KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatatkan penurunan pendapatan sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Namun, emiten pertambangan ini berhasil membukukan penyusutan rugi bersih dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Rabu (17/12/2025), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melaporkan pendapatan sebesar US$ 1,28 miliar per kuartal III-2025, turun 22,81% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 1,66 miliar.
Sejalan dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan MDKA juga turun menjadi US$ 1,12 miliar, dari sebelumnya US$ 1,55 miliar. Alhasil, laba kotor justru meningkat menjadi US$ 166,05 juta, dibandingkan US$ 118,16 juta pada sembilan bulan pertama 2024.
Dari sisi operasional, MDKA mencatatkan laba usaha sebesar US$ 121,83 juta, naik dari US$ 78,78 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Cahayasakti Investindo Sukses (CSIS) Gelar RUPSLB, Bahas Tiga Agenda Ini
Beban umum dan administrasi masih tercatat cukup besar sebesar US$ 40,72 juta dan beban penjualan pemasaran tercatat US$ 3,5 juta.
Tekanan juga datang dari sisi keuangan. Beban keuangan bersih tercatat mencapai US$ 90,45 juta, sedikit meningkat dibandingkan US$ 83,01 juta pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, MDKA juga mencatat beban lain-lain bersih sebesar US$ 3,76 juta, turun dari US$ 24,67 juta.
Secara keseluruhan, MDKA membukukan laba periode berjalan sebesar US$ 14,29 juta, berbalik arah dari rugi US$ 19,62 juta pada sembilan bulan pertama 2024.
Meski demikian, jika ditelisik dari sisi laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, MDKA masih mencatatkan rugi sebesar US$ 34,76 juta, namun angka ini menyusut 48,13% dibandingkan rugi US$ 67,02 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Prospek dan Rekomendasi Saham
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan mengatakan penurunan top line MDKA per kuartal III-2025 terutama bukan karena harga emas yang melemah, tetapi karena komposisi bisnisnya yang kini jauh lebih terdiversifikasi.
Kontribusi terbesar pendapatan MDKA datang dari rantai nilai tembaga dan nikel seperti Wetar dan proyek-proyek hilirisasi nikel. Sementara emas hanya menjadi salah satu penopang.
“Di sembilan bulan pertama 2025, pendapatan MDKA turun sekitar 23% YoY menjadi US$ 1,28 miliar, meskipun harga emas berada di level tinggi,” kata Ekky kepada Kontan Kamis (18/12/2025) malam.
Penurunan ini banyak dipengaruhi oleh berkurangnya kontribusi segmen pengolahan nikel dan tembaga baik dari sisi volume maupun harga di tengah normalisasi harga beberapa komoditas dasar dan dinamika operasional di aset-aset tersebut.
“Dengan kata lain, kenaikan harga emas tidak cukup besar untuk meng-offset penurunan dari segmen lain yang bobotnya lebih besar terhadap pendapatan konsolidasian,” tambah Ekky.
Di sisi lain, rugi bersih yang menyusut hampir separuh menunjukkan adanya perbaikan kualitas profitabilitas. Perbaikan ini terutama didorong oleh membaiknya profitabilitas segmen emas, margin kotor emas naik signifikan seiring harga emas yang tinggi dan efisiensi biaya di tambang utama serta upaya efisiensi di rantai nikel yang mulai menekan biaya produksi per unit.
Kurs Rupiah Ditutup Melemah Dekati Level Terendah Sebulan, Jumat (19/12)
Selain itu, basis pembanding tahun lalu juga tertekan oleh berbagai biaya non operasional dan penyesuaian nilai tertentu, sehingga secara operasional kinerja 2025 memang terlihat lebih sehat meski secara akuntansi masih mencatat rugi.
Sementara itu, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, menilai penurunan pendapatan MDKA dipicu oleh melemahnya volume penjualan emas dan tembaga. Kendati demikian, perbaikan posisi rugi menunjukkan adanya peningkatan kinerja operasional perusahaan.
Indy menambahkan, investor perlu mencermati perkembangan proyek emas pada entitas anak usaha MDKA yaitu PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS), khususnya pada aktivitas penumpukan bijih serta target dimulainya produksi emas pada kuartal I/2026.
“Dari sisi fundamental, proyek EMAS berfokus pada tambang emas, tetapi karena baru akan beroperasi pada 2026, kinerjanya masih membukukan rugi bersih dan Return on Equity juga masih negatif,” ujar Indy kepada Kontan, Kamis (18/12/2025).
Adapun Ekky melihat kinerja MDKA per Kuartal III-2025 perlu dibaca dengan kacamata transisi. Di satu sisi, penurunan pendapatan menunjukkan bahwa bisnis masih sangat sensitif terhadap siklus harga komoditas dan dinamika operasional di aset tertentu.
Di sisi lain, tren penyusutan rugi bersih dan kenaikan EBITDA menandakan bahwa perusahaan mulai berhasil mengelola biaya dan mengoptimalkan portofolio asetnya.
“Fokus utama investor sebaiknya pada tiga hal, pertama, keberlanjutan margin di segmen emas apakah margin tinggi ini dapat dipertahankan jika harga emas terkoreksi, kedua, kejelasan roadmap dan profitabilitas jangka menengah dari proyek-proyek nikel dan tembaga yang selama ini banyak menguras capex dan ketiga, perkembangan struktur utang dan kemampuan perusahaan menjaga rasio leverage tetap terkendali di tengah kebutuhan investasi yang masih besar,” terang Ekky.
Dari sisi saham, Ekky menilai MDKA tetap tergolong emiten dengan profil risiko tinggi namun punya leverage menarik terhadap tren emas dan nikel jangka panjang. Secara valuasi, harga saham MDKA saat ini sudah sangat mencerminkan skenario pertumbuhan, sementara secara bottom line perusahaan masih merugi dan sensitif terhadap fluktuasi komoditas.
Untuk investor jangka pendek, MDKA lebih cocok diperlakukan sebagai saham trading yang mengandalkan momentum teknikal dan sentimen harga emas, bukan sebagai core holding. Untuk investor jangka menengah–panjang dengan profil risiko agresif, akumulasi bertahap bisa dipertimbangkan ketika harga mengalami koreksi ke area support dan sejalan dengan konfirmasi perbaikan operasional di laporan kuartalan berikutnya.
Dus, saat ini Ekky melihat secara teknikal MDKA masih bergerak stagnan dan kecenderungan melemah, direkomendasikan untuk wait and see sambil menunggu momentum lanjutan untuk entri.
“Mungkin menunggu ketika harga saham kembali ke support kisaran Rp 2.000 bisa awasi kembali,” jelas Ekky.
Sementara Indy merekomendasikan speculative buy saham MDKA di target harga Rp 2.700 per saham.
Bumi Resources (BUMI) Akuisisi Tambang Emas Jubilee, Begini Rekomendasi Sahamnya