Rupiah Tertekan, Pasar Tunggu Sinyal Hawkish The Fed

JAKARTA — Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan pelemahan signifikan terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa (19/8/2025). Tekanan terhadap mata uang garuda ini utamanya dipicu oleh antisipasi pasar global terhadap pidato Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell, yang diperkirakan akan mengusung kebijakan suku bunga yang lebih hawkish.

Analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, di Jakarta, Selasa (19/8/2025), menjelaskan bahwa rupiah diperkirakan akan terus tertekan oleh penguatan dolar AS. “Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang rebound oleh antisipasi pidato hawkish Powell dalam beberapa kesempatan pekan ini, di antaranya risalah FOMC dan Jackson Hole,” ujarnya.

Powell dijadwalkan akan menyampaikan pandangannya dalam Simposium Jackson Hole pada 21–23 Agustus 2025, serta pada Federal Open Market Committee (FOMC) Minutes pada Kamis (21/8). Meskipun laporan FedWatch CME menunjukkan peluang The Fed memangkas suku bunga pada September mencapai 83 persen, para pelaku pasar tetap mewaspadai potensi sikap hawkish dari bank sentral Amerika Serikat tersebut.

Di samping faktor moneter, gejolak geopolitik juga turut menjadi sorotan. Perhatian pasar tertuju pada pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat (15/8). Pertemuan penting ini sayangnya tidak membuahkan gencatan senjata maupun kesepakatan formal terkait konflik di Ukraina. Bahkan, Trump secara tegas mengancam konsekuensi berat, termasuk penerapan tarif tinggi terhadap pembeli utama minyak Rusia seperti India dan China, jika Putin tidak menyetujui perdamaian.

Sementara itu, data perekonomian China juga memperlihatkan perlambatan signifikan di hampir semua sektor pada Juli 2025. Produksi industri, investasi, dan penjualan ritel tercatat jauh di bawah ekspektasi pasar. Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan bahwa produksi pabrik hanya naik 5,7 persen (yoy), sebuah angka terendah sejak November 2025.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) merilis data terbaru mengenai Utang Luar Negeri (ULN). Per Juni 2025, ULN tercatat sebesar 433,3 miliar dolar AS atau setara Rp6.976,1 triliun, mengalami penurunan dari posisi Mei 2025 yang mencapai Rp7.100,28 triliun. Pertumbuhan ULN Indonesia juga turut melambat menjadi 6,1 persen (yoy) pada kuartal II 2025, dibandingkan dengan 6,4 persen pada kuartal sebelumnya.

Menutup perdagangan Selasa pagi, rupiah dibuka melemah tajam sebesar 32,50 poin atau 0,20 persen, menempatkan posisinya di Rp16.230 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.198 per dolar AS. Adapun kurs JISDOR BI pada Jumat (15/8) tercatat pada level Rp16.162 per dolar AS.

Leave a Comment