UNVR Terpuruk di LQ45: Kinerja Anjlok Jadi Penyebab Utama?

Muamalat.co.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Rabu (6/8/2025) di zona merah, melemah 11,43 poin atau 0,15% hingga mencapai level 7.503,75. Penutupan yang kurang menggembirakan ini mencerminkan dinamika pasar yang fluktuatif, di mana pergerakan saham didominasi oleh koreksi.

Pada sesi perdagangan kemarin, tercatat 320 saham mengalami kenaikan, sementara 270 saham bergerak turun, dan 215 saham lainnya mempertahankan posisinya tanpa perubahan. Beberapa sektor menunjukkan performa yang signifikan, baik dalam pelemahan maupun kenaikan. Sektor barang konsumen non siklikal menjadi salah satu yang mencatatkan pelemahan terbesar, turun 1,01%. Di sisi lain, sektor infrastruktur menunjukkan kenaikan yang bervariasi, yakni sebesar 0,54% dan 0,27%, menandakan adanya pergerakan yang beragam di dalam subsektor tersebut.

Di antara saham-saham yang paling tertekan, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menjadi sorotan utama. Saham UNVR terpantau sebagai salah satu top losers LQ45, menduduki posisi ketiga dengan penurunan signifikan sebesar 3,61%. Penurunan ini memicu perhatian terhadap kinerja salah satu emiten raksasa di sektor barang konsumen primer tersebut.

Berikut adalah rincian pergerakan saham UNVR pada perdagangan Rabu kemarin:

  • Harga pembukaan: Rp 1.800
  • Harga tertinggi: Rp 1.800
  • Harga terendah: Rp 1.735
  • Harga penutupan: Rp 1.735

Sentimen yang mempengaruhi saham UNVR

Pelemahan saham UNVR terjadi tak lama setelah perusahaan merilis kinerja keuangan Semester I yang dinilai mengecewakan. Berdasarkan laporan keuangan per Semester I tahun ini, Unilever Indonesia membukukan penurunan laba bersih sebesar 13% secara tahunan, menjadi Rp 2,16 triliun. Angka ini jauh di bawah ekspektasi pasar, memicu kekhawatiran di kalangan investor.

Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Willy Goutama, dalam risetnya tanggal 4 Agustus 2025, mengungkapkan bahwa realisasi laba bersih UNVR tersebut hanya memenuhi 59% dari estimasinya dan 56% dari konsensus pasar. Bahkan, Willy menyoroti bahwa capaian ini berada di bawah data historis perusahaan dalam lima tahun terakhir, yang biasanya mencapai 60%.

Penurunan laba bersih ini sejalan dengan melemahnya pendapatan UNVR sebesar 4% secara tahunan menjadi Rp 18,21 triliun. “Pendapatan UNVR kami nilai lemah karena pertumbuhan penjualan UNVR tertinggal dibandingkan rata-rata industri FMCG yang tumbuh sekitar 3% hingga 5% di Semester I tahun ini,” jelas Willy dalam risetnya. Kondisi ini diperparah oleh penurunan volume penjualan sebesar 6,1%, bahkan lebih rendah dari basis volume penjualan di Semester I-2024, menunjukkan tantangan serius yang dihadapi perusahaan.

Kinerja Unilever Indonesia di periode April-Juni atau kuartal II tahun ini juga mencatat penurunan signifikan, yakni 26% secara kuartalan dan 10% secara tahunan, dengan laba bersih mencapai Rp 918 miliar. “UNVR kembali mengecewakan pasar karena lemahnya penjualan serta menyempitnya margin laba,” ujar Willy, menegaskan kembali kekecewaan terhadap hasil kuartalan.

Secara keseluruhan, kinerja kuartal II dan Semester I 2025 menurut Willy telah mengecewakan ekspektasi pasar secara luas. Ke depan, Willy meyakini bahwa investor akan lebih menghargai pemulihan laba dibandingkan dengan program pembelian kembali saham (buyback saham) yang baru-baru ini diumumkan. Hal ini mengindikasikan bahwa fokus pasar akan beralih pada perbaikan fundamental perusahaan untuk memicu pertumbuhan nilai saham.

Profil emiten

  • Nama: Unilever Indonesia Tbk
  • Tanggal Pencatatan: 1982-01-11
  • Papan Pencatatan: Utama
  • Bidang Usaha Utama: Fast Moving Consumer Goods
  • Sektor: Barang Konsumen Primer
  • Subsektor: Produk Rumah Tangga Tidak Tahan Lama
  • Industri: Produk Perawatan Tubuh
  • Subindustri: Produk Perawatan Tubuh

Ringkasan

Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menjadi salah satu top losers di LQ45 dengan penurunan 3,61%. Penurunan ini dipicu oleh rilis kinerja keuangan semester I yang mengecewakan, di mana laba bersih perusahaan turun 13% secara tahunan menjadi Rp 2,16 triliun. Angka ini berada di bawah ekspektasi pasar dan data historis perusahaan.

Penurunan laba bersih UNVR sejalan dengan melemahnya pendapatan sebesar 4% secara tahunan menjadi Rp 18,21 triliun. Analis menilai pertumbuhan penjualan UNVR tertinggal dibandingkan rata-rata industri FMCG. Investor diperkirakan akan lebih fokus pada pemulihan laba perusahaan daripada program buyback saham yang baru diumumkan.

Leave a Comment