Kinerja indeks saham sektor energi (IDX Energy) di Bursa Efek Indonesia terus menunjukkan kekuatan, bahkan di tengah gejolak harga komoditas energi yang kerap fluktuatif.
Pada penutupan perdagangan Kamis (18/9/2025), IDX Energy berhasil menguat 0,77% dan bertengger di level 3.246,14. Performa impresif ini telah terlihat sepanjang tahun, dengan kenaikan mencapai 18,92% secara year to date (ytd) sejak awal tahun, di mana tren positifnya mulai tampak signifikan sejak bulan Mei lalu.
Menurut Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, penguatan indeks sektor energi beberapa bulan terakhir tak lepas dari dorongan kuat saham-saham konglomerasi dan emiten lapis kedua. Emiten-emiten ini aktif melakukan aksi korporasi strategis serta ekspansi ambisius ke sektor energi terbarukan, yang menarik perhatian investor. Lonjakan harga saham yang agresif ini turut disokong oleh sinyal positif dari pemerintah. Program hilirisasi dan arah kebijakan energi yang berfokus pada transisi menuju sumber energi terbarukan menjadi katalis penting yang memberikan sentimen positif bagi pasar.
Ekky menjelaskan, emiten-emiten seperti DSSA, CUAN, RAJA, dan TOBA memiliki bobot yang signifikan dalam perhitungan IDX Energy. Oleh karena itu, lonjakan harga saham mereka memiliki dampak besar terhadap kinerja indeks secara keseluruhan, seperti yang diungkapkannya pada Kamis (18/9/2025). Sebagai ilustrasi, harga saham DSSA mencatatkan kenaikan fantastis sebesar 192,96% ytd sejak awal tahun. Tak hanya itu, saham CUAN juga melesat 33,90% ytd, diikuti RAJA dengan kenaikan 2,80% ytd, dan TOBA yang melonjak signifikan sebesar 236,21% ytd.
Meski demikian, pergerakan indeks sektor energi ini belum sepenuhnya merefleksikan capaian kinerja keuangan emiten konstituennya saat ini. Kenaikan harga saham beberapa emiten di sektor ini lebih mencerminkan ekspektasi kuat investor terhadap prospek jangka menengah-panjang, alih-alih didorong oleh realisasi kinerja keuangan yang sudah tercapai. Secara spesifik di sektor batubara, pelemahan kinerja keuangan emiten memang telah diekspektasikan investor sejak awal tahun. Oleh karena itu, koreksi pada beberapa saham emiten batubara sudah terjadi lebih awal. Implikasinya, penurunan pendapatan atau laba bersih yang dialami emiten batubara pada semester I-2025 tidak lagi mengejutkan pasar. Ekky menambahkan, kondisi ini bisa berubah “kecuali jika nanti muncul data kinerja atau harga komoditas yang di luar ekspektasi”.
Senada, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan, menyoroti bahwa penguatan indeks sektor energi juga dipengaruhi oleh ekspektasi investor terhadap potensi pemulihan harga komoditas energi. Harga minyak mentah, gas, dan batubara diperkirakan akan membaik pada semester II-2025, memicu optimisme pasar. Sebagai contoh, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menunjukkan volatilitas tinggi dan sempat terkoreksi 10,18% ytd, mencapai level US$ 64,35 per barel pada Kamis (17/9) pukul 19.30 WIB. Meskipun demikian, dalam sebulan terakhir, harga minyak mentah ini justru menguat 4,28%, menandakan adanya pembalikan tren jangka pendek. Serupa, harga batubara tercatat anjlok 17,84% ytd ke level US$ 102,90 per ton pada Kamis (18/9). Namun, perlu dicatat bahwa posisi harga batubara saat ini jauh lebih stabil dan membaik dibandingkan beberapa bulan sebelumnya, ketika sempat menyentuh level terendah US$ 93 per ton pada pertengahan April silam. Menurut Nafan, perbaikan harga komoditas ini “membawa harapan bahwa kinerja keuangan emiten energi akan meningkat pada semester II-2025″, ujarnya pada Kamis (18/9/2025).
Peluang tersebut cukup realistis, mengingat secara historis, permintaan komoditas energi, khususnya batubara, cenderung meningkat menjelang akhir tahun, bertepatan dengan dimulainya musim dingin di berbagai belahan dunia. Meskipun demikian, risiko tetap membayangi emiten energi. Terutama jika pertumbuhan ekonomi negara konsumen batubara utama seperti China mengalami kontraksi signifikan pada semester II-2025, hal ini dapat menekan kembali harga komoditas.
Di sisi lain, Ekky Topan memperkirakan tren penguatan IDX Energy berpotensi berlanjut hingga akhir tahun ini. Namun, hal ini dengan catatan harga batubara dan gas dunia menunjukkan stabilitas atau bahkan mengalami rebound. Selain itu, sentimen positif berkelanjutan dari proyek transisi energi juga dapat menjadi katalis tambahan. Pengembangan Liquefied Natural Gas (LNG), pembangunan pembangkit energi hijau, serta program hilirisasi mineral dan batubara akan terus memberikan dorongan positif bagi indeks sektor energi.
Dari deretan saham energi, Ekky merekomendasikan MEDC, CUAN, RAJA, dan TOBA sebagai pilihan menarik bagi investor. Keempat emiten ini memiliki agenda transformasi dan aksi korporasi yang menjanjikan, serta diuntungkan langsung dari program transisi energi dan hilirisasi yang gencar digaungkan pemerintah. Secara spesifik, saham MEDC diproyeksikan berpotensi menguat ke kisaran level Rp 1.500—Rp 1.600 per saham. Sementara itu, saham CUAN berpeluang mencapai level Rp 2.000 per saham, dan RAJA menunjukkan potensi jangka panjang menuju level Rp 4.000 per saham. Adapun saham TOBA saat ini tengah menguji level resistensi di Rp 1.700 per saham, dengan potensi untuk melampaui level tersebut dalam jangka panjang.
Di sisi lain, Nafan dari Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan strategi akumulasi beli untuk saham CUAN dan AKRA. Dengan target harga masing-masing di level Rp 1.905 per saham untuk CUAN dan Rp 1.555 per saham untuk AKRA, prospek investasi di kedua emiten ini terlihat menjanjikan.
Ringkasan
Indeks Sektor Energi (IDX Energy) menunjukkan penguatan signifikan sepanjang tahun 2025, didorong oleh aksi korporasi emiten lapis kedua dan sentimen positif dari program hilirisasi serta transisi energi terbarukan. Saham-saham seperti DSSA, CUAN, RAJA, dan TOBA, yang memiliki bobot besar dalam IDX Energy, mencatatkan kenaikan harga yang signifikan, meskipun belum sepenuhnya merefleksikan kinerja keuangan saat ini.
Penguatan IDX Energy juga dipengaruhi ekspektasi investor terhadap pemulihan harga komoditas energi, seperti minyak, gas, dan batubara, pada semester II-2025. Analis merekomendasikan beberapa saham energi seperti MEDC, CUAN, RAJA, TOBA, dan AKRA untuk akumulasi beli dengan target harga yang bervariasi, mempertimbangkan potensi pertumbuhan dan manfaat dari program transisi energi.