Muamalat.co.id , JAKARTA – Menjelang akhir tahun, peluang melesatnya pasar saham akibat katalis Santa Claus Rally diprediksi bakal terjadi. Namun, sejumlah tantangan serius disebut bakal mampu menahan laju gairah pasar saham di akhir 2025.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia, menilai bahwa kendati prediksi atas sentimen domestik cukup positif, tetapi sentimen global akan sangat mempengaruhi kinerja pasar saham pada akhir 2025.
Hal itu terjadi pada 2024, saat sentimen Santa Claus Rally tidak begitu tecermin dalam kinerja IHSG. Berdasarkan data Bursa, memasuki Desember 2024, IHSG sempat menguat 5,92% ke level 7.464,75 pada 10 Desember 2024. Namun, tidak lama berselang, IHSG justru lesu dan menutup tahun pada level yang terkoreksi di level 7.079,91. Alhasil, IHSG mengakhiri perjalanan sepanjang 2024 dengan penurunan sebesar 2,65%.
: Daftar Saham Penopang IHSG Sepekan: MORA, BUMI, BRPT dan TLKM Paling Moncer
Salah satu yang menjadi sentimen terhadap peluang Santa Claus Rally datang dari arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan setelah shutdown pemerintahan AS resmi berakhir beberapa waktu lalu.
Pejabat The Fed sebelumnya mengaku cemas atas rendahnya angka inflasi selama penutupan pemerintahan Amerika Serikat (government shutdown). Menurutnya, hal tersebut membuat langkah pemangkasan suku bunga lanjutan menjadi lebih berisiko.
: : IHSG ATH 13 Kali, Target Market Cap Bursa 2029 Tercapai Lebih Awal
Menurut Liza, di tengah potensi semarak pasar saham akhir tahun, IHSG masih akan sensitif terhadap data-data inflasi di AS dan arah yield US Treasury ke depan.
Selain itu, Liza menilai bahwa potensi penguatan IHSG pada akhir 2025 masih akan dibayangi risiko profit taking oleh investor pada saham-saham berkapitalisasi besar. Kombinasi sejumlah sentimen tersebut bakal mengurangi gairah pasar saham akibat Santa Claus Rally.
: : Peluang Besar Santa Claus Rally di Pasar Saham Jelang Akhir Tahun
“Namun, laju penguatan IHSG masih dibayangi risiko profit taking pada big caps yang sudah re-rate, ketidakpastian arah pemangkasan suku bunga The Fed berikutnya, serta potensi volatilitas global dari geopolitik dan pergerakan komoditas,” kata Liza ketika dihubungi Bisnis, dikutip Minggu (16/11/2025).
Meskipun begitu, sejumlah katalis dari dalam negeri dinilai masih memiliki tenaga untuk menggairahkan pasar saham. Head of Research KISI Sekuritas Muhammad Wafi, menilai bahwa sejumlah stimulus yang digelontorkan pemerintah belakangan masih kuat untuk memberikan suntikan daya beli bagi masyarakat.
Belum lagi, sejumlah percepatan realisasi APBN di kuartal IV/2025 dinilai bakal mendorong sejumlah sektor untuk mampu mencatatkan volume penjualan yang lebih baik, yang turut mendorong harga saham yang meningkat.
“Stimulus cukup kuat. Bantuan tunai, subsidi energi, dan percepatan belanja APBN di Q4 bisa langsung dorong private consumption sektor konsumer siklikal, ritel, dan properti,” katanya kepada Bisnis, Minggu (16/11/2025).
Belum lagi, momentum window dressing, sebagai upaya manajer investasi mempercantik portofolio mereka, bakal turut menggairahkan pasar saham pada akhir 2025.
“Efeknya, IHSG makin besar karena masuk di timing window dressing dan inflow asing yang lagi kuat. Impact-nya, jadi amplifier untuk Santa Rally,” tegas Wafi.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.