
Muamalat.co.id JAKARTA. Prospek penguatan nilai tukar rupiah diperkirakan masih terbuka, meskipun terbatas, pada pekan ini. Arah pergerakan rupiah akan sangat ditentukan oleh keputusan krusial dari dua bank sentral utama: Federal Reserve (The Fed) di Amerika Serikat dan Bank Indonesia di dalam negeri, terkait penetapan suku bunga acuan mereka.
Menyoroti faktor-faktor tersebut, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa fokus utama pergerakan rupiah pada pekan ini adalah hasil rapat kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat, The Fed.
Tidak hanya itu, Josua juga memperkirakan bahwa serangkaian data ekonomi global yang akan dirilis akan turut memengaruhi dinamika nilai tukar rupiah. Data-data penting tersebut mencakup penjualan ritel di AS, neraca perdagangan Eurozone, serta angka inflasi di Jepang. Perkembangan data ini akan menjadi barometer bagi investor dalam mengambil keputusan.
Rupiah Diproyeksi Menguat Besok Senin (15/9), Ini Sentimen Pendorongnya
Josua menjelaskan lebih lanjut, “Bila data AS menunjukkan pelemahan, ini akan menciptakan tekanan yang lebih besar pada dolar AS, sehingga secara otomatis akan menjadi faktor penopang bagi rupiah untuk menguat.” Pernyataan ini disampaikannya pada Jumat (12/9/2025), menggarisbawahi pentingnya rilis data tersebut.
Di sisi domestik, perhatian investor akan tertuju pada Bank Indonesia yang dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga acuannya pada tanggal 17 September mendatang. Kebijakan moneter BI ini diperkirakan akan memberikan dampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
Meskipun pasar secara umum memproyeksikan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya, Josua menambahkan bahwa adanya sinyal kuat terkait upaya stabilisasi nilai tukar dan koordinasi kebijakan fiskal dapat meningkatkan kepercayaan investor. Hal ini berpotensi memicu masuknya aliran dana asing dan pada akhirnya memperkuat rupiah.
Namun, Josua mengingatkan bahwa potensi penguatan rupiah tetap dihadapkan pada beberapa risiko. “Ketidakpastian politik domestik dan fluktuasi harga komoditas global masih menjadi faktor yang dapat menahan laju penguatan lebih lanjut,” tegas Josua, menyoroti tantangan yang mungkin muncul.
Berangkat dari analisis tersebut, Josua memproyeksikan bahwa rupiah pada pekan ini akan bergerak stabil dengan kecenderungan penguatan terbatas. Ia memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada dalam rentang Rp 16.300 hingga Rp 16.450 per dolar AS.
Rupiah Menguat dalam Sepekan, Ini Sentimennya untuk Pekan Depan
Sebagai informasi tambahan, rupiah spot menunjukkan performa positif. Berdasarkan data Bloomberg pada perdagangan Jumat (12/9/2025), nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 16.375 per dolar AS, mencatatkan penguatan signifikan sebesar 0,53% dibandingkan perdagangan sebelumnya. Secara akumulatif dalam sepekan terakhir, rupiah telah menguat sebesar 0,35% dari posisi Rp 16.433 pada pekan lalu.
Senada dengan data Bloomberg, referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia juga mencatat penguatan rupiah. Rupiah ditutup di level Rp 16.391 per dolar AS, atau menguat 0,47% dari penutupan perdagangan sebelumnya. Dalam periode sepekan, rupiah telah menunjukkan penguatan 0,29% berdasarkan data Jisdor BI.