
Muamalat.co.id JAKARTA. Sektor perbankan di Indonesia kembali menjadi sorotan utama para investor. Setelah kebijakan proaktif Kementerian Keuangan yang mengalirkan likuiditas masif ke bank-bank Himbara, serta didukung langkah strategis Bank Indonesia (BI) yang kembali memangkas suku bunga acuan, prospek saham perbankan dinilai semakin cerah dan menjanjikan. Kondisi makroekonomi ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan industri keuangan.
Menyikapi perkembangan positif tersebut, sejumlah analis terkemuka telah merilis pandangan dan rekomendasi terhadap emiten-emiten perbankan pilihan. Berikut adalah ulasan lengkap mengenai rekomendasi saham sektor perbankan yang patut Anda cermati:
1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
Saham BBRI dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk saat ini tengah menantikan terbitnya aturan teknis dari Kementerian Keuangan sebelum memulai penyaluran pembiayaan untuk koperasi desa dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) perumahan. Diproyeksikan, nilai pencairan aktual mungkin tidak mencapai plafon Rp 3 miliar per koperasi, mengingat proses seleksi yang akan diterapkan secara ketat.
Meski demikian, tantangan terhadap kualitas kredit mikro masih menjadi perhatian. Tercatat, rasio Non Performing Loan (NPL) untuk segmen ini mencapai Rp 2,4 triliun pada paruh pertama 2025, angka yang melampaui ekspektasi awal. Situasi ini mengindikasikan adanya potensi kenaikan biaya kredit, meskipun bank telah mengantongi buffer overlay sebesar Rp 2 triliun untuk mengantisipasi risiko.
Indeks Menguat, Cek Rekomendasi Saham BNI Sekuritas Hari Ini (18/9)
Kendati demikian, prospek BBRI di jangka menengah tetap cerah, didukung oleh penguatan jalur pendanaan melalui ekosistem payroll yang solid. Selain itu, penetrasi agresif pada segmen wholesale di sektor kesehatan dan pendidikan, serta tren normalisasi bunga simpanan, diharapkan menjadi pendorong utama kinerja positif.
Analis CGS International Sekuritas, Handy Noverdanius, Owen Tjandra, dan Elizabeth Noviana, dalam riset 21 Agustus 2025, merekomendasikan “Add” untuk saham BBRI, dengan target harga Rp 4.900.
2. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
Kinerja PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) periode Januari–Juli 2025 menunjukkan penurunan laba bersih sebesar 5,2% secara tahunan (yoy), terutama akibat pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang melambat dan peningkatan biaya provisi. Meskipun demikian, penyaluran kredit BBNI tetap solid, tumbuh 6,3% yoy, sejalan dengan target yang ditetapkan. Pertumbuhan ini didorong kuat oleh segmen korporasi, institusi, serta pembiayaan konsumer seperti payroll dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Strategi pendanaan BBNI yang berfokus pada dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) juga membuahkan hasil signifikan, dengan pertumbuhan mencapai 19,4% yoy menjadi Rp 625,7 triliun. Meskipun margin bunga bersih (NIM) mengalami tekanan, posisinya masih dalam koridor ekspektasi, ditopang oleh perbaikan biaya dana yang berangsur normal.
Simak Rekomendasi Saham CDIA, BRMS, BUMI, MDKA, BWPT, KRAS untuk Kamis (18/9/2025)
Beberapa risiko utama yang perlu diperhatikan untuk saham BBNI meliputi potensi pertumbuhan kredit yang lebih rendah dari perkiraan, kondisi likuiditas yang ketat karena yield SRBI yang tinggi, potensi stagnasi NIM, serta kenaikan biaya dana (CoF) dan biaya kredit (CoC) yang melampaui estimasi. Kendati demikian, saham BBNI telah menunjukkan momentum positif dengan penguatan return sebesar 7,5% dalam sebulan terakhir, meskipun potensi koreksi sehat tetap ada pasca reli kuat di sektor perbankan.
Akhmad Nurcahyadi dari KB Valbury Sekuritas, dalam risetnya tanggal 3 September 2025, merekomendasikan “Buy” untuk BBNI dengan target harga Rp 5.110.
BBNI Chart by TradingView
3. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menunjukkan performa impresif pada semester I-2025, dengan capaian laba bersih sebesar Rp 1,7 triliun, melonjak 13,6% secara tahunan (YoY). Kinerja positif ini utamanya ditopang oleh lonjakan signifikan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 55,1% YoY menjadi Rp 9,3 triliun, seiring dengan ekspansi margin bunga bersih (NIM) yang mencapai level 4,4%.
BBTN diperkirakan akan menjadi salah satu penerima manfaat utama dari program KUR Perumahan yang baru diluncurkan (Permenko No.13/2025). Program ini melengkapi skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang sudah ada, dengan menyediakan subsidi pembiayaan baik bagi pengembang maupun pembeli rumah, sehingga memperluas cakupan pasarnya.
Cek Rekomendasi Saham BBRI, MAPI, MEDC, dan INKP untuk Kamis (18/9/2025)
Meskipun tantangan struktural terkait kualitas aset dan komposisi pendanaan masih membayangi, perubahan arah kebijakan kini dinilai menciptakan lebih banyak peluang ketimbang risiko. Faktor-faktor pendorong utama pertumbuhan BBTN di masa mendatang meliputi percepatan penyaluran FLPP, keberhasilan eksekusi program KUR, serta pemulihan CASA yang berkelanjutan.
Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman dari Samuel Sekuritas Indonesia, dalam riset 28 Agustus 2025, memberikan rekomendasi “Buy” untuk saham BBTN, dengan target harga Rp 1.600.
4. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
Pada periode Januari–Juli 2025, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat laba bersih (bank-only) sebesar Rp 27,5 triliun, yang menunjukkan penurunan 6% secara tahunan (yoy). Angka ini baru mencapai 56% dari konsensus pasar, mengindikasikan kinerja yang sedikit di bawah ekspektasi awal.
Penekanan utama pada kinerja BMRI berasal dari lonjakan biaya operasional (opex) yang cukup signifikan, yakni 27% yoy. Peningkatan opex ini kemudian mendorong penurunan Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) sebesar 7% yoy. Situasi ini mengimbangi pertumbuhan yang cenderung moderat pada pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 2% yoy dan pendapatan non-bunga (non-II) yang naik 6% yoy.
Emiten Properti Merespons Positif Penurunan Suku Bunga, Cek Rekomendasi Saham Berikut
Di sisi positif, biaya kredit (CoC) BMRI menyusut ke level 0,7%, angka yang lebih rendah dari panduan manajemen yang berkisar 1%–1,2%. Penyaluran kredit dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh seimbang sebesar 10% yoy. Namun, pertumbuhan deposito berjangka melonjak 21% yoy, jauh melampaui pertumbuhan dana murah (CASA) yang hanya 7% yoy, menunjukkan pergeseran struktur pendanaan.
Ke depannya, tekanan terhadap margin bunga bersih (NIM) untuk saham BMRI dan sektor perbankan secara umum diperkirakan akan mulai mereda, seiring dengan kondisi likuiditas pasar yang berangsur membaik. Hal ini dapat memberikan dorongan positif bagi profitabilitas bank.
Jovent Muliadi dan Axel Azriel dari Indo Premier Sekuritas, dalam riset 1 September 2025, merekomendasikan “Buy” untuk BMRI, dengan target harga Rp 7.100.
Ringkasan
Sektor perbankan Indonesia kembali menjadi sorotan setelah kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia terkait likuiditas dan suku bunga. Analis merekomendasikan beberapa saham perbankan, termasuk BBRI, BBNI, BBTN, dan BMRI, dengan target harga yang berbeda-beda. Masing-masing bank memiliki tantangan dan peluang tersendiri, seperti kualitas kredit mikro pada BBRI, pertumbuhan CASA pada BBNI, program KUR perumahan pada BBTN, dan pengendalian biaya operasional pada BMRI.
Rekomendasi untuk BBRI adalah “Add” dengan target harga Rp 4.900, BBNI adalah “Buy” dengan target harga Rp 5.110, BBTN adalah “Buy” dengan target harga Rp 1.600, dan BMRI adalah “Buy” dengan target harga Rp 7.100. Meskipun ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan, prospek saham-saham ini dinilai cerah dengan berbagai faktor pendorong pertumbuhan masing-masing.