Wall Street Catat Rekor Penutupan Kamis (2/10), Saham Teknologi Jadi Penopang

Tiga indeks utama Wall Street berhasil mengukir sejarah pada perdagangan Kamis (2/10), menutup sesi di level tertinggi sepanjang masa. Kenaikan tipis ini secara signifikan ditopang oleh kinerja gemilang sektor teknologi, meskipun para investor tetap diselimuti kewaspadaan akan data tenaga kerja yang belum pasti serta dampak dari penutupan sebagian operasional pemerintah AS.

Menurut laporan Reuters, Dow Jones Industrial Average sukses menanjak 78,62 poin atau 0,17%, mencapai level 46.519,72. Sementara itu, S&P 500 membukukan kenaikan tipis 4,15 poin atau 0,06%, mendarat di 6.715,35. Tidak ketinggalan, Nasdaq Composite melonjak lebih impresif sebesar 88,89 poin atau 0,39%, ditutup pada 22.844,05. Pencapaian ini menandai penutupan rekor tertinggi kedua secara beruntun bagi Dow dan S&P 500, sedangkan Nasdaq semakin mendekati rekor penutupan yang telah dicapai pada hari Rabu sebelumnya.

Motor penggerak utama di balik reli pasar ini adalah sektor teknologi yang perkasa. Saham-saham raksasa seperti Nvidia, Apple, dan Broadcom memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap kenaikan indeks. Bahkan, indeks semikonduktor AS turut mencatatkan rekor penutupan tertinggi, melonjak 1,9% dan menegaskan dominasi teknologi dalam pergerakan pasar saat ini.

Namun, euforia pasar diwarnai oleh perhatian serius investor terhadap kondisi data tenaga kerja. Laporan resmi nonfarm payroll September harus ditunda akibat penutupan sebagian operasional pemerintah, memaksa investor untuk memantau data dari sumber non-pemerintah. Data dari firma outplacement global Challenger, Gray & Christmas mengungkapkan adanya penurunan pengumuman pemutusan kerja pada September. Meski demikian, rencana perekrutan sepanjang tahun ini tercatat sebagai yang terendah sejak tahun 2009, mengindikasikan adanya kelemahan fundamental di pasar kerja.

Jim Baird, Chief Investment Officer Plante Moran Financial Advisors, menjelaskan bahwa pasar sedang “menilai semua ini terhadap data tenaga kerja yang lemah dalam beberapa bulan terakhir untuk memahami arah sebenarnya.” Kondisi tenaga kerja yang lesu ini kemudian memicu spekulasi luas di kalangan investor bahwa The Fed akan melakukan pemotongan suku bunga dua kali lagi tahun ini, bahkan tidak menutup kemungkinan pemangkasan pada akhir Oktober mendatang, sebagai respons untuk menstimulasi perekonomian.

Selain sektor teknologi, pergerakan di antara 11 sektor utama S&P 500 menunjukkan gambaran yang beragam. Sektor material menjadi primadona dengan kenaikan persentase tertinggi sebesar 1%, menunjukkan kekuatan di beberapa area ekonomi. Sebaliknya, sektor energi mengalami penurunan terbesar, terkoreksi 1%, mencerminkan fluktuasi harga komoditas dan sentimen pasar terhadap energi.

Beberapa saham terkemuka juga mengalami pergerakan signifikan. Saham konsumer discretionary menjadi penekan terbesar bagi S&P 500, terutama disebabkan oleh anjloknya saham Tesla sebesar 5%. Ini merupakan kerugian persentase satu hari terbesar bagi Tesla sejak Juli lalu, meskipun laporan pengiriman kuartalannya sebenarnya menunjukkan hasil yang positif. Di sisi lain, saham biro kredit seperti Equifax dan TransUnion masing-masing merosot tajam 8,5% dan 10,6%. Penurunan ini terjadi setelah FICO meluncurkan program inovatif yang memungkinkan pemberi pinjaman hipotek untuk mengakses skor kredit tanpa harus bergantung pada kedua biro tersebut. Tak heran, saham FICO sendiri melonjak hampir 18% setelah pengumuman tersebut, menjadi pemenang jelas dari perubahan lanskap ini. Sementara itu, Occidental Petroleum turut mencatat penurunan 7,3% menyusul pengumuman penjualan divisi petrokimia kepada Berkshire Hathaway milik Warren Buffett senilai $9,7 miliar.

Leave a Comment