KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Prospek saham PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) pada 2026 dinilai masih menarik, ditopang strategi ekspansi ke layanan bernilai tambah tinggi, mulai dari terapi berbasis stem cell hingga penguatan layanan diagnostik lanjutan.
Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, menilai langkah PRDA mengakuisisi 30% saham ProSTEM pada Juni 2025 menjadi katalis pertumbuhan jangka panjang.
“Prospek saham PRDA pada 2026 terlihat positif, didorong oleh pergeseran fokus bisnis ke layanan terapi regeneratif berbasis stem cell,” ujar Abida kepada Kontan, Jumat (12/12/2025).
Meski kontribusi laba bersih dari ProSTEM pada 2026 masih diperkirakan moderat, investasi tersebut dinilai sebagai call option jangka panjang. “Potensi pertumbuhan di sektor stem cell sangat besar dan dikenal sebagai future of medicine, dengan target peningkatan laba bersih ProSTEM yang signifikan dalam jangka panjang,” tambahnya.
IHSG Berpeluang Menguat Terbatas pada Senin (15/12), Cek Rekomendasi Saham Emiten Ini
Selain itu, ambisi PRDA menjadi South East Asia Referral Laboratory juga dinilai berdampak positif terhadap stabilitas pendapatan dan valuasi. Menurut Abida, perluasan jejaring rujukan ke Timor Leste, Taiwan, dan Malaysia berperan mengurangi ketergantungan pada pasar domestik. “Strategi ini berkontribusi terhadap akuisisi pelanggan baru yang pada 2024 sudah menyumbang sekitar 13% dari total volume transaksi,” jelasnya.
Upaya regional tersebut turut didukung oleh anak usaha alat kesehatan, Proline, yang menargetkan peningkatan ekspor sebesar 20% pada 2025. Hal ini dinilai menciptakan sinergi kuat dalam rantai nilai diagnostik PRDA.
Dari sisi daya saing, penguatan riset dan pengembangan (R&D), digitalisasi layanan, serta peluncuran Prodia Clinical Multiomics Centre (PCMC) dinilai semakin memperkuat posisi PRDA di segmen premium.
“PCMC memungkinkan layanan diagnostik generasi berikutnya, sementara R&D mendukung peluncuran sekitar 14 tes esoterik baru setiap tahun yang bersifat high-margin dan sulit direplikasi,” ujar Abida.
Digitalisasi melalui platform U by Prodia juga menunjukkan kinerja solid. Abida mencatat pendapatan platform tersebut tumbuh hampir 400% secara tahunan, disertai perbaikan efisiensi operasional dan peningkatan retensi pelanggan premium.
Meski demikian, investor tetap perlu mencermati sejumlah risiko. Abida menyoroti pergeseran perilaku kelas menengah yang kembali memanfaatkan layanan BPJS Kesehatan untuk tes rutin, yang telah menekan pendapatan pada Semester I-2025.
“Selain itu, kembalinya medical tourism ke luar negeri juga menjadi tantangan bagi segmen B2C,” katanya.
Dengan mempertimbangkan katalis dan risiko tersebut, Abida tetap memberikan pandangan positif terhadap saham PRDA pada 2026. “Strategi beralih ke layanan high-margin serta menjadi SEA Referral Laboratory merupakan langkah defensif dan cerdas untuk menjaga margin dan pertumbuhan jangka panjang,” pungkasnya.
Berdasarkan proyeksi tersebut, target harga konsensus saham PRDA untuk 2026 ditetapkan di level Rp3.360.
Lunasi Pokok dan Bunga Obligasi, MDKA Rogoh Kocek Rp 3,18 Triliun