KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejumlah emiten yang memiliki aset dan operasi di Sumatra turut menjadi perhatian investor setelah banjir melanda berbagai wilayah pada awal Desember. Namun analis menilai dampaknya cenderung bersifat lokal dan tidak mengganggu operasional inti emiten-emiten tersebut.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan memaparkan, tekanan akibat banjir lebih banyak terjadi pada aspek distribusi dan logistik. Emiten seperti PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) berpotensi merasakan hambatan jangka pendek, mengingat rantai distribusi CPO dan kondisi jalan tol sangat sensitif terhadap cuaca ekstrem.
“Untuk ANJT, gangguan akses transportasi bisa menunda pengiriman, sementara JSMR mungkin mencatat sedikit penurunan trafik. Namun sifatnya temporer,” ujar Ekky kepada Kontan, Senin (8/12/2025).
Pefindo Sematkan Peringkat idA+ untuk Timah (TINS), Prospek Stabil
Sementara itu, dampak terhadap PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dinilai relatif minimal. Menurut Ekky, sebagian besar lokasi tambang dan aset migas kedua perusahaan berada di luar area terdampak langsung, serta telah memiliki protokol mitigasi cuaca ekstrem yang matang. “Gangguannya lebih teknis dan sementara. Produksi inti UNTR dan MEDC tidak menunjukkan hambatan signifikan,” jelasnya.
Ekky memperkirakan tekanan terhadap kinerja kuartalan emiten-emiten tersebut hanya bersifat terbatas, terutama terkait biaya operasional tambahan serta perlambatan aktivitas di beberapa titik. Pemulihan operasional diperkirakan berlangsung cepat, sekitar satu sampai dua minggu setelah akses logistik kembali normal. “Tidak ada indikasi gangguan jangka panjang terhadap produksi maupun pendapatan,” tegasnya.
Ia juga menyoroti peran perlindungan asuransi yang dimiliki emiten-emiten besar, termasuk proteksi atas aset dan gangguan bisnis. Mekanisme ini dinilai mampu meredam tekanan arus kas apabila terjadi kerusakan fisik atau terhentinya sebagian aktivitas operasional. Karena itu, risiko terhadap fundamental jangka panjang disebut sangat terbatas.
Dari sisi ketahanan, Ekky menilai UNTR dan MEDC berpotensi menjadi yang paling cepat pulih, seiring struktur operasi yang lebih tersebar dan mitigasi yang kuat. ANJT masih memiliki risiko sedikit lebih besar dari sisi distribusi, sementara JSMR diperkirakan pulih segera setelah kondisi jalan kembali stabil. “Fundamental seluruh emiten ini tidak berubah akibat banjir,” ujarnya.
WIKA Gedung (WEGE) Raih Kontrak Pembangunan Gedung DPR di IKN Senilai Rp 1,96 Triliun
Adapun pada perdagangan satu pekan yang lalu, saham UNTR tercatat naik 5,28% ke Rp 29.400 per saham. MEDC melemah 1,12% ke Rp1.320, JSMR turun 0,58% ke Rp3.420, sementara ANJT berada di Rp1.810 per saham.
Melihat berbagai faktor tersebut, Ekky menilai prospek UNTR dan MEDC masih positif untuk 2026. Valuasi yang relatif murah serta momentum komoditas disebut menjadi katalis pendukung. “UNTR dan MEDC masih layak dikoleksi, dengan potensi kenaikan yang menarik. JSMR juga tetap atraktif bagi investor defensif,” ujar da.