KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Setelah sempat tertekan di awal tahun, kinerja PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang menggembirakan. Penjualan bersih perusahaan mencatatkan pertumbuhan positif sebesar empat persen, mencapai sekitar Rp2,73 triliun pada periode sembilan bulan di tahun 2025. Tren positif ini menjadi sinyal kuat untuk prospek yang lebih cerah di tahun 2026.
Abida Massi Armand, Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, melihat peluang besar bagi SIDO untuk mengakselerasi kinerjanya tahun depan. Menurutnya, pemulihan penjualan di tahun 2025 menjadi modal berharga untuk mendorong pertumbuhan yang lebih solid. “Tren pertumbuhan ini berpotensi besar untuk berlanjut dan bahkan mengalami akselerasi pada tahun 2026,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (21/11/2025).
Ekspansi pasar ekspor diprediksi akan menjadi mesin utama penggerak pertumbuhan SIDO di tahun mendatang. Kawasan Afrika dan Indochina diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan, mencapai 10 persen terhadap total pendapatan, dengan target pertumbuhan ekspor sekitar 17 persen. Selain itu, diversifikasi produk, termasuk peluncuran lini vitamin dan nutraceutical baru, dinilai akan memperluas jangkauan pasar dan menopang margin keuntungan perusahaan.
“SIDO diproyeksikan mampu kembali mencatatkan pertumbuhan laba bersih dua digit pada tahun 2026,” imbuhnya, menegaskan keyakinannya terhadap prospek perusahaan.
Adhi Commuter (ADCP) Ungkap Penyebab Penurunan Kinerja pada Januari-September 2025
Mengenai target tahun 2025, Abida berpendapat bahwa SIDO masih memiliki peluang untuk memenuhi proyeksi pertumbuhan penjualan dan laba bersih di atas 5 persen. Namun, pencapaian ini sangat bergantung pada permintaan di kuartal IV, yang secara historis merupakan periode terkuat bagi perseroan.
“SIDO memang belum sepenuhnya berada di jalur yang aman, tetapi kuartal keempat secara historis selalu menjadi pendorong utama. Kuncinya terletak pada pemulihan daya beli konsumen dan pengelolaan biaya produksi yang efisien,” jelasnya.
Dari sisi margin, Abida menilai bahwa SIDO berada dalam posisi yang kokoh untuk mempertahankan tingkat profitabilitas yang tinggi. Gross margin perusahaan saat ini berada di kisaran 59 persen, didukung oleh strategi integrasi vertikal dan kontrol terhadap pasokan bahan baku. “Keunggulan kompetitif ini memungkinkan SIDO untuk menjaga net profit margin di sekitar 26 persen hingga 29 persen, bahkan di tengah tekanan biaya yang meningkat,” terangnya.
Lebih lanjut, Abida melihat arah sentimen jangka menengah terhadap saham SIDO kembali positif. Pemulihan kinerja di akhir tahun dan proyeksi pertumbuhan ekspor yang agresif pada tahun 2026 menjadi katalis utama yang akan mendorong harga saham.
“Fundamental SIDO sangat kuat. Neraca keuangan perusahaan bebas dari utang dan ROE (Return on Equity) mencapai 33,6 persen. Tekanan yang terjadi di kuartal pertama sudah tidak terlalu relevan karena sifatnya hanya sementara,” tegasnya.
Saat ini, BRI Danareksa Sekuritas memberikan rekomendasi “buy” untuk saham SIDO dengan target harga Rp640. Menurut Abida, valuasi saham SIDO saat ini berada pada level yang menarik.
“SIDO diperdagangkan pada P/E (Price-to-Earnings Ratio) sekitar 13,5 kali, yang merupakan diskon signifikan dibandingkan dengan rata-rata historisnya sebesar 17,6 kali. Ini merupakan peluang akumulasi yang menarik bagi investor jangka panjang,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa diskon valuasi ini lebih disebabkan oleh reaksi pasar terhadap kinerja kuartal I yang sempat kurang memuaskan, dan bukan karena penurunan fundamental perusahaan. Keyakinan akan rebound kinerja di kuartal akhir dan agresivitas ekspansi ekspor pada tahun 2026 diyakini akan memicu re-rating harga saham SIDO.
Dengan fundamental bisnis yang solid, ekspansi pasar yang semakin agresif, serta margin keuntungan yang stabil, SIDO dinilai memiliki potensi untuk menjadi salah satu emiten consumer healthcare dengan pertumbuhan paling menarik di tahun 2026.
Bidik Pendapatan Rp 200 Miliar, Jasnita Telekomindo (JAST) Genjot Ekspansi AI–IoT
Ringkasan
Kinerja PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) menunjukkan pemulihan dengan pertumbuhan penjualan bersih sebesar empat persen, mencapai Rp2,73 triliun. Analis memprediksi akselerasi kinerja SIDO di tahun 2026 didorong oleh ekspansi pasar ekspor, terutama ke Afrika dan Indochina, serta diversifikasi produk melalui peluncuran lini vitamin dan nutraceutical baru.
SIDO diperkirakan mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih dua digit pada tahun 2026. Dengan fundamental yang kuat, neraca keuangan bebas utang, dan ROE yang tinggi, saham SIDO direkomendasikan “buy” dengan target harga Rp640. Valuasi saham saat ini dinilai menarik dan menjadi peluang akumulasi bagi investor jangka panjang.