Pesan Penting Bos The Fed dari Pertemuan Jackson Hole, Sinyal Suku Bunga Hingga Lapangan Kerja

Muamalat.co.id JAKARTA – Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell secara mengejutkan membuka peluang untuk pemangkasan suku bunga acuan pada rapat dewan gubernur September 2025. Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya risiko yang membayangi pasar tenaga kerja, meski kekhawatiran terhadap inflasi tetap menjadi fokus utama bank sentral.

Dalam pidatonya yang sangat dinanti pada simposium ekonomi di Jackson Hole, Wyoming, Powell menggarisbawahi bahwa stabilitas tingkat pengangguran dan berbagai indikator pasar tenaga kerja lainnya memberikan ruang bagi The Fed untuk bersikap hati-hati dalam mempertimbangkan arah kebijakan moneter. Namun, ia juga menegaskan bahwa dengan kebijakan saat ini yang berada dalam “wilayah restriktif”, “prospek dasar dan perubahan keseimbangan risiko dapat memerlukan penyesuaian kebijakan,” ujarnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (23/8/2025).

Pernyataan Powell ini datang di tengah perdebatan sengit di antara para pejabat The Fed mengenai waktu dan skala penyesuaian kebijakan suku bunga. Beberapa pihak berpendapat bahwa pasar tenaga kerja masih menunjukkan ketangguhan, sementara yang lain mulai mewaspadai tanda-tanda awal pelemahan yang berpotensi memicu perlambatan ekonomi yang lebih signifikan.

Jerome Powell menggambarkan kondisi pasar tenaga kerja saat ini sebagai “keseimbangan yang aneh,” yang diakibatkan oleh perlambatan tajam baik dari sisi pasokan maupun permintaan tenaga kerja. Data ketenagakerjaan Juli, misalnya, menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja dalam beberapa bulan terakhir jauh lebih lemah dari laporan sebelumnya.

“Situasi yang tidak biasa ini mengindikasikan risiko pelemahan ketenagakerjaan meningkat. Jika risiko itu terwujud, dampaknya bisa cepat dalam bentuk PHK besar-besaran dan lonjakan pengangguran,” jelas Powell, menggambarkan skenario terburuk yang ingin dihindari bank sentral.

Kendati demikian, Powell juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi inflasi berkelanjutan yang dipicu oleh tarif impor Presiden Donald Trump. Ia mengakui bahwa dampak tarif pada harga konsumen kini telah terlihat jelas, meskipun diperkirakan bersifat sementara. “Namun, tekanan harga akibat tarif bisa memicu dinamika inflasi yang lebih bertahan lama. Itu adalah risiko yang perlu dinilai dan dikelola,” tambahnya, menyoroti kompleksitas tantangan yang dihadapi The Fed.

Setelah pidato Jerome Powell, para investor segera meningkatkan taruhan mereka bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan melakukan pemangkasan suku bunga pada pertemuan 16–17 September mendatang. Analis dari lembaga keuangan terkemuka seperti Deutsche Bank, Barclays, dan BNP Paribas juga serentak memajukan perkiraan pemangkasan suku bunga mereka ke bulan yang sama. James Bullard, mantan Presiden The Fed St. Louis, bahkan menyebut bahwa Powell telah mempertegas ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September. “Powell menyoroti laporan tenaga kerja terbaru yang sangat lemah, jadi saya kira itu sudah hampir pasti,” ujar Bullard dengan yakin.

Pidato Jerome Powell di Jackson Hole berlangsung di tengah tekanan politik yang signifikan dari Presiden Donald Trump dan para sekutunya, yang terus mendesak The Fed untuk menurunkan biaya pinjaman. Tekanan ini secara luas dianggap mengancam independensi bank sentral. Sebagai bentuk dukungan, para bankir sentral dan ekonom yang hadir memberikan standing ovation saat Powell naik podium.

Seusai pidato, Donald Trump tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyindir, menyatakan bahwa The Fed seharusnya sudah menurunkan suku bunga setahun yang lalu. “Kami menyebutnya ‘terlambat’ bukan tanpa alasan,” kata Trump, menggarisbawahi kritiknya yang berkelanjutan.

Bersamaan dengan itu, Donald Trump juga meningkatkan tekanannya terhadap pejabat The Fed lainnya. Presiden AS tersebut bahkan menyatakan niatnya untuk memecat Gubernur The Fed Lisa Cook jika ia tidak mengundurkan diri, menyusul tuduhan pemberian informasi palsu dalam pengajuan dua kredit kepemilikan rumah (KPR). Cook, yang turut hadir di Jackson Hole, sebelumnya telah menegaskan tidak berniat mundur. Dalam pidatonya, Powell tidak menyinggung isu Cook dan tidak membuka sesi tanya jawab.

Perubahan Kerangka Kebijakan

Dalam kesempatan yang sama, Jerome Powell juga memaparkan sejumlah perubahan fundamental dalam kerangka kebijakan moneter jangka panjang The Fed. Salah satu poin penting adalah penegasan kembali perubahan pada tahun 2020, yang menyatakan bahwa bank sentral tidak secara otomatis akan menaikkan suku bunga hanya karena tingkat pengangguran rendah. Namun, Powell menekankan bahwa revisi 2020 tersebut tidak dimaksudkan untuk “selamanya meniadakan” kemungkinan kenaikan suku bunga jika pasar tenaga kerja menguat dan berpotensi memicu inflasi.

Dalam pembaruan terbaru, The Fed menghapus frasa kunci yang menyebut bahwa keputusan akan dipandu oleh “kesenjangan dari tingkat maksimum ketenagakerjaan.” Sebagai gantinya, ditambahkan bahasa baru yang mengindikasikan bahwa ketenagakerjaan dapat berada di atas penilaian real-time tanpa harus secara langsung memicu risiko inflasi. Menurut Diane Swonk, Kepala Ekonom KPMG, penyesuaian ini memberikan The Fed fleksibilitas yang lebih besar dalam menghadapi lanskap ekonomi pascapandemi yang cenderung lebih fluktuatif dibandingkan periode sebelumnya.

The Fed juga menegaskan kembali komitmennya terhadap target inflasi 2% serta pentingnya menjaga ekspektasi inflasi tetap stabil. Namun, mereka mencabut strategi tahun 2020 yang mengizinkan inflasi di atas target untuk mengompensasi periode inflasi rendah, sekaligus menghapus frasa bahwa suku bunga rendah adalah “ciri khas lanskap ekonomi,” menandakan pergeseran dalam filosofi kebijakan.

Perdebatan Suku Bunga

Komentar Jerome Powell di Jackson Hole mencerminkan pandangan beragam yang berkembang di kalangan pejabat The Fed belakangan ini. Presiden The Fed Cleveland Beth Hammack, misalnya, menilai bahwa data inflasi terbaru membuatnya sulit untuk mendukung pemangkasan suku bunga jika pertemuan digelar pekan ini. Nada hati-hati serupa juga disampaikan oleh Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid, sementara Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic hanya memproyeksikan satu kali pemangkasan suku bunga tahun ini.

Sebelumnya, The Fed telah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali pada akhir 2024, namun menahan level acuan sepanjang tahun ini. Kekhawatiran inflasi, terutama akibat tarif impor, kembali menguat seiring data inflasi terbaru yang menunjukkan harga produsen pada Juli naik tercepat dalam tiga tahun terakhir. Namun, sebagian pejabat The Fed kini melihat pelemahan pasar tenaga kerja sebagai argumen kuat untuk kembali memulai penurunan suku bunga. Bahkan, dua Gubernur The Fed, Christopher Waller dan Michelle Bowman, menentang keputusan Juli untuk mempertahankan suku bunga, dengan alasan risiko terhadap ketenagakerjaan.

Pasca laporan pasar tenaga kerja Juli yang lebih lemah dari perkiraan, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly dan Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari telah memberi sinyal kuat bahwa mereka dapat mendukung pemangkasan suku bunga pada bulan September, menandai potensi perubahan konsensus di dalam bank sentral.

Leave a Comment