Pemerintahan Donald Trump mengambil langkah berani dengan mengakuisisi 9,9% saham Intel Corp. (INTC.O) senilai USD 8,9 miliar, atau sekitar USD 20,47 per saham. Langkah ini, yang diumumkan pada Sabtu (23/8), merupakan bagian dari skema konversi hibah pemerintah menjadi ekuitas, memberikan Intel suntikan dana segar sebesar USD 10 miliar untuk pengembangan dan perluasan fasilitas produksi di Amerika Serikat.
Dana tersebut berasal dari USD 5,7 miliar dari Undang-Undang CHIPS era Biden yang belum dicairkan, ditambah USD 3,2 miliar dari program Secure Enclave. Harga akuisisi saham Intel ini sekitar USD 4 lebih rendah dari harga penutupan saham pada Jumat (22/8) di angka USD 24,80, sehingga pemerintah AS berhasil memperoleh 433,3 juta lembar saham.

Keputusan kontroversial ini sekaligus meredakan ketegangan antara Trump dan CEO Intel, Lip-Bu Tan, yang sebelumnya sempat dihadapkan pada desakan untuk mengundurkan diri karena dugaan konflik kepentingan terkait bisnis di China. “Dia datang dengan keinginan untuk mempertahankan jabatannya, dan akhirnya memberi kita USD 10 miliar untuk Amerika Serikat. Jadi, kita mendapatkan USD 10 miliar,” ujar Trump menjelaskan kesepakatan tersebut.
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, turut memberikan komentar positif melalui platform X, menyebut kesepakatan ini sebagai langkah yang adil bagi Intel dan rakyat Amerika. Sentimen positif ini tercermin dalam pergerakan saham Intel yang naik 5,5% dalam perdagangan reguler dan 1% lagi dalam sesi tambahan pada Jumat (22/8).
Intervensi pemerintah AS dalam korporasi skala besar ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, pemerintah memberikan izin kepada Nvidia untuk menjual chip H20 ke China dengan imbalan 15% dari penjualannya, menjadikan Pentagon sebagai pemegang saham terbesar MP Materials, dan mengamankan golden share dalam akuisisi U.S. Steel oleh Nippon Steel.
Namun, beberapa pihak menilai bahwa masalah Intel lebih kompleks daripada sekadar kekurangan modal. Daniel Morgan, Senior Portfolio Manager Synovus Trust, mengatakan bahwa unit foundry Intel menghadapi tantangan besar. Ia menambahkan, “Tanpa dukungan pemerintah atau mitra lain yang lebih kuat secara finansial, akan sulit bagi unit Intel untuk mengumpulkan modal yang cukup untuk terus membangun lebih banyak pabrik dengan kecepatan yang wajar.”
Meskipun pemerintah AS akan menjadi pemegang saham pasif tanpa kursi di dewan direksi, kesepakatan ini memberikan AS hak waran selama lima tahun untuk membeli tambahan 5% saham Intel dengan harga USD 20 per saham. Hak waran ini dapat diaktifkan jika Intel kehilangan kendali atas bisnis foundry-nya.
Bagi Intel, suntikan dana ini menjadi angin segar di tengah kinerja keuangan yang kurang menguntungkan. Perusahaan mencatat kerugian USD 18,8 miliar pada tahun 2024, kerugian terbesar sejak tahun 1986, setelah beberapa tahun tertinggal dari Nvidia di pasar AI dan kehilangan pangsa pasar prosesor kepada AMD. Investasi pemerintah ini diharapkan dapat membantu Intel memperbaiki kinerja dan daya saingnya.
Ringkasan
Pemerintahan Donald Trump mengakuisisi 9,9% saham Intel Corp. senilai USD 8,9 miliar, atau sekitar USD 20,47 per saham. Langkah ini merupakan bagian dari skema konversi hibah pemerintah menjadi ekuitas, memberikan Intel suntikan dana segar sebesar USD 10 miliar untuk pengembangan fasilitas produksi di Amerika Serikat.
Dana tersebut berasal dari Undang-Undang CHIPS era Biden dan program Secure Enclave. Pemerintah AS akan menjadi pemegang saham pasif, namun memiliki hak waran selama lima tahun untuk membeli tambahan 5% saham Intel. Investasi ini diharapkan dapat membantu Intel memperbaiki kinerja dan daya saingnya di tengah kerugian yang dialami.