KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Saham-saham perbankan bergerak variatif menjelang putusan suku bunga The Fed. Beberapa saham bank jumbo mencatatkan penguatan, sementara sebagian bank berkapitalisasi menengah justru melemah.
Pada penutupan perdagangan Senin (8/12/2025), dari jajaran big banks hanya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang harganya tercatat stabil di Rp 8.300 per saham.
Sementara, harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 0,47% dari perdagangan sebelumnya menjadi Rp 4.310. Pun, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 0,55% ke Rp 3.670, dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,02% ke Rp 4.950.
Sementara itu, dari jajaran bank tier dua, saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) kompak terkoreksi, masing-masing sebesar 0,28% ke Rp 1.770 dan 1,29% menjadi Rp 1.150 per saham.
BCA Nilai Dinamika Pasar KPR Menantang di Tengah Pelemahan Daya beli
Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menilai pergerakan saham perbankan hari ini dipengaruhi sentimen menjelang pengumuman kebijakan suku bunga The Federal Reserve. Termasuk, bangkitnya saham big banks setelah sempat tertekan dalam beberapa hari terakhir.
“Rebound ini ditopang oleh potensi berlanjutnya aliran dana asing. Arus beli asing menjadi katalis utama yang menopang penguatan big banks, sementara bank tier 2 cenderung melemah karena tidak mendapat akumulasi serupa,” jelas Ekky kepada Kontan. Senin (8/12/2025).
Memang, hari ini ada dua big bank yang berhasil mencatatkan net buy asing. Yakni BBCA dan BMRI, masing-masing sebesar Rp 58,27 miliar dan Rp 114,00 miliar. Sementara dua lainnya kompak menorehkan net sell asing, dengan BBRI sebesar Rp 147,98 miliar dan BBNI sebesar Rp 3,65 miliar.
Ekky menilai investor asing tampak mengambil posisi lebih selektif menjelang keputusan The Fed. Preferensi investor global saat ini kembali mengarah pada saham berkapitalisasi besar dengan profil risiko rendah.
Ekspektasi penurunan suku bunga AS pada 2025 juga dinilai menjadi alasan bank-bank besar lebih menarik karena diperkirakan akan lebih cepat merasakan pemulihan net interest margin (NIM) dan perbaikan kualitas aset.
Sebaliknya, bank tier dua masih berada dalam fase pemulihan kredit, terutama di segmen perumahan, UMKM, dan konsumer. Kondisi ini membuat investor asing mengambil strategi lebih defensif terhadap saham-saham perbankan menengah.
Terkait Relaksasi Kredit Bencana Sumatra, Begini Respons Manajemen BSI
Ke depan, Ekky melihat prospek sektor perbankan masih positif menjelang kuartal I-2026. Rotasi dana ke big banks diperkirakan berlanjut hingga arah kebijakan The Fed semakin jelas. Beberapa katalis yang perlu dicermati antara lain perkembangan NIM, pertumbuhan kredit kuartalan, kualitas aset pasca penguatan KIK dalam dua bulan terakhir, serta potensi penurunan suku bunga domestik.
“Jika tekanan global mereda dan aliran dana asing kembali menguat, sektor perbankan berpeluang menjadi motor utama penguatan IHSG secara konsisten,” ujarnya.
Untuk pilihan saham, Ekky menilai saham big banks masih menjadi opsi paling menarik. BMRI dan BBRI menawarkan kombinasi fundamental solid dan momentum teknikal yang membaik. Ia memperkirakan, saham BBRI berpeluang bergerak menuju Rp 4.500–5.000. Sementara BMRI berpotensi menguat ke kisaran Rp 5.600 dan bahkan menembus Rp 6.000 apabila arus dana asing tetap kuat.
Simpanan Giro Tumbuh Dua Digit, Pengusaha Tahan Ekspansi?