Muamalat.co.id – JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi menurun pada tahun 2026. Hal ini terkait sentimen suku bunga.
Chief Economist Pefindo, Suhindarto memperkirakan penerbitan baru surat utang tahun 2026 akan berkisar Rp 154 triliun – Rp 196,86 triliun, dengan titik tengah pada Rp 175,77 triliun. Jumlah ini lebih kecil dari realisasi penerbitan surat utang korporasi pada Januari – November 2025 yang sebesar Rp 198,81 triliun.
Suhindarto mengatakan pada tahun 2025 ini penurunan suku bunga sampai 125 basis poin (bps) per akhir November 2025. Adapun di tahun 2026 kemungkinan tidak akan sebesar itu. Pefindo memperkirakan suku bunga akan berada di rentang 4% – 4,5% di tahun 2026.
Begini Prospek Saham Bukit Uluwatu (BUVA) Usai Beli Aset Summarecon (SMRA)
Dengan penurunan suku bunga yang sudah tidak sebesar itu dan diperkirakan masuk dalam terminal rate, maka momen antara supply dan demand akan relatif mereda.
“Sehingga penerbitan surat utang korporasi masih memiliki prospek yang bagus tapi momentumnya tidak sebesar sebelumnya,” ujar Suhindarto dalam Media Forum, Selasa (16/12).
Suhindarto memproyeksikan yield SBN 10 tahun akan berkisar 5,6% sampai 6,2% dengan titik tengah 5,9%. Menurutnya, jika perekonomian bergerak lebih baik lagi, premi risikonya mengalami penurunan, dan investor asing melihat bahwa prospek di pasar obligasi Indonesia akan lebih baik, maka yield SBN 10 tahun bisa mengalami penurunan di bawah 5,9%.
“Di tahun 2026 kami melihat dari sisi prospek ekonomi masih solid. Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 5,1% atau di rentang 4,9% sampai 5,3%,” ucap Suhindarto.