
Muamalat.co.id JAKARTA. Sejumlah saham dari emiten produsen nikel belakangan ini menunjukkan lonjakan harga yang impresif, bahkan di tengah potensi pelemahan harga komoditas nikel global. Fenomena ini menarik perhatian investor dan analis pasar.
Sebagai ilustrasi, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) berhasil mencatatkan kenaikan harga saham yang signifikan sebesar 48,46% dalam sebulan terakhir, atau secara month to month (mtm). Pada penutupan perdagangan Jumat, 15 Agustus 2025, saham NCKL diperdagangkan pada level Rp 965 per saham. Tidak kalah gemilang, saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) juga melesat 47,62% dalam periode sebulan terakhir, mencapai Rp 775 per saham.
Kenaikan juga dialami oleh saham PT PAM Mineral Tbk (NICL) yang tumbuh 9,23% ke level Rp 1.065 per saham, serta PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang menguat 6,34% menuju Rp 3.690 per saham dalam sebulan terakhir. Namun, tren positif ini tidak berlaku bagi semua emiten. Saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) justru anjlok 27,43% dalam sebulan terakhir ke level Rp 410 per saham. Di sisi lain, induk usahanya, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), masih mampu mencatat kenaikan harga saham 3,26% ke level Rp 2.220 per saham. Sementara itu, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), yang juga memiliki lini bisnis pertambangan nikel, terkoreksi 3,33% ke level Rp 2.900 per saham.
Sejumlah Emiten Nikel Catat Kinerja Positif, Simak Rekomendasinya dari Analis
Indy Naila, Investment Analyst dari Edvisor Provina Visindo, menjelaskan bahwa lonjakan harga sebagian saham nikel terutama didorong oleh ekspektasi pembatasan pasokan nikel di pasar global. Hal ini terjadi di tengah masih tingginya permintaan komoditas vital ini, khususnya dari sektor kendaraan listrik. Sentimen positif ini juga berpotensi memicu pemulihan harga nikel pada sisa semester II-2025. Data Trading Economics menunjukkan bahwa harga nikel global pada Jumat, 15 Agustus 2025, berada di level US$ 15.195 per ton, menandakan kenaikan 1,46% dalam satu bulan terakhir.
Senada dengan pandangan tersebut, Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, menilai harga nikel telah melewati fase titik terendah (lower base) dan bersiap untuk pulih dalam waktu dekat. Perkiraan ini sejalan dengan peluang perbaikan pertumbuhan ekonomi global yang diiringi meredanya tensi geopolitik dan perang tarif. Selain itu, peningkatan kinerja operasional pada semester I-2025 turut terefleksi pada harga saham beberapa emiten produsen nikel. Sebagai contoh, NCKL berhasil membukukan pertumbuhan volume penjualan bijih nikel sebesar 48% secara year on year (yoy) menjadi 12,36 juta ton pada akhir semester I-2025. Demikian pula, volume penjualan bijih nikel DFKT melonjak drastis 158,9% yoy menjadi 1,8 juta metrik ton. Baik NCKL maupun DKFT sama-sama mengalami kenaikan harga saham di atas 40% dalam sebulan terakhir, menegaskan korelasi antara fundamental dan performa saham.
“Terdapat kenaikan dari sisi kinerja fundamental yang telah memberi katalis positif bagi harga saham beberapa emiten nikel,” ujar Nafan, Jumat (15/8/2025).
Meski demikian, di tengah optimisme yang menyelimuti pergerakan saham nikel, Indy Naila mengingatkan investor untuk tetap selektif dalam memilih saham di sektor tersebut. “Investor mungkin bisa lebih fokus ke emiten-emiten yang memiliki kemampuan efisiensi operasional tinggi,” saran Indy, Minggu (17/8/2025).
Smelter Nikel Merdeka Copper (MDKA) Capai 42% Target Produksi per Semester I-2025
Indy menambahkan bahwa ke depannya, laju harga saham emiten nikel tentu masih akan sangat bergantung pada dinamika pergerakan harga dan permintaan komoditas nikel di pasar global. Selain itu, faktor-faktor seperti diversifikasi bisnis dan perkembangan proyek hilirisasi nikel juga akan menjadi penentu penting arah harga saham emiten terkait.
Dengan mempertimbangkan prospek tersebut, Indy menyarankan investor untuk mencermati saham ANTM dengan target harga optimis di level Rp 3.500 per saham. Sementara itu, Nafan merekomendasikan strategi hold untuk saham INCO, dengan level support terdekat di Rp 3.720 dan Rp 3.600 per saham, serta level resistance di Rp 4.020 dan Rp 4.140 per saham. Ia juga merekomendasikan add saham NCKL, dengan support terdekat di level Rp 960 per saham dan target di kisaran Rp 1.025 hingga Rp 1.090 per saham. Menurut Nafan, saham-saham nikel diproyeksikan masih memiliki potensi untuk melanjutkan tren penguatan, mengingat permintaan nikel diperkirakan akan terus tumbuh, baik dari sektor industri stainless steel maupun kendaraan listrik.
Ringkasan
Sejumlah saham emiten produsen nikel mengalami kenaikan signifikan, seperti NCKL dan DKFT yang naik lebih dari 40% dalam sebulan. Lonjakan ini didorong oleh ekspektasi pembatasan pasokan global dan tingginya permintaan, terutama dari sektor kendaraan listrik, yang berpotensi memulihkan harga nikel. Kinerja operasional yang baik pada semester I-2025 juga menjadi katalis positif bagi harga saham beberapa emiten.
Investor disarankan untuk tetap selektif dan fokus pada emiten dengan efisiensi operasional tinggi, sambil mencermati dinamika harga dan permintaan nikel global. Analis merekomendasikan saham ANTM dengan target harga Rp 3.500, hold untuk INCO dengan level support Rp 3.720 dan Rp 3.600, serta add untuk NCKL dengan support di Rp 960 dan target hingga Rp 1.090 per saham, karena prospek pertumbuhan permintaan nikel dari berbagai sektor.