Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) menyoroti dampak penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) terhadap Return on Investment (RoI) dana pensiun. Tercatat, suku bunga acuan BI telah dipangkas sebanyak empat kali sepanjang tahun ini, kini berada di level 5%. Kondisi ini berpotensi signifikan memengaruhi kinerja investasi dana pensiun.
Staf Ahli ADPI, Bambang Sri Mulyadi, menjelaskan bahwa jika tren penurunan suku bunga acuan BI diikuti oleh merosotnya tingkat suku bunga deposito, kupon obligasi, maupun Surat Berharga Negara (SBN), maka hasil usaha investasi dana pensiun secara otomatis akan turut menurun. Implikasi ini mendorong para pengelola dana pensiun untuk meninjau kembali strategi investasi mereka.

Menanggapi kondisi ini, Bambang menyarankan agar dana pensiun dapat mempertimbangkan instrumen equity atau saham. Namun, peralihan ini harus dilakukan dengan sangat cermat dan selektif, baik dalam penempatan maupun pelepasan aset. Kehati-hatian adalah kunci untuk memitigasi risiko di tengah volatilitas pasar saham.
Bagi dana pensiun yang memiliki posisi dana likuid yang memadai, fenomena kenaikan tren saham dapat dimanfaatkan untuk meraih gains atau keuntungan. Strategi ini, menurut Bambang, berpotensi besar untuk mengungkit atau meningkatkan hasil usaha investasi secara keseluruhan, memberikan dorongan positif di tengah tekanan suku bunga rendah.
Kendati demikian, Bambang juga menekankan bahwa bagi dana investasi yang sebagian besar telah tertanam pada instrumen fixed income (pendapatan tetap) dan tidak dapat secara fleksibel memanfaatkan fluktuasi harga saham, hasil usaha investasi mereka cenderung tidak terdampak signifikan atau tetap stabil. Ini menunjukkan adanya perbedaan strategi dan dampak yang dirasakan oleh masing-masing dana pensiun tergantung alokasi asetnya.
Melihat fenomena penurunan suku bunga BI ini, Bambang meyakini bahwa sudah terjadi aktivitas switching atau peralihan investasi. Transisi ini, khususnya, dilakukan oleh dana pensiun yang memang memiliki ketersediaan dana likuid yang cukup, memungkinkan mereka untuk bergerak lebih adaptif dalam merespons perubahan kondisi pasar.
Fakta ini sejalan dengan data yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data menunjukkan bahwa RoI gabungan dana pensiun per Mei 2025 tercatat sebesar 2,8%. Angka ini memperlihatkan penurunan yang jelas jika dibandingkan dengan posisi pada Mei 2024, mengindikasikan tantangan yang dihadapi industri dana pensiun di tengah lingkungan suku bunga yang dinamis.
Ringkasan
Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) hingga level 5% berpotensi menurunkan Return on Investment (RoI) dana pensiun. Kondisi ini mendorong pengelola dana pensiun untuk meninjau strategi investasi, mempertimbangkan instrumen equity atau saham dengan kehati-hatian untuk memitigasi risiko.
Dana pensiun dengan dana likuid memadai dapat memanfaatkan tren kenaikan saham untuk meraih keuntungan, sementara yang berinvestasi pada fixed income cenderung tidak terdampak signifikan. Data OJK menunjukkan RoI gabungan dana pensiun per Mei 2025 sebesar 2,8%, lebih rendah dibanding Mei 2024, mengindikasikan tantangan di tengah suku bunga dinamis.