Saham Bank Besar: Peluang Cuan? Ini Rekomendasi Analis Terbaru!

Muamalat.co.id   JAKARTA. Kinerja bank-bank besar di kuartal III-2025 kini tengah menjadi sorotan tajam pasar. Laporan laba yang akan segera dirilis diproyeksikan akan menjadi penentu krusial bagi arah bisnis perbankan nasional hingga penghujung tahun.

Namun, realisasi laba hingga bulan Agustus 2025 masih menunjukkan ketertinggalan yang signifikan dari proyeksi konsensus para analis. Kondisi ini menciptakan tantangan tersendiri bagi bank-bank raksasa untuk mencapai target ambisius mereka.

Ambil contoh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), yang hanya mencatatkan laba sebesar Rp 32,6 triliun hingga Agustus 2025. Angka ini jauh di bawah ekspektasi konsensus Bloomberg yang memperkirakan laba BBRI mencapai Rp 41,05 triliun untuk sembilan bulan pertama. Artinya, bank pelat merah ini harus meraup tambahan laba fantastis sebesar Rp 8,4 triliun hanya dari kinerja bulan September saja agar dapat memenuhi target yang diproyeksikan.

Situasi serupa juga melanda PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Hingga bulan Agustus, laba bank tersebut tercatat sebesar Rp 30,65 triliun. Jumlah ini masih berada di bawah prediksi analis yang menargetkan laba tiga kuartal BMRI mencapai Rp 36,93 triliun. Kesenjangan ini menandakan perlunya upaya ekstra bagi Bank Mandiri untuk mengejar ketertinggalan.

Meskipun demikian, Analis Senior Bloomberg, Sarah Jane Mahmud, menyoroti adanya perbaikan likuiditas yang cukup baik di sektor perbankan. Hal ini tergambar jelas dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada empat bank besar yang melesat 11,2% secara tahunan, melampaui pertumbuhan kredit yang hanya mencapai 9,4%. Namun, Sarah juga mengingatkan akan persaingan ketat dalam menarik deposito dolar AS, terutama dengan rencana kenaikan bunga deposito hingga 4% pada November mendatang. Kondisi ini berpotensi memberikan tekanan pada margin bunga bersih (NIM) bank, sementara risiko kualitas aset tetap menjadi perhatian utama.

  BMRI Chart by TradingView  

“Penyaluran kredit kemungkinan besar akan meningkat berkat adanya stimulus baru. Namun, jika porsi kredit untuk usaha kecil dan menengah (UKM) dipaksakan naik secara signifikan, hal ini berpotensi mengganggu kualitas aset dan menyebabkan biaya kredit melampaui perkiraan awal 6%,” jelas Sarah dalam risetnya pada Kamis (9/10), menggarisbawahi risiko yang perlu diwaspadai bank-bank.

Senada dengan pandangan tersebut, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, menambahkan bahwa pertumbuhan kredit masih memiliki potensi untuk meningkat dari posisi Agustus yang tercatat naik 7,56%. Kendati demikian, ia secara realistis memperkirakan pertumbuhan kredit hanya akan berada di kisaran 8% hingga 9% hingga akhir tahun. Dari empat bank besar, Bank Mandiri tampil paling agresif dengan pertumbuhan kredit mencapai 10,74% secara tahunan, sementara Bank Central Asia (BCA) berpotensi menyusul dengan angka 9,27% hingga Agustus.

Indy Naila juga menilai saham bank besar tetap sangat menarik sebagai investasi, khususnya BBCA dan BMRI. Ia merekomendasikan “beli” untuk saham BBCA dengan target harga Rp 8.500–Rp 9.000 per saham, serta BMRI dengan target harga Rp 5.000 per saham, menunjukkan keyakinannya pada prospek kedua bank tersebut.

Sejalan dengan optimisme tersebut, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, melihat peluang bank besar untuk mencetak pertumbuhan kredit dua digit masih terbuka lebar. Bank Indonesia sendiri menargetkan pertumbuhan kredit di rentang 8%–11% untuk tahun ini, memberikan ruang gerak yang cukup bagi perbankan.

“Batas atas target BI ini memberikan ruang yang leluasa bagi bank untuk mempercepat ekspansi, terutama pada segmen kredit korporasi dan sektor-sektor unggulan seperti pertambangan yang menunjukkan performa menjanjikan,” paparnya, menyoroti sektor-sektor potensial pendorong pertumbuhan.

Dengan capaian laba yang masih tertinggal dari ekspektasi, sektor kredit kini dipandang sebagai penopang utama kinerja bank besar hingga akhir tahun. Pasar kini menanti dengan penuh harap, apakah bank-bank raksasa ini mampu mengejar ekspektasi konsensus analis dalam tiga bulan terakhir tahun 2025.

Ringkasan

Kinerja bank-bank besar di kuartal III-2025 menjadi sorotan, dengan laba hingga Agustus masih di bawah proyeksi analis. BBRI dan BMRI perlu usaha ekstra untuk mencapai target laba yang diharapkan. Meskipun demikian, likuiditas sektor perbankan membaik dengan pertumbuhan DPK yang melampaui pertumbuhan kredit.

Persaingan ketat deposito dolar AS dan potensi kenaikan bunga deposito dapat menekan NIM bank. Pertumbuhan kredit diharapkan meningkat dengan stimulus, namun peningkatan porsi kredit UKM berisiko mengganggu kualitas aset. Analis merekomendasikan “beli” untuk saham BBCA dan BMRI, dengan target harga masing-masing Rp 8.500–Rp 9.000 dan Rp 5.000 per saham.

Leave a Comment