Wall Street Loyo, Saham Chip Anjlok Gegara Kesepakatan China?

Muamalat.co.id, NEW YORK – Indeks-indeks utama Wall Street menunjukkan pergerakan yang nyaris stagnan pada pembukaan perdagangan Senin (11/8/2025). Kondisi pasar ini sebagian besar dipengaruhi oleh kemerosotan saham perusahaan chip besar, yang terjadi menjelang batas waktu penting terkait tarif AS-China serta perubahan kebijakan perdagangan yang melibatkan pembagian pendapatan dari penjualan chip ke China kepada pemerintahan Trump.

Menurut laporan Reuters pada Senin (11/8/2025), pada bel pembukaan perdagangan, indeks Dow Jones Industrial Average terpantau naik tipis 8,8 poin atau 0,02%, mencapai level 44.184,36. Sementara itu, Indeks S&P 500 turun tipis 0,2 poin, menunjukkan pergerakan yang sangat minim di level 6.389,67. Di sisi lain, Nasdaq Composite berhasil menguat 9,6 poin atau 0,04% ke level 21.459,65, menandakan sentimen yang beragam di antara para investor.

Sektor semikonduktor menjadi perhatian utama di awal pekan ini. Saham raksasa Nvidia tercatat melemah 0,4% dalam perdagangan pre-market, sedangkan Advanced Micro Devices (AMD) turun 1,2%. Pelemahan ini terjadi setelah seorang pejabat AS mengungkapkan kepada Reuters bahwa perusahaan-perusahaan tersebut telah menyepakati pemberian 15% dari pendapatan penjualan chip komputer canggih mereka ke China kepada pemerintah Amerika Serikat. Kesepakatan ini muncul beberapa hari setelah Departemen Perdagangan mulai menerbitkan lisensi untuk penjualan chip Nvidia H20.

Wall Street Menguat, Nasdaq Catat Rekor Penutupan Tertinggi Dua Hari Beruntun

Kesepakatan yang memungkinkan penjualan semikonduktor ke China adalah bagian integral dari perjanjian yang ditandatangani Washington dengan Beijing di awal tahun ini. Pasar global kini menanti dengan cermat untuk melihat apakah perkembangan terbaru ini akan memengaruhi hubungan antara dua ekonomi terbesar di dunia, mengingat kesepakatan tersebut dijadwalkan berakhir pada hari Selasa. Robert Pavlik, seorang manajer portofolio senior di Dakota Wealth, mengomentari situasi ini, “Ini adalah cara yang baik bagi pemerintah Amerika Serikat untuk meningkatkan kas dan pendapatannya… namun banyak pihak berpendapat ini adalah cara yang salah.” Pavlik menambahkan, “Pemerintah China mungkin akan menggunakannya sebagai argumen bahwa mereka membutuhkan chip yang berbeda, karena chip-chip khusus ini mungkin rentan ditinjau oleh Amerika.”

Selain isu tarif AS-China dan kebijakan chip, pasar juga menantikan kejelasan mengenai tarif sektor yang telah diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump. Sementara itu, optimisme di kalangan investor juga didorong oleh antisipasi perombakan di Federal Reserve AS dan indikasi pelemahan di pasar tenaga kerja. Kondisi ini diperkirakan dapat mendorong bank sentral untuk mengadopsi sikap kebijakan moneter yang dovish pada akhir tahun ini.

Pentingnya data ekonomi menjadi sorotan. Laporan inflasi konsumen bulan Juli akan dirilis pada hari Selasa, dan berdasarkan data yang dikumpulkan oleh LSEG, investor saat ini memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas biaya pinjaman sekitar 60 basis poin pada bulan Desember. Di samping itu, musim laporan keuangan yang melampaui perkiraan telah membawa sedikit kelegaan bagi pasar. Sebuah survei manajer investasi bulanan oleh BofA bahkan menunjukkan bahwa investasi pada saham megacap kembali menjadi pilihan paling populer.

Beberapa saham individu juga menarik perhatian. Apple, misalnya, menjadi sorotan minggu lalu setelah mencatat kinerja mingguan terbaiknya dalam lima tahun terakhir, menyusul pengumuman serangkaian janji investasi di AS dari produsen iPhone tersebut. Namun, pada hari Senin, saham Apple justru turun 0,5%. Di sisi lain, Micron menunjukkan kinerja positif, dengan menaikkan proyeksi pendapatan kuartal keempat dan laba yang disesuaikan, didukung oleh permintaan kuat untuk teknologi kecerdasan buatan (AI). Hal ini mendorong saham Micron naik signifikan sebesar 5,1%.

Wall Street Naik, Perombakan The Fed Memicu Spekulasi Kebijakan yang Lebih Dovish

Perusahaan-perusahaan produsen litium yang terdaftar di AS juga mengalami kenaikan signifikan. Saham Albemarle dan Lithium Americas masing-masing melonjak lebih dari 10%. Kenaikan ini terjadi setelah raksasa baterai Tiongkok, Contemporary Amperex Technology (CATL), menghentikan produksi di sebuah tambang besar, memicu harapan bahwa langkah tersebut akan mengurangi kelebihan pasokan di pasar yang saat ini berjuang menghadapi permintaan yang lemah. Di sektor teknologi, saham Intel naik 2,7% setelah laporan menyebutkan CEO Lip-Bu Tan diperkirakan akan mengunjungi Gedung Putih, meskipun Trump telah menyerukan pemecatannya pekan lalu. Dalam konteks geopolitik yang lebih luas, Donald Trump juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Jumat untuk membahas potensi diakhirinya konflik di Ukraina.

Ringkasan

Wall Street dibuka dengan pergerakan yang cenderung stagnan, terutama dipengaruhi oleh penurunan saham perusahaan chip besar seperti Nvidia dan AMD. Penurunan ini terjadi menjelang batas waktu tarif AS-China dan kesepakatan pembagian pendapatan penjualan chip ke China kepada pemerintah AS sebesar 15%. Investor juga menantikan kejelasan mengenai tarif sektor yang diumumkan Presiden Trump dan potensi perombakan di Federal Reserve AS.

Selain itu, pasar mencermati data inflasi konsumen bulan Juli dan menantikan laporan keuangan yang melampaui ekspektasi. Saham Apple turun, sementara Micron naik karena permintaan teknologi AI. Saham produsen litium juga melonjak setelah penghentian produksi di tambang besar Tiongkok. Pertemuan Donald Trump dengan Vladimir Putin untuk membahas konflik Ukraina juga menjadi perhatian.

Leave a Comment