Theodora Manik: Investasi Cerdas? Pahami Risiko, Jangan Buru-Buru!

Setiap perjalanan investasi menyimpan kisah uniknya sendiri. Ada yang dimulai dari bonus pertama, ada pula yang terjun setelah melihat peluang menggiurkan. Namun, bagi Theodora V. N. Manik, yang kini menjabat sebagai Direktur Retail Mandiri Sekuritas, bibit investasi telah tertanam sejak usia dini, tumbuh dalam lingkungan keluarga yang akrab dengan dunia keuangan.

Bukan sekadar mencari nafkah, sang ayah membenamkan disiplin finansial kepada Dora, panggilan akrabnya, sejak kecil. Dari ayahnya, Dora belajar menabung setiap kali menerima uang, sebelum secara perlahan dikenalkan pada konsep investasi—bagaimana uang bisa bekerja untuk menambah nilai. Didikan sederhana ini meninggalkan kesan mendalam baginya; investasi bukan hanya tentang angka atau grafik, melainkan kebiasaan jangka panjang yang dibangun dari fondasi kuat. “Ayah mengajarkan saya untuk menabung dulu, lalu berinvestasi. Itu dasar yang sangat berharga karena membuat saya terbiasa berpikir panjang,” kenangnya.

Kebiasaan berharga itu terus terbawa hingga Dora dewasa dan bersentuhan langsung dengan berbagai instrumen keuangan. Fondasi yang dipupuk ayahnya membuatnya lebih berhati-hati, tak terburu-buru menaruh dana tanpa memahami risikonya. Prinsip inilah yang pada akhirnya terbukti menyelamatkannya dari banyak keputusan impulsif di kemudian hari.

Namun, layaknya kehidupan, dunia investasi tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya penuh tantangan, terutama akibat kondisi makroekonomi global. Salah satu momen paling membekas bagi Dora adalah saat pandemi Covid-19 melanda, ketika pasar modal Indonesia bergejolak hebat dan memicu aksi panic selling massal di kalangan investor. Di tengah ketidakpastian yang pekat, Dora memilih jalan berbeda. Ia menahan diri dari kepanikan, justru melihat peluang di balik badai yang menerpa.

Alih-alih menjual, ia justru membeli saham-saham dengan fundamental bagus di harga yang sedang tertekan. “Saya tetap tenang, fokus pada perspektif jangka panjang, dan masuk ke saham yang memang punya prospek baik,” ujarnya kepada KONTAN. Keputusan ini memang membutuhkan keberanian untuk melawan arus pasar, tetapi hasilnya positif. Ketika pasar modal mulai pulih, saham yang dibelinya menunjukkan kenaikan signifikan. Dari pengalaman ini, ia memetik pelajaran berharga: disiplin, kesabaran, dan fokus pada rencana jangka panjang jauh lebih berharga daripada reaksi spontan terhadap ketakutan sesaat.

Di sisi lain, Dora tidak menutupi bahwa ia juga pernah terjebak Fear of Missing Out (FOMO) atau sekadar ikut-ikutan tren. Suatu ketika, ia membeli sebuah saham hanya karena tergoda euforia pasar, tanpa riset mendalam. Keputusan impulsif ini berakhir pada kerugian, meskipun tidak dalam jumlah besar. Namun, dari pengalaman inilah ia belajar bahwa edukasi, riset, dan pemahaman mendalam terhadap suatu saham atau produk investasi adalah kunci utama.

Dua pengalaman kontras—keberhasilan melawan kepanikan pandemi dan kerugian akibat FOMO—membentuk filosofi investasi yang ia pegang teguh hingga kini. Baginya, investasi bukanlah jalan pintas menuju kekayaan, melainkan sebuah perjalanan yang menuntut pemahaman, perencanaan matang, dan kesabaran. Filosofi sederhana ini tetap relevan bagi seluruh investor, dari pemula hingga berpengalaman.

Di atas semua prinsip tersebut, ada satu hal yang bagi Dora tidak bisa ditawar: diversifikasi. Menaruh seluruh dana di satu instrumen saja, menurutnya, memiliki risiko yang sangat tinggi. Mengingat pasar saham bisa naik turun kapan saja dalam waktu singkat, diversifikasi adalah cara esensial untuk menjaga keseimbangan dan melindungi aset keuangan para investor.

“Saya selalu membagi portofolio ke beberapa instrumen. Ada yang untuk jangka pendek, ada yang untuk jangka panjang. Itu membuat saya merasa lebih tenang,” ucap Dora. Ia menyebut dirinya sebagai investor dengan tipe moderat, membagi 50% dananya ke tabungan dan deposito, sementara sisanya tersebar di obligasi, reksadana, dan saham. Tak hanya itu, ia juga menekankan pentingnya memisahkan dana investasi dari kebutuhan hidup. Uang untuk investasi tidak boleh berasal dari dana darurat atau anggaran belanja sehari-hari. “Kalau gunakan uang yang seharusnya untuk kebutuhan pokok, investasi justru akan menjadi beban. Padahal, seharusnya investasi memberi rasa aman, bukan tekanan,” tuturnya.

Sebagai direksi di bidang ritel yang sering bertemu dengan investor muda, Dora berpesan bahwa investasi bukan tentang seberapa cepat mendapatkan keuntungan, tetapi seberapa konsisten menjaga langkah. “Fokuslah pada tujuan jangka panjang, pahami apa yang diinvestasikan, dan jangan mudah terpengaruh euforia pasar,” tegasnya. Ia percaya, generasi muda di Indonesia memiliki modal besar untuk memulai perjalanan investasi mereka, terutama dari akses informasi dan teknologi. Tantangannya adalah bagaimana menggunakan kedua hal tersebut dengan bijak.

Dora menyarankan generasi muda untuk memanfaatkan keunggulan mereka dalam hal teknologi. Platform digital kini menyediakan banyak data, riset, dan informasi yang bisa diakses secara instan. “Gunakan teknologi bukan hanya untuk mengikuti tren, tetapi juga untuk memperkaya wawasan. Generasi muda punya keunggulan besar di sini,” ujarnya. Pada akhirnya, ia percaya, kesabaran dan konsistensi akan menjadi pembeda. Generasi muda yang mampu menggabungkan semangat tinggi dengan disiplin, pengetahuan mendalam, dan pemanfaatan teknologi secara bijak, akan memiliki peluang besar untuk menikmati hasil investasi yang manis di masa depan.

Ringkasan

Theodora Manik, Direktur Retail Mandiri Sekuritas, menekankan pentingnya disiplin finansial sejak dini, belajar dari ayahnya untuk menabung sebelum berinvestasi. Pengalaman pahit saat pandemi mengajarkannya untuk tetap tenang dan fokus pada fundamental saham jangka panjang, sementara pengalaman FOMO menekankan pentingnya edukasi dan riset mendalam sebelum berinvestasi.

Filosofi investasi Theodora adalah memahami risiko, merencanakan dengan matang, dan bersabar. Ia menekankan pentingnya diversifikasi portofolio untuk menjaga keseimbangan dan memisahkan dana investasi dari kebutuhan pokok. Bagi investor muda, ia menyarankan untuk fokus pada tujuan jangka panjang, memahami investasi, dan menggunakan teknologi dengan bijak untuk memperkaya wawasan.

Leave a Comment