
Muamalat.co.id, JAKARTA — Pasar saham Indonesia sedang diuji dengan gelombang penarikan dana investor asing yang masif pada awal September 2025. Fenomena ini tercermin dari data net sell asing yang membengkak, dengan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi target penjualan terbesar, mencapai Rp4,29 triliun hanya dalam sepekan terakhir.
Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), aktivitas jual bersih atau net sell asing pada akhir pekan, Kamis (4/9/2025), mencapai Rp305,18 miliar. Angka ini melonjak signifikan untuk skala mingguan, di mana total net sell asing telah menembus Rp5,3 triliun. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan karena secara sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd) sejak awal 2025, arus dana asing keluar dari pasar saham Indonesia telah mencapai angka fantastis Rp55,12 triliun.
Di tengah derasnya arus keluar tersebut, saham-saham perbankan jumbo menjadi sorotan utama. BBCA, emiten berkapitalisasi pasar besar, mengalami tekanan jual asing terparah. Dalam sepekan terakhir, net sell asing di saham BBCA tercatat sebesar Rp4,29 triliun, menambah total net sell asing di saham tersebut sepanjang tahun ini menjadi Rp23,3 triliun.
Tak hanya BBCA, bank raksasa lainnya, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), juga merasakan dampak serupa dengan mencatatkan net sell asing sebesar Rp908 miliar dalam kurun waktu sepekan. Selain sektor perbankan, sejumlah saham dari sektor lain turut terdampak. PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) mencatatkan net sell asing Rp234 miliar, diikuti oleh PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) sebesar Rp215 miliar, dan PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) dengan Rp205 miliar dalam sepekan.
Eksodus investor asing dari pasar saham Indonesia ini diyakini berkaitan erat dengan fenomena yang dikenal sebagai September Effect. Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Arifin, menjelaskan bahwa secara historis, fenomena September Effect atau juga kerap disebut Black September, sering menjadi pemicu pelemahan pasar saham. Menurutnya, bulan ini seringkali ditandai dengan volatilitas pasar yang tinggi, dipicu oleh berbagai faktor.
“Secara historis, September dikenal sebagai bulan paling volatil. Salah satunya karena kebutuhan pembiayaan rutin, seperti sekolah anak sehingga membuat investor melepas portofolionya,” ujar Arifin dalam diskusi Market Update, yang dikutip pada Jumat (5/9/2025).
Sejalan dengan pandangan tersebut, Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Felix Darmawan, sebelumnya memperkirakan bahwa tekanan net sell asing di pasar saham Indonesia masih akan berlanjut dalam sepekan ini. Felix menyoroti isu politik domestik sebagai salah satu pendorong utama ketidakpastian yang mempengaruhi keputusan investor.
“Investor asing biasanya cepat melakukan reposisi portofolio ketika melihat ada potensi ketidakpastian, apalagi ditambah faktor global seperti arah kebijakan The Fed yang masih jadi perhatian. Jadi volatilitas masih tinggi,” jelas Felix kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Felix mengemukakan bahwa saham-saham bank jumbo seperti BBCA dan BMRI menjadi target utama net sell asing karena bobotnya yang signifikan di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini menjadikan tekanan jual asing terlihat paling besar di sektor perbankan, mengingat dampak besarnya terhadap pergerakan indeks secara keseluruhan.
Namun demikian, Felix juga memberikan secercah harapan. Ia percaya bahwa pola net sell asing ini umumnya tidak berlangsung lama, terutama jika fundamental makroekonomi Indonesia tetap solid. “Jadi, ada kemungkinan setelah gelombang pelepasan, investor asing kembali masuk selektif, terutama ke saham bank besar dan emiten berbasis consumer,” pungkas Felix.