Politik Memanas, Asing Tetap Optimis Investasi di Indonesia?

Muamalat.co.id JAKARTA. Gejolak sosial politik yang mewarnai pekan lalu tampaknya hanya menjadi sentimen jangka pendek yang menekan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada akhir perdagangan Kamis, 4 September 2025, IHSG tercatat melemah 0,23% dan ditutup pada posisi 7.867,34.

Koreksi ini turut diperparah dengan aktivitas penjualan bersih atau net sell investor asing yang cukup signifikan. Pada perdagangan Kamis, 4 September 2025, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 304,83 miliar di seluruh pasar. Angka ini menambah tekanan, menjadikan total net sell asing dalam sepekan terakhir menembus angka Rp 5,28 triliun.

Berdasarkan data RTI, saham-saham perbankan raksasa menjadi target utama penjualan oleh investor asing. Dalam lima hari terakhir, saham BBCA terpantau paling banyak dilepas dengan net sell mencapai Rp 4,1 triliun, disusul oleh BMRI dengan net sell sebesar Rp 1,2 triliun. Tak hanya itu, investor asing juga tercatat menjual saham-saham lain seperti ADRO senilai Rp 269,7 miliar, KLBF sebesar Rp 205,4 miliar, dan BREN dengan net sell Rp 171,9 miliar dalam periode yang sama.

IHSG Menguat 0,47% Pekan Ini, Bagaimana Arahnya di Pekan Depan?

Ketegangan sosial politik memang sempat mengguncang pasar modal. Pada 29 Agustus 2025, saat tensi sosial politik memuncak, IHSG tersungkur dalam dengan penurunan 1,53%. Tekanan berlanjut pada awal September, tepatnya 1 September 2025, ketika IHSG kembali turun 1,21%, menunjukkan respons pasar terhadap ketidakpastian.

Muhammad Wafi, Head of Research KISI Sekuritas, menilai bahwa gejolak sosial politik yang terjadi di Indonesia beberapa hari terakhir ini masih direspons pasar sebagai sentimen jangka pendek. Namun, ia menekankan pentingnya bagi investor untuk tetap mencermati indikator-indikator makroekonomi lainnya, seperti inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), serta performa laporan keuangan kuartal III-2025. Hal ini esensial untuk mengevaluasi apakah sentimen tersebut akan tetap bersifat jangka pendek atau justru berkembang menjadi tekanan jangka panjang.

Wafi juga menambahkan bahwa pemerintah memiliki peran krusial dalam mengurangi risiko ketidakpastian guna memitigasi potensi tekanan jangka panjang pada pasar saham. Ia memproyeksikan adanya rotasi dari saham-saham milik konglomerat yang dominan di semester I-2025, beralih menuju saham big caps yang akan lebih terdorong oleh sentimen makroekonomi. Penilaian ini ia sampaikan kepada Kontan pada Kamis, 4 September 2025.

IHSG Melemah 0,23% pada 4 September 2025, Saham Big Banks Bergerak Campuran

Senada dengan pandangan tersebut, Andrey Wijaya, Head of Research RHB Sekuritas Indonesia, menimpali bahwa gejolak sosial politik pekan lalu memang akan memicu volatilitas tinggi pada IHSG. Namun, ia meyakini bahwa pasar modal Indonesia masih memiliki penopang kuat berupa data ekonomi yang terjaga. Andrey menggarisbawahi beberapa faktor positif seperti inflasi yang terkendali, Purchasing Managers’ Index (PMI) yang tetap di atas 50, dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil, yang semuanya berkontribusi pada kepercayaan investor yang masih kuat terhadap pasar Indonesia.

Di sisi lain, Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, berpendapat bahwa terlepas dari gejolak sosial politik yang memanas, IHSG tampak mampu mempertahankan tren penguatannya. Secara teknikal, terbentuk pola rising wedge, di mana titik rendah pada 1 September 2025 berhasil bertahan tidak menembus level 7.500. Sejak saat itu, IHSG terus menanjak bahkan sempat menyentuh level 7.911 pada 3 September 2025. Liza menjelaskan bahwa momen pelemahan harga dimanfaatkan oleh para investor maupun trader sebagai peluang bargain-hunting, sehingga mendorong penguatan indeks.

IHSG Melemah 0,23% ke 7.867 pada Kamis (4/9/2025), SCMA, AMRT, ANTM Top Losers LQ45

Liza melanjutkan bahwa IHSG saat ini telah berhasil kembali naik di atas Moving Average kritikal yang menjadi area support di 7.825. Oleh karena itu, untuk sementara waktu, belum ada ancaman penurunan yang signifikan hingga ke level 7.465, apalagi ke area 7.250–7.200.

Menjelang akhir tahun, para analis memberikan berbagai proyeksi IHSG. RHB Sekuritas, dalam skenario optimistisnya, memproyeksikan IHSG dapat melaju ke level 7.900 pada akhir tahun 2025. Sementara itu, KISI Sekuritas memiliki proyeksi dasar di level 7.800. Muhammad Wafi menambahkan bahwa pada skenario bullish, IHSG bahkan berpotensi mencapai 8.000, namun dalam skenario bearish, indeks diperkirakan akan berada di level 7.400 pada akhir 2025.

Ringkasan

Meskipun diwarnai gejolak sosial politik yang sempat menekan IHSG dan menyebabkan aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing hingga Rp 5,28 triliun dalam sepekan, beberapa analis tetap optimis terhadap pasar modal Indonesia. Sentimen negatif ini dinilai sebagai reaksi jangka pendek, dengan fundamental ekonomi yang kuat seperti inflasi terkendali dan PMI di atas 50% masih menjadi penopang kepercayaan investor.

Para analis memproyeksikan IHSG akan tetap positif hingga akhir tahun, dengan RHB Sekuritas memprediksi mencapai level 7.900 dalam skenario optimis. KISI Sekuritas memberikan proyeksi dasar di level 7.800, dan bahkan potensi mencapai 8.000 dalam skenario bullish, namun memperingatkan adanya potensi penurunan hingga 7.400 dalam skenario bearish.

Leave a Comment