KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) pada tahun 2025 menunjukkan tanda-tanda pemulihan, namun terhambat oleh tekanan margin yang membatasi laju pertumbuhan yang lebih cepat.
Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Utama, berpendapat bahwa pencapaian kinerja PJAA hingga kuartal IV-2025 masih bergerak dalam tren moderat, belum mencapai target ambisius yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan.
“Hingga kuartal III-2025, PJAA membukukan pendapatan sekitar Rp 798 miliar, mengalami penurunan 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih juga mengalami tekanan, berada di kisaran Rp 58 miliar. Kombinasi antara beban operasional yang meningkat dan margin yang menyusut menjadi penyebab utama realisasi kinerja 2025 yang lebih rendah dari ekspektasi manajemen,” ungkap Ekky kepada Kontan pada hari Rabu (3/12/2025).
Prospek Pembangunan Jaya Ancol (PJAA) Masih Menarik pada 2026, Ini Rekomendasi Analis
Lebih lanjut, Ekky menjelaskan bahwa segmen rekreasi masih menjadi tulang punggung utama kinerja PJAA, didorong oleh stabilnya jumlah pengunjung di kawasan Ancol. Sementara itu, segmen properti belum memberikan kontribusi signifikan karena pasar yang masih selektif dan proses monetisasi aset yang memakan waktu lebih lama.
Menatap tahun 2026, Ekky melihat target yang ditetapkan PJAA masih dalam koridor realistis, asalkan perusahaan mampu menjaga efisiensi operasional dan secara aktif meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
“Industri pariwisata memang menunjukkan sinyal pemulihan, tetapi pemulihan di sektor properti diperkirakan akan berjalan lebih lambat. Oleh karena itu, kinerja PJAA pada tahun 2026 akan bergerak secara bertahap dan sangat bergantung pada strategi perusahaan dalam meningkatkan trafik pengunjung dan mengendalikan margin,” jelas Ekky.
Menurut Ekky, peluang terbesar bagi PJAA pada tahun 2026 terletak pada penyelenggaraan acara berskala besar, revitalisasi kawasan Ancol secara berkelanjutan, dan pemanfaatan momentum musim liburan. Meskipun demikian, sejumlah risiko juga perlu diwaspadai. “Risiko-risiko tersebut meliputi tekanan biaya operasional, faktor cuaca yang tidak menentu, persaingan ketat antar destinasi urban di wilayah Jabodetabek, serta lambatnya penjualan properti,” paparnya.
Ancol (PJAA) Dibayangi Pelemahan Kinerja 2025, Ini Prospek 2026 Menurut Analis
Dari perspektif pasar modal, Ekky menilai bahwa pergerakan saham PJAA dalam jangka pendek cenderung sideways, mengikuti sentimen musiman yang berlaku. Namun, prospek saham PJAA berpotensi membaik jika pada awal tahun 2026 terlihat indikasi perbaikan margin dan peningkatan trafik pengunjung yang lebih stabil.
“Secara valuasi, saham PJAA saat ini berada pada level yang moderat. Menurut pandangan saya, saham ini layak untuk dicermati dan diakumulasi secara bertahap pada rentang harga Rp 500 hingga Rp 520 per saham, dengan potensi kenaikan menuju Rp 600 ke atas dalam jangka menengah,” pungkas Ekky. Harga saham PJAA pada penutupan perdagangan hari Rabu (3/12/2025) tercatat naik 5,71% menjadi Rp 555 per saham.
Ringkasan
Kinerja PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) hingga kuartal IV-2025 dinilai moderat oleh analis Infovesta Utama, Ekky Topan. Pendapatan PJAA mengalami penurunan 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan laba bersih juga tertekan. Segmen rekreasi masih menjadi andalan, sementara segmen properti belum memberikan kontribusi signifikan.
Untuk tahun 2026, Ekky berpendapat target PJAA realistis dengan catatan efisiensi operasional dan peningkatan kunjungan. Peluang terbesar ada pada penyelenggaraan acara besar, revitalisasi Ancol, dan momentum liburan. Saham PJAA dinilai layak dicermati dan diakumulasi bertahap pada rentang harga Rp 500-Rp 520 per saham.