Muamalat.co.id – JAKARTA. Harga emas batangan bersertifikat Antam keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) stabil pada awal pekan, membuka peluang menembus Rp 2,5 juta per gram hingga akhir tahun.
Mengutip situs Logam Mulia, harga emas Antam pada Senin (15/12) berada di Rp 2.464.000 per gram, naik Rp 2.000 dibandingkan pada Sabtu (13/12/2025) yang berada di level Rp 2.462.000 per gram.
Sementara itu, harga buyback emas Antam juga naik Rp 2.000 menjadi Rp 2.324.000 per gram dari sebelumnya Rp 2.322.000 per gram.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai level Rp 2,5 juta per gram masih realistis dicapai hingga akhir tahun, seiring tren bullish harga emas global.
Daftar Emas Antam Logam Mulia Hari Ini (15/12) Naik Rp 2.000 ke Rp 2.464.000 Per Gram
Ia menyebut permintaan bank sentral yang tetap kuat serta meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Asia Pasifik dan Karibia terus menopang minat terhadap aset safe haven.
Di tengah kondisi harga tinggi dan pasokan emas fisik yang relatif seret di pasaran, strategi investor dinilai perlu lebih selektif. Lukman menyarankan investor mulai memfokuskan strategi ke horizon jangka menengah dan panjang, terutama menuju 2026. “Strategi investor yang ideal adalah mengalokasikan 60%–70% untuk jangka panjang, dan 30%–40% untuk jangka pendek, masuk saat terjadi koreksi dan melakukan profit taking sebagian,” ujarnya.
Sementara itu, Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, menilai momentum kenaikan harga emas global membuka peluang emas Antam menyentuh Rp 2,5 juta per gram, meski investor tetap perlu mewaspadai potensi koreksi jangka pendek akibat aksi ambil untung.
Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 22.000 Jadi Rp 2.453.000 per Gram, Jumat (12/12)
“Dengan momentum harga emas dunia saat ini, target Rp 2,5 juta per gram cukup realistis jika sentimen global tetap mendukung,” kata Wahyu.
Ia memperkirakan emas Antam berpeluang mencapai kisaran Rp 2,8 juta hingga Rp 3 juta per gram, dengan catatan sentimen global tetap kondusif. Wahyu juga menekankan bahwa sentimen geopolitik dan arah kebijakan The Fed masih menjadi faktor penentu utama pergerakan harga emas hingga akhir tahun.
Untuk strategi, Wahyu menyarankan investor tetap disiplin dan tidak agresif mengejar harga. Ia menilai strategi pembelian bertahap atau Dollar Cost Averaging (DCA) dapat menjadi pilihan untuk meredam risiko volatilitas. Bagi investor jangka panjang, emas tetap relevan sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian global, sehingga fluktuasi jangka pendek dinilai tidak mengubah prospek utamanya.