anggaran diproyeksikan sekitar Rp 616,2 triliun atau setara 2,53% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, berdasarkan perkembangan terbaru dari pemerintah, perkiraan defisit kini membengkak menjadi Rp 662 triliun atau 2,78% dari PDB. Pembengkakan ini berpotensi menciptakan persaingan pencarian dana yang ketat serta menekan yield benchmark. “Karena, pemerintah harus menerbitkan surat utang untuk menutup defisit anggaran yang besar tersebut,” terang Suhindarto.

Tantangan lain mencakup likuiditas lembaga keuangan yang relatif masih longgar. Pasca injeksi dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah ke perbankan, Loan to Deposit Ratio (LDR) bank cenderung menurun. Di sisi lain, Suhindarto mencermati bahwa sektor multifinance menunjukkan Financing to Asset Ratio (FAR) yang relatif lebih stabil. “Ini berpotensi membuat kebutuhan untuk penggalangan dana di pasar surat utangnya mengalami tekanan di industri keuangan,” jelasnya, mengindikasikan bahwa lembaga keuangan mungkin tidak terlalu agresif mencari pendanaan baru melalui pasar utang.

Begini Prospek Penerbitan Obligasi Korporasi hingga Akhir Tahun 2025

Terakhir, substitusi pasar saham juga menjadi tantangan signifikan bagi pasar surat utang. Suhindarto mengamati bahwa banyak perusahaan mulai melirik pasar ekuitas untuk menggalang dana, terutama seiring dengan prospek kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang relatif menguat. “Yang mana, hal ini bisa mengurangi minat mereka menerbitkan surat utang,” pungkas Suhindarto, menjelaskan bagaimana daya tarik pasar saham yang sedang bersinar dapat mengalihkan perhatian emiten dari penerbitan obligasi.

Ringkasan

Pefindo memprediksi penerbitan obligasi korporasi akan ramai hingga akhir tahun ini dan berlanjut di 2026, namun pasar surat utang korporasi menghadapi tantangan signifikan. Ketidakpastian kebijakan ekonomi global, termasuk kebijakan perang dagang dan pemangkasan suku bunga yang lebih lambat di negara maju, menjadi faktor utama. Defisit fiskal 2025 yang melebar juga dapat menciptakan persaingan pencarian dana yang ketat.

Selain itu, likuiditas lembaga keuangan yang longgar pasca injeksi dana SAL pemerintah berpotensi menekan kebutuhan penggalangan dana di pasar surat utang. Substitusi pasar saham juga menjadi tantangan, karena perusahaan mulai melirik pasar ekuitas seiring prospek IHSG yang menguat, mengurangi minat mereka menerbitkan surat utang.

Leave a Comment