Sampoerna Agro (SGRO) targetkan produksi naik 5% di tahun 2026

Muamalat.co.id JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) menargetkan produksi minyak kelapa sawit (CPO) dan tandan buah segar (TBS) bisa tumbuh hingga 5% di tahun 2026.

Direktur Utama SGRO, Budi Setiawan Halim mengatakan, target produksi di tahun depan sebenarnya masih disusun. “Namun, mungkin tumbuh di kisaran 3-5% tahun depan,” ujarnya dalam Public Expose SGRO, Kamis (18/12/2025). 

Sebagai gambaran, total produksi TBS naik 13% secara tahunan menjadi 1,2 juta ton per kuartal III 2025. Ini lantaran meredanya dampak El-Nino yang terjadi pada semester II tahun 2023, yang mengakibatkan melemahnya produksi pada tahun 2024. 

Usai Diakuisisi, SGRO Menanti Restu OJK Untuk Lanjut Mandatory Tender Offer

Produksi TBS inti naik sebesar 12% secara yoy menjadi 846.810 ton, sedangkan produksi TBS eksternal (plasma dan pihak ketiga) naik sebesar 16% YoY menjadi 402.820 ton. 

Secara regional, total produksi TBS dari wilayah Sumatera naik sebesar 16% YoY menjadi 676.226 ton, sedangkan total produksi TBS dari wilayah Kalimantan meningkat sebesar 11% YoY. 

Berkat peningkatan total produksi TBS, produksi CPO ikut naik sebesar 13% YoY menjadi 248.022 ton dengan oil extraction rate (OER) stabil di 20,8% per kuartal III 2025. Selain itu, volume produksi palm kernel (PK meningkat sebesar 18% YoY menjadi 62.124 ton.

“Kami estimasi total TBS dari inti dan plasma (sepanjang 2025) semua itu kurang lebih mungkin naik dibanding tahun lalu sekitar 2-3% lebih tinggi,” ungkapnya. Jumlah produksi TBS inti SGRO di tahun 2024 sebanyak 1,16 juta ton dan TBS plasma 558.449 ton. 

Meskipun terjadi penurunan harga di awal kuartal IV 2025, tetapi harga CPO diakui SGRO masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga di tahun 2024.

Melansir Trading Economics, harga CPO saat ini di MYR 3.977 per ton, turun 10,51% sejak awal tahun alias year to date (YTD).

“Di kuartal IV ini memang ada sedikit penurunan, tetapi secara rata-rata tahun ini lebih tinggi dibanding tahun lalu,” katanya.

 

Budi bilang, di tahun 2026 permintaan bisa tetap baik, terutama dari pemerintah yang terus mendorong B40. Sebaliknya, produksi diperkirakan akan terkontraksi dan tidak akan banyak pertumbuhan. Alhasil, diprediksi harga CPO akan tetap kuat di tahun depan.

 

Dengan kondisi itu, penjualan SGRO juga ditargetkan bisa ikut meningkat sesuai dengan kondisi harga dan permintaan. Untuk perubahannya, nanti akan mengikuti tingkat persediaan TBS dan CPO perseroan di tahun depan, apakah lebih rendah atau lebih tinggi.

 

Hitungan kasarnya, target pertumbuhan penjualan di tahun 2026 sekitar 3% (setara dengan pertumbuhan produksi) ditambah berapa marjin persediaan SGRO. 

 

“Tapi tidak akan jauh, karena inventory kami tidak terlalu banyak, biasanya sekitar 10-20 ribu ton saja per tahun,” paparnya.

Leave a Comment