Harga Minyak Global Memanas, Ditopang Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Muamalat.co.id , JAKARTA — Harga minyak dunia terpantau menguat seiring dengan meningkatnya spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember 2025, yang mengimbangi prospek tercapainya kesepakatan damai antara Ukraina dan Rusia.

Melansir Reuters pada Selasa (25/11/2025), harga minyak jenis Brent naik 78 sen atau 1,3% menjadi US$63,34 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat 77 sen atau 1,3% ke level US$58,83 per barel.

Kedua harga minyak acuan tersebut ditutup di level terendah sejak 21 Oktober 2025 pada Jumat pekan lalu.

: Harga Emas Hari Ini Naik Terpengaruh Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengatakan pada Senin (24/11/2025) bahwa data yang tersedia menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih cukup lemah untuk mendukung pemangkasan suku bunga seperempat poin. Namun, keputusan selanjutnya akan bergantung pada data ekonomi yang tertunda akibat penutupan pemerintahan AS.

Suku bunga yang lebih rendah berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak karena menurunkan biaya pinjaman bagi konsumen dan pelaku usaha.

: : Trump dan Xi Jinping Kembali Berdialog soal Isu Global usai Gencatan Tarif Impor

Sejumlah broker global masih terbelah terkait kemungkinan Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga dalam pertemuan Desember 2025, menyusul sinyal beragam mengenai pertumbuhan lapangan kerja dan tingkat pengangguran pada pekan lalu.

Secara terpisah, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya melakukan percakapan telepon yang “sangat baik” dengan Presiden China Xi Jinping pada Senin, membahas perang Ukraina, perdagangan fentanyl, serta kesepakatan untuk petani. 

Pelaku pasar energi menilai setiap perkembangan positif antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Perang Rusia-Ukraina

AS dan Ukraina pada Senin berupaya mempersempit perbedaan dalam penyusunan rencana perdamaian untuk mengakhiri perang Rusia–Ukraina, setelah proposal AS sebelumnya dinilai terlalu menguntungkan Moskow oleh Kyiv dan sekutu Eropanya.

Menurut analis energi Ritterbusch and Associates, pelemahan harga minyak baru-baru ini terutama disebabkan laporan kemajuan dalam perundingan damai Rusia–Ukraina. Namun, mereka menilai penurunan premi risiko lebih dari 5% terlalu berlebihan, mengingat potensi konflik dapat berlarut dan kembali memicu risiko geopolitik pada pasar minyak.

Sanksi AS terhadap perusahaan minyak Rusia, Rosneft dan Lukoil, yang mulai berlaku pada Jumat, semestinya menjadi faktor pendorong harga. Namun pasar masih fokus pada perkembangan pembicaraan damai, menurut Jorge Montepeque, Managing Director Onyx Capital.

Pendapatan minyak dan gas Rusia diperkirakan turun sekitar 35% secara tahunan pada November 2025 menjadi 520 miliar rubel (US$6,59 miliar), dipicu harga minyak yang lebih rendah dan penguatan rubel, berdasarkan perhitungan Reuters.

Presiden Dewan Eropa Antonio Costa menyambut “momentum baru” dalam proses negosiasi dan menegaskan komitmen Uni Eropa untuk terus mendukung Ukraina.

Di sisi lain, Amerika Serikat secara resmi menetapkan Cartel de los Soles Venezuela sebagai organisasi teroris asing pada Senin, menambahkan sanksi terkait terorisme terhadap kelompok yang disebut melibatkan Presiden Nicolas Maduro dan sejumlah pejabat tinggi lainnya. 

Sanksi terhadap Venezuela, anggota OPEC, membantu menopang harga minyak dengan menekan ekspor negara tersebut.

Dari Jerman, survei terbaru menunjukkan sentimen bisnis kembali merosot pada November 2025, karena pelaku usaha semakin pesimistis terhadap peluang pemulihan ekonomi setelah dua tahun mengalami kontraksi.

JPMorgan memproyeksikan harga Brent di level US$57 per barel dan WTI di US$53 pada 2027, sambil mempertahankan proyeksi tahun 2026 masing-masing di US$58 dan US$54.

Leave a Comment