IHSG diperkirakan bergerak konsolidatif di akhir 2025, cermati rekomendasi analis

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan terakhir Rabu (24/12/2025) ditutup melemah 0,55% ke level 8.537,91. 

Menjelang penutupan perdagangan tahun 2025, IHSG diperkirakan bergerak mixed cenderung konsolidatif dalam tiga hari perdagangan terakhir, yakni 29-31 Desember 2025.

Minimnya likuiditas dan absennya katalis kuat membuat pasar cenderung bergerak hati-hati menjelang libur Natal dan Tahun Baru.

Meneropong Prospek Kinerja Emiten BUMN di 2026 dan Saham Rekomendasi Analis

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana, menilai periode akhir tahun secara historis memang jarang melahirkan tren yang kuat.

“Mayoritas pelaku pasar sudah mengurangi aktivitas transaksi karena libur panjang, sehingga pergerakan IHSG cenderung konsolidatif. Namun peluang penguatan tetap ada, meski bersifat terbatas dan selektif,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (28/12/2025).

Hendra menjelaskan, potensi kenaikan IHSG dalam waktu dekat lebih tepat disebut sebagai technical rebound ketimbang awal tren bullish baru. 

“Minimnya katalis global dan domestik membuat pasar masih wait and see. Kenaikan biasanya dimanfaatkan untuk sell on strength, sementara penurunan dimanfaatkan untuk buy on weakness dengan porsi terbatas,” katanya.

Dari sisi teknikal, IHSG dinilai masih berada dalam fase konsolidasi yang relatif sehat. Support kuat IHSG berada di kisaran 8.414–8.500. “Selama area support ini mampu dipertahankan, risiko koreksi diperkirakan terbatas,” ujar Hendra.

Belanja Pemerintah Bisa Jadi Katalis, Simak Rekomendasi Saham Sektor Ritel

Sementara itu, resistance terdekat berada di area 8.600–8.650. Jika mampu ditembus dan bertahan, peluang penguatan lanjutan secara teknikal akan terbuka, meski tetap dibatasi oleh tipisnya likuiditas.

Ia menambahkan, rendahnya nilai dan volume transaksi berpotensi meningkatkan volatilitas intraday.

“Dengan transaksi yang tipis, pergerakan indeks bisa lebih mudah berfluktuasi meskipun tanpa volume besar. Karena itu, strategi agresif kurang disarankan,” imbuhnya.

Dalam kondisi pasar yang demikian, Hendra menyarankan investor tetap selektif dengan fokus pada saham-saham berlikuiditas tinggi.

BMRI dinilai menarik sebagai speculative buy dengan target Rp 5.200, seiring perannya sebagai bank besar yang relatif stabil dan kerap menjadi penopang IHSG.

Raharja Energi Cepu (RATU) Bakal Akuisisi Saham Kontraktor Hulu Migas Selat Madura

Selain itu, ANTM juga menarik untuk spec buy dengan target Rp3.400, didukung sentimen komoditas dan potensi rotasi sektor.

Untuk saham berisiko lebih tinggi, BULL dinilai menarik untuk trading dengan target Rp 430 per saham, meski investor perlu disiplin dalam manajemen risiko mengingat volatilitasnya.

SCMA juga masuk radar sebagai speculative buy dengan target Rp400 per saham, memanfaatkan peluang technical rebound setelah tekanan yang cukup panjang.

“Secara keseluruhan, sisa perdagangan 2025 lebih tepat dimaknai sebagai fase menjaga posisi dan persiapan menuju 2026, bukan untuk mengejar keuntungan besar. Selama IHSG bertahan di atas support kunci dan tidak muncul sentimen negatif mendadak, arah pasar cenderung stabil dengan kecenderungan sideways hingga menguat terbatas,” pungkas Hendra.

Leave a Comment