Saham bank digital naik daun, simak rekomendasi analis

Muamalat.co.id JAKARTA. Kinerja saham perbankan digital menunjukkan taji pada penutupan perdagangan Selasa (16/12).

Dikutip dari Stockbit, kinerja saham PT Bank Neo Commerce (BBYB) terlihat terbang 4,42% ke level Rp 590 per saham dibanding penutupan sebelumnya. Dalam sepekan sahamnya juga melambung 36,57%. Selanjutnya, saham PT Bank Raya Indonesia (AGRO) naik 2,42%  ke level Rp 254 per saham, dalam sepekan terakhir sahamnya juga meningkat 10,43%.

Kemudian saham PT Krom Bank Indonesia (BBSI) naik 2,05% ke level Rp 3.980 per saham. Selama sepekan sahamnya meningkat 1,79%.

Berbeda dengan saham PT Bank Jago (ARTO)  yang ditutup melemah 3,60% ke level Rp 2.140, namun demikian dalam sepekan sahamnya masih meningkat 4,39%. Kinerja saham PT Bank Aladin Syariah ditutup di level Rp 940 per saham atau turun 2,08%, tapi selama sepekan sahamnya naik 0,53%.

Adapun saham PT Allo Bank Indonesia (BBHI) ditutup merah 2,93% di level Rp 1.490 per saham, selama sepekan terakhir sahamnya juga turun tipis 0,33%.

OJK Cabut Izin Usaha Koperasi LKM Agribisnis Tani Makmur Blater

Analis KISI Sekuritas, Muhammad Wafi menilai, saham bank digital masih berpeluang menguat dalam jangka pendek hingga menengah seiring meningkatnya risk appetite investor dan rotasi dana dari saham bank berkapitalisasi besar. Meski demikian, penguatan tersebut dinilai bersifat selektif dan lebih didorong oleh aktivitas perdagangan jangka pendek.

“Dalam jangka pendek–menengah, bank digital masih kecipratan likuiditas karena risk appetite naik dan adanya rotasi dari big banks. Namun pergerakannya cenderung trading driven,” ujar Wafi kepada kontan.co.id, Selasa (16/12).

Untuk jangka menengah, kinerja saham bank digital disebut akan sangat bergantung pada kemampuan manajemen dalam mengeksekusi strategi bisnis serta menekan tingkat pembakaran dana (burn rate).

Sementara dari sisi fundamental, mayoritas bank digital dinilai masih berada pada fase scaling. Pertumbuhan pendapatan memang mulai terlihat, namun profitabilitas belum stabil akibat tingginya cost of fund (CoF) dan beban operasional.

“Yang mulai kelihatan lebih sehat adalah bank digital yang memiliki ekosistem kuat dan mulai membentuk CASA. Ini menjadi kunci untuk memperbaiki struktur pendanaan ke depan,” jelasnya.

Terkait penguatan saham BBYB, Wafi menilai kenaikan tersebut lebih dipicu oleh sentimen dan ekspektasi pasar dibandingkan kinerja keuangan aktual.

“Pasar sedang pricing in potensi perbaikan pasca restrukturisasi serta spekulasi terkait strategic action. Namun secara fundamental, kinerjanya belum bisa dibilang solid,” ujarnya.

Oona Insurance Gandeng ASTINDO Jabar Perkuat Asuransi Perjalanan

Untuk strategi akumulasi, Wafi menyarankan investor tetap fokus pada saham bank dengan fundamental yang jelas dan valuasi yang masih rasional. Bank-bank besar dinilai tetap menjadi pilar utama portofolio. “Big banks seperti BBRI dan BBCA masih layak dijadikan core holding,” katanya.

Sementara itu, untuk saham bank digital, investor disarankan lebih selektif dan menyesuaikan dengan profil risiko. Bank digital yang memiliki ekosistem kuat dan runway pertumbuhan panjang dinilai lebih menarik.

“ARTO bisa menjadi trading idea, sementara BBYB masuk kategori high risk–high reward,” tutupnya.

Adapun menurut Managing Director Solstice Indonesia, Handiman, kenaikan harga saham bank digital dalam beberapa waktu terakhir dinilai lebih banyak dipengaruhi oleh rotasi sektor, bukan semata-mata karena lonjakan fundamental yang kuat.

Handiman menilai, pergerakan saham bank digital terjadi di tengah tekanan kinerja saham perbankan konvensional, sehingga investor melakukan pergeseran sementara ke saham-saham bank digital.

“Kenaikan saham bank digital belakangan ini lebih mencerminkan rotasi sektor,” ujar Handiman.

Ia menjelaskan, dari sisi fundamental, kinerja bank digital memang mulai membaik seiring berakhirnya fase pembangunan fondasi bisnis. Sebagian besar bank digital baru berdiri sejak masa pandemi Covid-19, sehingga wajar jika saat ini mulai memasuki fase pertumbuhan (growth).

Namun demikian, perbaikan kinerja tersebut perlu dicermati secara lebih detail. Contohnya pada BBYB, kinerja positif hingga sembilan bulan 2025 (9M25) lebih banyak didorong oleh penurunan beban provisi yang signifikan.

“Perlu dicatat, portofolio kredit BBYB justru mengalami penurunan karena manajemen lebih fokus pada perbaikan kualitas aset,” ujarnya.

Dari sisi valuasi, saham bank digital saat ini dinilai sudah berada pada level premium jika dibandingkan dengan bank konvensional. Sementara itu, lemahnya kinerja bank-bank konvensional dinilai hanya bersifat sementara.

“Perbaikan kinerja bank konvensional sudah mulai terlihat dan berpotensi berlanjut seiring tren penurunan suku bunga dan membaiknya likuiditas,” jelasnya.

Kondisi tersebut diperkirakan akan mendorong pemulihan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) serta perbaikan kualitas aset perbankan ke depan. Selain itu, bank konvensional juga menawarkan daya tarik tambahan berupa potensi dividen interim pada akhir tahun serta dividen final pada Maret–April tahun depan.

Dengan mempertimbangkan faktor valuasi dan prospek kinerja, Handiman tidak merekomendasikan saham bank digital untuk saat ini. Sebaliknya, saham bank konvensional dinilai lebih menarik. “Top picks kami saat ini adalah BBRI, BMRI, dan BNGA,” pungkasnya.

OJK Cabut Izin Usaha Koperasi LKM Agribisnis Gapoktan Ngudi Rejeki

Leave a Comment