Wall Street Cetak Rekor Tertinggi, Dipicu Harapan Berakhirnya Penutupan Pemerintah AS

NEW YORK. Pasar saham Wall Street menunjukkan pergerakan yang beragam namun signifikan pada akhir perdagangan Selasa (11/11/2025). Indeks Utama Wall Street berhasil ditutup menguat, dengan Dow Jones Industrial Average bahkan mencapai rekor tertinggi baru, didorong oleh optimisme seputar kemajuan dalam upaya mengakhiri penutupan pemerintah Amerika Serikat.

Menurut laporan Reuters, indeks S&P 500 naik tipis 0,21%, mengakhiri hari di level 6.846,61. Sementara itu, Nasdaq mengalami penurunan sebesar 0,25% menjadi 23.468,30. Di sisi lain, Dow Jones Industrial Average melonjak 1,18%, menutup perdagangan dengan kuat di angka 47.927,96, mencatatkan rekor baru yang impresif.

Tren positif sepanjang tahun 2025 ini tampak jelas pada kinerja indeks-indeks utama tersebut. Hingga saat ini, Indeks Dow Jones telah menguat hampir 13%, S&P 500 mencatat kenaikan 16%, dan Nasdaq memimpin dengan kenaikan fantastis mencapai hampir 22%.

Sebagian besar sektor pada S&P 500 menunjukkan penguatan, dengan sepuluh dari sebelas indeks sektor bergerak naik. Sektor perawatan kesehatan tampil paling menonjol, melonjak 2,33%. Kenaikan ini dipimpin oleh saham-saham raksasa seperti Eli Lilly, Johnson & Johnson, dan AbbVie, yang masing-masing mengalami kenaikan lebih dari 2%.

“Ekspektasinya adalah penutupan pemerintah telah berakhir. Orang-orang akan kembali bekerja, data ekonomi akan dirilis kembali, dan ketidakpastian akan berlalu,” ujar Sam Stovall, Kepala Strategi Investasi CFRA. Pernyataan ini mencerminkan sentimen pasar yang cenderung positif dan berharap akan stabilitas ekonomi pasca-penutupan pemerintah AS.

Meskipun demikian, tidak semua sentimen pasar positif. Kekhawatiran terhadap valuasi saham-saham terkait AI yang telah memicu reli pasar dalam beberapa tahun terakhir mulai muncul ke permukaan. Investor teknologi raksasa Jepang, SoftBank Group, mengumumkan penjualan saham Nvidia senilai US$5,8 miliar, yang menyebabkan saham produsen chip tersebut kehilangan hampir 3% nilainya pada perdagangan hari Selasa. Selain itu, saham CoreWeave, perusahaan komputasi awan yang didukung Nvidia, merosot lebih dari 16% setelah perusahaan memangkas proyeksi pendapatan tahunannya akibat gangguan pada pusat data.

Sentimen pasar juga sedikit melemah dengan dirilisnya pembaruan mingguan angka penggajian awal ADP. Laporan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan swasta di Amerika rata-rata kehilangan 11.250 pekerjaan per minggu selama empat minggu yang berakhir pada 25 Oktober. Angka ini menambah catatan yang perlu diperhatikan oleh para investor.

Di tengah dinamika pasar, Presiden AS Donald Trump turut menyampaikan peringatan. Beliau mengisyaratkan potensi “bencana ekonomi dan keamanan nasional” jika Mahkamah Agung memutuskan untuk tidak menggunakan undang-undang kewenangan darurat untuk mengenakan tarif yang sangat besar. Peringatan ini menyoroti ketidakpastian politik yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi di masa mendatang.

Secara keseluruhan, volume perdagangan saham di bursa AS tercatat mencapai 15,3 miliar saham pada hari tersebut, sedikit di bawah rata-rata 20,8 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.

Leave a Comment