Trump vs Xi Jinping Bikin Bitcoin Anjlok? Harga Sentuh US$ 108.000!

Muamalat.co.id – Harga Bitcoin mengalami tekanan signifikan, anjlok tajam hingga menyentuh kisaran US$ 108.000 (setara sekitar Rp 1,7 miliar) pada Jumat (10/10) siang waktu AS. Penurunan drastis ini terjadi setelah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China memanas drastis, mengguncang pasar global, termasuk sektor kripto.

Gejolak pasar dimulai begitu Presiden Donald Trump mengumumkan serangkaian kebijakan tarif dan pembatasan ekspor baru yang agresif terhadap Beijing. Melalui platform Truth Social, Trump mengungkapkan bahwa China telah menerapkan kontrol ekspor yang “agresif” dan “belum pernah terjadi sebelumnya” atas hampir semua produk, efektif berlaku untuk seluruh negara mulai 1 November 2025.

Sebagai respons balasan, Trump menegaskan bahwa AS akan memberlakukan tarif 100% atas seluruh barang impor dari China dan menetapkan kontrol ekspor atas perangkat lunak penting, berlaku pada tanggal yang sama. Deklarasi ini sontak memicu kepanikan di kalangan investor, memicu aksi jual besar-besaran di berbagai aset berisiko.

Bitcoin Terjun Bebas 10%, Aset Kripto Lainnya Ikut Ambruk Massal

Dampak pengumuman Trump langsung terasa di pasar kripto. Harga Bitcoin langsung anjlok dari sekitar US$ 117.000 di siang hari, terjun bebas di bawah US$ 108.000 dalam hitungan jam. Pada saat berita ini ditulis, tepat pukul 10.17 WIB, Harga Bitcoin memang menunjukkan sedikit pemulihan ke kisaran US$ 112.677, namun volatilitas pasar masih sangat tinggi dan penuh ketidakpastian.

Dalam kurun waktu beberapa jam saja, Bitcoin telah kehilangan sekitar 10% dari nilainya. Efek domino ini jauh lebih parah pada banyak aset kripto lain, yang ambruk hingga 20–40%. Situasi ini menggarisbawahi sensitivitas pasar kripto terhadap dinamika geopolitik dan kebijakan ekonomi global.

Trump Guncang Pasar Kripto Dunia, Likuidasi Kripto Tembus Rp 155 Triliun dalam 24 Jam

Eskalasi Perdagangan AS–China Guncang Pasar Global

Tak hanya pasar kripto, bursa saham global pun ikut terpuruk setelah pengumuman dramatis dari Trump. Langkah kenaikan tarif besar-besaran oleh AS merupakan respons langsung terhadap pembatasan ekspor baru yang diterapkan China untuk logam tanah jarang (rare earth). Material ini sangat vital bagi industri pertahanan, semikonduktor, dan kecerdasan buatan (AI).

Trump menuduh Beijing berupaya “memonopoli sumber daya penting dunia,” yang memicu ketegangan yang lebih besar. China sendiri telah memperluas aturan ekspornya hingga mencakup produk asing yang mengandung atau diolah menggunakan unsur tanah jarang asal China. Kebijakan ini menandai eskalasi signifikan dalam perang dagang antara kedua negara adidaya, sekaligus memicu kekhawatiran serius akan potensi gangguan rantai pasok global yang lebih luas.

Akibatnya, saham-saham berisiko langsung tergelincir tajam. Indeks S&P 500 turun 2% dan Nasdaq merosot 2,7% dalam sehari. Sebagai bentuk protes, Trump juga membatalkan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC, seraya berjanji akan “melawan China secara finansial.”

Aset Kripto Telah Berkontribusi 0,32% ke PDB Nasional

Trump menuding tindakan Beijing sebagai “jahat dan bermusuhan,” sambil menegaskan bahwa AS memiliki kekuatan ekonomi yang lebih besar—kekuatan yang, menurutnya, belum pernah digunakan secara penuh hingga saat ini. Gelombang tekanan ini juga menimpa saham-saham kripto terkemuka: Circle (CRCL), Robinhood (HOOD), Coinbase (COIN), dan MicroStrategy (MSTR) kompak turun antara 3% hingga 12% sepanjang hari perdagangan.

Rally Bitcoin Terhenti Sementara, Namun Potensi Bull Run Masih Berdenyut Kuat

Penurunan ini terjadi setelah periode Bitcoin menunjukkan performa yang mengesankan. Awal Oktober lalu, Bitcoin sempat menembus rekor tertinggi baru di atas US$ 126.000, sebelum akhirnya kembali stabil di kisaran US$ 121.000. Banyak analis pasar menyebut fase ini sebagai “fase euforia” dalam siklus bull market, di mana harga aset naik dengan cepat diiringi optimisme berlebihan dari investor ritel.

Tonton: Harga Emas Antam Menghijau Hari Ini (11 Oktober 2025)

Secara historis, momentum semacam ini kerap mendorong harga Bitcoin menuju kisaran US$ 180.000–200.000 sebelum pasar akhirnya mendingin dan mengalami konsolidasi. Sejak awal tahun, Bitcoin telah mencatat kenaikan lebih dari 30%. Penguatan ini didorong oleh aliran dana yang signifikan ke ETF Bitcoin di AS dan kembalinya kepercayaan investor terhadap aset digital sebagai bagian integral dari portofolio investasi global.

Ringkasan

Harga Bitcoin mengalami penurunan signifikan hingga menyentuh US$ 108.000 setelah pengumuman kebijakan tarif dan pembatasan ekspor baru oleh Presiden Trump terhadap China, memicu kekhawatiran di pasar global dan aksi jual aset berisiko. Ketegangan perdagangan antara AS dan China, termasuk tuduhan monopoli sumber daya dan pembatasan ekspor logam tanah jarang, memperburuk situasi dan berdampak pada bursa saham global.

Penurunan Bitcoin mencapai 10% dan menyeret aset kripto lainnya, sementara saham-saham kripto terkemuka juga mengalami penurunan. Meskipun sempat mengalami reli dan mencetak rekor tertinggi, pasar kripto menjadi sensitif terhadap dinamika geopolitik dan kebijakan ekonomi global, menghentikan sementara potensi *bull run* Bitcoin.

Leave a Comment