Pada momen setahun pertama kepemimpinan, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto-Wakil Presiden Gibran Rakabuming berhasil mengukir legitimasi kuat dengan meraih tingkat kepercayaan dan kepuasan publik mayoritas. Hasil survei menunjukkan bahwa karakter kepemimpinan yang tegas dan program-program yang langsung menyentuh masyarakat menjadi pendorong utama apresiasi ini.
Temuan signifikan ini terungkap dalam hasil survei Poltracking Indonesia yang dilaksanakan pada 3-10 Oktober 2025. Survei ini melibatkan 1.220 responden dengan margin of error +/- 2,9%, memberikan gambaran komprehensif mengenai persepsi publik terhadap jalannya pemerintahan.

Aspek kepuasan publik menjadi sorotan pertama. Poltracking mencatat bahwa 78,1% responden menyatakan puas terhadap kinerja pemerintahan Prabowo-Gibran, yang terdiri dari 9,8% sangat puas dan 68,3% cukup puas. Di sisi lain, 19,3% publik menyatakan tidak puas (gabungan 17,3% kurang puas dan 2% sangat tidak puas), sementara 2,6% lainnya tidak tahu atau tidak menjawab.
Faktor-faktor utama yang mendasari kepuasan publik terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran meliputi kepemimpinan yang tegas dan berwibawa (18,8%), bantuan pemerintah yang tepat sasaran (12,3%), implementasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) (10,4%), upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi (8,1%), serta kinerja yang terbukti (6,2%). Sebaliknya, lima alasan terbesar ketidakpuasan responden adalah kondisi ekonomi yang belum stabil (26,7%), bantuan yang tidak tepat sasaran (15,7%), kasus korupsi (8,9%), harga kebutuhan pokok yang mahal (7%), dan masih kurangnya lapangan kerja (6,3%). Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda Rasyid, pada Minggu (19/10), menekankan bahwa kelima alasan ketidakpuasan ini merupakan masukan penting bagi pemerintahan.
Secara spesifik, tingkat kepuasan terhadap kinerja Prabowo sebagai Presiden, tanpa menyertakan Gibran, tercatat lebih tinggi. Sebanyak 78,3% responden menyatakan puas (9,7% sangat puas dan 68,6% cukup puas), sedangkan 19,2% merasa tidak puas (17,5% kurang puas dan 1,7% sangat tidak puas). Hanta Yuda Rasyid menyoroti angka ini sebagai “tinggi,” karena berada di atas 70% bahkan mendekati 80%, yang secara psikologis mengindikasikan apresiasi positif yang kuat.
Kepuasan publik terhadap kinerja Prabowo sebagai Presiden didorong oleh figur kepemimpinannya yang dinilai tegas, berani, dan bertanggung jawab (22,9%). Selain itu, bantuan sosial yang bermanfaat (13,4%), kedekatan dengan rakyat serta pembelaan kepentingan rakyat kecil (11,4%), peningkatan penegakan hukum dan pemberantasan korupsi (9,2%), serta program Makan Bergizi Gratis atau MBG (8,5%) turut menjadi alasan utama apresiasi publik. “Ini lima alasan tertinggi mengapa kinerja Prabowo sebagai presiden diapresiasi atau dipersepsikan positif atau dianggap memuaskan oleh publik,” imbuh Hanta.
Selain kepuasan, survei Poltracking juga memperlihatkan tingkat kepercayaan publik yang sangat tinggi terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran, menjadi pilar legitimasi kedua yang kuat. Sebanyak 81,5% publik menyatakan percaya (10% sangat percaya dan 71,5% cukup percaya), sementara hanya 15,6% yang tidak percaya (14,4% kurang percaya dan 1,2% sangat tidak percaya). Sisanya, 2,9% tidak menjawab atau tidak tahu.
Beberapa program prioritas pemerintahan Prabowo-Gibran juga mendapat afirmasi positif dari publik. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menonjol sebagai program yang dianggap paling bermanfaat (22,7%), dengan tingkat kepuasan mencapai 53,5% berbanding 37% yang menyatakan tidak puas. Program lainnya yang dianggap bermanfaat meliputi Bantuan Upah Subsidi (13,6%), Kartu Indonesia Sehat (11,3%), Kartu Indonesia Pintar (9,7%), dan Layanan Kesehatan Gratis (8,8%), sementara program-program lain mendapat angka di bawah 4%.
Survei ini juga mengungkapkan tingginya kepuasan publik di beberapa bidang. Sektor pendidikan memimpin dengan 79%, diikuti oleh bidang kesehatan (76,6%), pertahanan dan keamanan (75,5%), serta sosial budaya (74,9%). Namun, Poltracking juga menggarisbawahi tiga bidang yang “harus menjadi perhatian Pemerintahan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka dalam momentum 1 tahun saat ini yang harus terus diperbaiki,” yaitu bidang hukum dan pemberantasan korupsi (68,2%), bidang politik dan stabilitas nasional (65,7%), dan bidang ekonomi (57,4%).
Sebagai perbandingan, hasil survei Lembaga Intelligence and National Security Studies (INSS) turut memperkuat temuan ini, menunjukkan 72,5% masyarakat Indonesia merasa puas terhadap kinerja Pemerintahan Prabowo-Gibran. Direktur Riset dan Pengembangan INSS, Ahmad Rijal, pada Senin (20/10), menyatakan bahwa “Tingkat kepuasan yang tinggi menunjukkan bahwa publik merasakan arah kebijakan pemerintah yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat. Ini menjadi indikator positif terhadap stabilitas politik dan kepercayaan terhadap kepemimpinan nasional.”
Meskipun demikian, survei INSS juga mengindikasikan bahwa publik masih melihat situasi ekonomi nasional penuh tantangan. Hanya 30,5% responden yang melihat tanda-tanda perbaikan ekonomi, dan 46,3% percaya pemerintah mampu menciptakan lapangan kerja. INSS menyimpulkan bahwa daya beli masyarakat dan penciptaan lapangan kerja merupakan faktor kunci penguatan legitimasi pemerintahan, sehingga kebijakan ekonomi yang menyentuh sektor produktif masyarakat perlu diperkuat untuk menjaga optimisme publik.
Ringkasan
Survei Poltracking Indonesia menunjukkan tingkat kepuasan dan kepercayaan publik yang tinggi terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran. Mayoritas responden, sekitar 78,1%, menyatakan puas dengan kinerja pemerintah, didorong oleh kepemimpinan yang tegas, bantuan pemerintah yang tepat sasaran, dan program Makan Bergizi Gratis. Survei ini dilakukan pada 3-10 Oktober 2025 dengan melibatkan 1.220 responden.
Selain kepuasan, tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran juga tinggi, mencapai 81,5%. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dianggap paling bermanfaat oleh publik, meskipun terdapat ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi yang belum stabil. Survei menyoroti bidang ekonomi, hukum, dan politik sebagai area yang perlu diperbaiki oleh pemerintahan Prabowo-Gibran.