
Muamalat.co.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan signifikan pada transaksi perdagangan kemarin, Selasa (12/8/2025). IHSG ditutup melonjak tajam sebesar 185,77 poin atau setara 2,44%, mencapai level 7.791,69.
Kuatnya kinerja IHSG didukung oleh penguatan di sembilan indeks sektoral utama. Tiga sektor yang memimpin kenaikan adalah sektor teknologi yang melesat 5,52%, diikuti oleh sektor perindustrian dengan kenaikan 5,01%, dan sektor keuangan yang menguat 2,91%. Sementara itu, hanya dua indeks sektoral yang mengalami tekanan, yakni sektor barang baku yang tergelincir 0,87% dan sektor properti yang melemah 0,25%.
Lompatan positif pada indeks ini utamanya didorong oleh aksi beli yang intensif pada saham-saham unggulan yang tergabung dalam indeks LQ45. Salah satu penopang utama adalah saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang berhasil melesat 6,35%. Lonjakan ini menempatkan saham TLKM sebagai salah satu dari dua saham dengan kenaikan tertinggi (top gainers) di indeks LQ45 pada perdagangan kemarin.
Berikut adalah detail pergerakan saham TLKM pada transaksi Senin kemarin:
- Harga pembukaan: Rp 2.990
- Harga tertinggi: Rp 3.200
- Harga terendah: Rp 3.020
- Harga penutupan: Rp 3.180
Cetak Rekor Tertinggi Baru, Market Cap IHSG Jadi yang Tertinggi di ASEAN
Sentimen yang Mempengaruhi Saham TLKM
Kinerja impresif saham TLKM pada transaksi Senin kemarin diduga kuat dipengaruhi oleh beberapa sentimen positif yang tengah berlangsung dalam perusahaan. Di bawah kepemimpinan manajemen baru, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) kini tengah fokus merancang strategi ambisius: rencana pemisahan atau spin off unit bisnis infrastruktur fiber optiknya yang diberi nama Infranexia.
Grup Telkom sendiri memiliki jaringan fiber optik yang sangat luas, mencapai sekitar 180.000 kilometer (km), yang setara dengan empat kali keliling bumi. Namun, selama ini aset strategis tersebut masih didominasi untuk penggunaan internal Grup Telkom.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom, Arthur Angelo Syailendra, menegaskan bahwa proses spin off fiber optik ini menjadi prioritas utama bagi manajemen Telkom. “Ini menjadi salah satu agenda nomor satu untuk eksekusi secara tepat, membangun manajemen tim yang bagus, dan mulai melakukan ekspansi ke daerah-daerah lain,” jelasnya, Senin (11/8/2025).
Marketing Sales Emiten Properti Milik Aguan Terkontraksi, Cek Rekomendasi Sahamnya
Ke depan, seluruh aset fiber optik Grup Telkom akan dikonsolidasikan dan dikelola secara mandiri oleh PT Telkom Infrastruktur Indonesia atau Infranexia. Infranexia direncanakan untuk berdiri sebagai entitas perusahaan baru, bukan lagi sekadar unit bisnis internal. Transformasi ini akan memungkinkan infrastruktur fiber optik tersebut dibuka dan ditawarkan kepada pemain lain di pasar. Potensi kolaborasi terbuka lebar, tidak hanya untuk 1.300 penyedia layanan internet (ISP) di Indonesia, tetapi juga untuk raksasa teknologi global seperti Google, Microsoft, dan perusahaan lainnya.
Tonton: IHSG Menghijau Hari Ini, 10 Saham LQ45 dengan PER Terendah & Tertinggi 12 Agusutus 2025
Angelo menambahkan bahwa spin off unit bisnis infrastruktur fiber optik ini digadang-gadang akan menjadi yang terbesar dalam sejarah Grup Telkom, menyusul suksesnya pemisahan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel yang berfokus pada aset menara telekomunikasi.
Ringkasan
IHSG mencatatkan kenaikan signifikan, didorong oleh penguatan di berbagai sektor, terutama teknologi, perindustrian, dan keuangan. Saham TLKM menjadi salah satu pendorong utama kenaikan IHSG dengan melesat 6,35%, menjadi salah satu *top gainers* di indeks LQ45. Kenaikan ini dipengaruhi sentimen positif terkait rencana *spin off* unit bisnis infrastruktur fiber optik Telkom, Infranexia.
Telkom berencana mengonsolidasikan seluruh aset fiber optiknya di bawah Infranexia, yang akan menjadi entitas perusahaan baru. Langkah ini memungkinkan infrastruktur fiber optik Telkom untuk ditawarkan kepada pemain lain di pasar, termasuk ISP dan perusahaan teknologi global. *Spin off* ini diharapkan menjadi yang terbesar dalam sejarah Grup Telkom setelah suksesnya pemisahan Mitratel.