Spin Off Fiber Optik Telkom

Muamalat.co.id JAKARTA. Rencana strategis PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) untuk melakukan pemisahan atau spin off unit bisnis infrastruktur fiber optiknya ke anak usaha, PT Telkom Infrastruktur Indonesia yang dikenal sebagai Infranexia, dinilai sebagai sentimen positif yang kuat bagi kinerja perseroan.

Grup Telkom, dengan jaringan fiber optik sepanjang sekitar 180.000 kilometer—setara dengan empat kali keliling bumi—saat ini masih secara dominan menggunakannya untuk kebutuhan internal. Potensi besar dari aset infrastruktur ini siap dibuka melalui langkah restrukturisasi tersebut.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom, Arthur Angelo Syailendra, menjelaskan bahwa nantinya Infranexia akan beroperasi sebagai perusahaan baru yang berdiri sendiri, bukan lagi sekadar unit bisnis di bawah Telkom. Meskipun saat ini 99% pendapatan FiberCo masih berasal dari internal Telkom, Angelo optimis bahwa 15% dari pendapatan entitas hasil spin off ini akan mampu diraih dari pihak ketiga.

Dengan kapasitas jaringan yang luas, Infranexia berpotensi melayani sekitar 1.300 penyedia layanan internet (ISP) serta pemain teknologi global lainnya seperti Google dan Microsoft. Tahap awal transfer aset senilai Rp 150 triliun akan dilakukan pada akhir 2025, mencakup antara 50% hingga 54% dari total aset. Proses transfer aset secara menyeluruh ditargetkan rampung enam bulan kemudian.

Angelo menambahkan, spin off unit bisnis infrastruktur fiber optik ini merupakan inisiatif terbesar Grup Telkom setelah sukses memisahkan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel yang berfokus pada aset menara telekomunikasi. Langkah ini menunjukkan komitmen Telkom untuk merampingkan anak usaha dan fokus pada bisnis inti yang berpotensi tinggi.

Senada, Head of Research KISI Sekuritas, Muhammad Wafi, melihat rencana spin off unit bisnis fiber optik ini sebagai katalis positif yang membuka peluang monetisasi aset yang sangat besar. Menurut Wafi, model pemisahan ini memungkinkan TLKM untuk mendapatkan one-off gain dari penjualan kepemilikan saham serta potensi recurring income melalui skema sewa atau penggunaan fiber oleh entitas baru. Ini tidak hanya akan memperbaiki neraca perusahaan tetapi juga mendukung pendanaan ekspansi di segmen-segmen dengan pertumbuhan tinggi, seperti cloud, pusat data, dan layanan digital business-to-business.

Wafi juga menilai bahwa dari segi prospek jangka panjang, spin off ini akan memberikan fleksibilitas bagi Telkom untuk membuka nilai aset, mempercepat ekspansi jaringan fiber optik, dan pada akhirnya meningkatkan ARPU (Average Revenue Per User) serta kualitas layanan secara keseluruhan.

Tak berbeda, Equity Research Associate Mirae Asset Sekuritas, Wilbert Arifin, turut memberikan pandangan positifnya. Menurutnya, rencana spin off ini adalah upaya cerdas Telkom untuk meningkatkan utilisasi asetnya, yang akan menciptakan sumber pendapatan baru yang signifikan. Namun, Wilbert juga mengingatkan bahwa Telkom perlu memastikan penambahan pendapatan ini tidak merusak daya saing bisnis yang bergerak di bidang serupa dan menjadi pengguna aset tersebut. Pertimbangan strategis ini penting demi menjaga ekosistem bisnis yang sehat dan kompetitif.

Ringkasan

Telkom Indonesia berencana melakukan spin off bisnis infrastruktur fiber optiknya ke anak usaha, Infranexia, sebagai sentimen positif untuk kinerja perusahaan. Restrukturisasi ini akan membuka potensi besar dari aset infrastruktur fiber optik Telkom yang luas, yang saat ini sebagian besar digunakan untuk kebutuhan internal.

Infranexia akan beroperasi sebagai perusahaan independen, dengan target pendapatan 15% dari pihak ketiga. Langkah ini dinilai sebagai katalis positif yang membuka peluang monetisasi aset dan meningkatkan fleksibilitas Telkom dalam ekspansi jaringan fiber optik serta peningkatan kualitas layanan.

Leave a Comment