Wall Street Berdarah! Saham AI Anjlok, Pasar Tertekan

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street mengakhiri pekan perdagangan Jumat (29/8) dengan koreksi, menjauh dari rekor puncaknya. Pelemahan pasar saham AS ini sebagian besar dipicu oleh anjloknya saham-saham raksasa teknologi seperti Dell, Nvidia, dan emiten terkait kecerdasan buatan (AI) lainnya. Bersamaan dengan itu, perhatian investor juga tertuju pada data inflasi yang mulai menunjukkan dampak nyata dari kebijakan tarif impor terhadap harga-harga.

Penurunan ini tercermin jelas pada ketiga indeks utama. Indeks S&P 500, sehari setelah mencapai rekor penutupan, merosot 0,64 persen menjadi 6.460,26 poin. Indeks komposit Nasdaq mengalami anjlok lebih dalam sebesar 1,15 persen ke 21.455,55 poin, sementara Dow Jones Industrial Average terpangkas 0,20 persen menjadi 45.544,88 poin.

Saham Dell menjadi salah satu pemberat utama S&P 500, terperosok hampir 9 persen. Meskipun perusahaan ini mengisyaratkan prospek permintaan yang solid untuk infrastruktur AI, optimisme tersebut terkikis oleh melonjaknya biaya produksi server khusus AI dan intensitas persaingan yang ketat. Senada, saham Nvidia juga melanjutkan tren negatifnya dengan penurunan 3,4 persen, menandai koreksi tiga hari beruntun. Laporan kinerja kuartalan terbaru Nvidia pada Rabu (27/8) lalu, meski masih menunjukkan belanja untuk infrastruktur AI yang kuat, gagal memenuhi ekspektasi tinggi para investor.

Zachary Hill, Kepala Manajemen Portofolio Horizon Investments di Charlotte, North Carolina, mengomentari situasi ini, “Pelemahan hari ini terutama melanda saham-saham besar teknologi. Ini bukan kali pertama muncul kekhawatiran mengenai potensi investasi berlebihan di sektor AI, kurangnya peluang monetisasi, dan isu serupa.” Pernyataan ini menggarisbawahi kegelisahan pasar terhadap valuasi dan keberlanjutan model bisnis di tengah euforia AI.

Beranjak ke ranah makroekonomi, data dari Departemen Perdagangan AS mengungkapkan peningkatan belanja konsumen pada bulan Juli mencapai level tertinggi dalam empat bulan, diiringi kenaikan inflasi jasa. Namun, para ekonom berpendapat bahwa tren permintaan domestik ini kemungkinan besar tidak akan menghalangi langkah Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga bulan ini, terutama mengingat kondisi pasar tenaga kerja yang cenderung melemah. Lebih lanjut, laporan tersebut juga menyoroti adanya tekanan harga signifikan yang diakibatkan oleh tarif impor, diperparah dengan berakhirnya kebijakan pembebasan tarif untuk paket impor di bawah USD 800 pada hari yang sama, yang berpotensi menaikkan biaya bagi para pelaku usaha dan konsumen.

Para pelaku pasar secara luas kini memproyeksikan The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan September. Jim Smigiel, Chief Investment Officer SEI, menambahkan, “Sekalipun inflasi terlihat meningkat, yang tampaknya disebabkan oleh tarif dan bersifat sementara, The Fed kemungkinan besar akan mengabaikan fenomena tersebut.” Ini mengindikasikan prioritas bank sentral terhadap stabilitas ekonomi yang lebih luas.

Perlu dicatat, pasar saham AS akan ditutup pada hari Senin (1/9) dalam rangka memperingati Hari Buruh. Meskipun demikian, ekspektasi kuat terhadap pemangkasan suku bunga telah menjadi katalis positif, membantu indeks S&P 500 dan Dow Jones membukukan kenaikan bulanan keempat secara beruntun, sementara Nasdaq bahkan mencatatkan kenaikan bulanan kelima berturut-turut, menyoroti ketahanan pasar di tengah gejolak.

Di tengah sentimen negatif terhadap saham-saham teknologi AS, Alibaba justru tampil perkasa. Saham raksasa teknologi asal Tiongkok ini melonjak 13 persen setelah melaporkan pertumbuhan bisnis komputasi awan yang jauh melampaui perkiraan, terutama didorong oleh permintaan berbasis AI. Laporan dari Wall Street Journal yang menyebutkan Alibaba juga telah mengembangkan chip AI baru turut memperkuat optimisme investor.

Melihat lebih dalam pada sektor-sektor di S&P 500, enam dari 11 sektor berhasil ditutup menguat. Sektor kesehatan memimpin dengan kenaikan 0,73 persen, diikuti oleh barang konsumsi primer yang naik 0,64 persen. Namun, sektor teknologi menjadi penekan utama dengan penurunan 1,63 persen. Meskipun demikian, secara bulanan, pasar menunjukkan kekuatan: indeks Russell 2000 yang berfokus pada saham kapitalisasi kecil, meski turun 0,5 persen pada hari itu, berhasil membukukan kenaikan impresif 7 persen sepanjang Agustus. Dalam periode yang sama, S&P 500 menguat 1,9 persen, Dow Jones melonjak 3,2 persen, dan Nasdaq menambah 1,6 persen.

Di tengah berbagai spekulasi, Gubernur The Fed, Christopher Waller – yang namanya sering disebut sebagai kandidat potensial pimpinan bank sentral – secara terbuka menyatakan keinginannya untuk memulai pemangkasan suku bunga bulan depan. Pandangan ini sejalan dengan seruan Presiden Donald Trump yang gencar menyuarakan penurunan biaya pinjaman. Kendati demikian, ketidakpastian politik turut membayangi. Sidang gugatan yang diajukan oleh Trump untuk memberhentikan Gubernur The Fed Lisa Cook pada hari Jumat berakhir tanpa putusan langsung, memastikan Cook untuk tetap menjabat setidaknya untuk saat ini.

Selain nama-nama besar di atas, beberapa saham lain juga mengalami gejolak. Marvell Technology anjlok signifikan hampir 19 persen menyusul proyeksi pendapatan kuartalan yang berada di bawah ekspektasi pasar. Demikian pula, saham Caterpillar, yang kerap dipandang sebagai barometer kesehatan ekonomi global, melemah 3,65 persen, sehari setelah perusahaan tersebut memperkirakan adanya kenaikan biaya yang substansial akibat tarif pada tahun 2025.

Secara keseluruhan, meskipun ada tekanan, jumlah saham yang menguat masih mendominasi di S&P 500 dengan rasio 1,3 banding 1. Sepanjang sesi, indeks ini mencatat 21 rekor tertinggi baru tanpa adanya rekor terendah, menunjukkan kekuatan di beberapa segmen. Sementara itu, Nasdaq mencatat 76 rekor tertinggi baru dan 67 rekor terendah, mencerminkan volatilitas tinggi di pasar teknologi. Volume perdagangan di bursa AS sendiri terpantau relatif ringan, hanya mencapai 14,8 miliar saham, di bawah rata-rata 16,4 miliar saham dalam 20 sesi terakhir.

Ringkasan

Wall Street mengalami koreksi pada akhir pekan lalu, tertekan oleh anjloknya saham-saham teknologi terkait AI seperti Dell dan Nvidia. Penurunan ini juga dipengaruhi oleh data inflasi AS yang menunjukkan dampak tarif impor terhadap harga. Investor kini menantikan keputusan The Fed terkait pemangkasan suku bunga, yang diperkirakan akan terjadi pada bulan September.

Meskipun demikian, beberapa sektor masih mencatatkan kenaikan, dan indeks S&P 500 serta Dow Jones berhasil mencatatkan kenaikan bulanan. Di tengah penurunan saham teknologi AS, Alibaba justru mengalami lonjakan. Pasar akan tutup pada Hari Buruh, namun ekspektasi pemangkasan suku bunga tetap menjadi sentimen positif.

Leave a Comment