Saham Bank Mandiri & BUMN Lain Anjlok: Efek Deposito Dolar AS?

Muamalat.co.id, JAKARTA — Di tengah gema pengumuman strategis mengenai kenaikan suku bunga deposito valuta asing, pergerakan saham perbankan pelat merah atau Himbara justru menunjukkan arah yang berlawanan. Pada perdagangan pagi hari Kamis (25/9/2025), saham-saham perbankan milik negara ini kompak melemah, memicu pertanyaan di kalangan investor mengenai respons pasar terhadap kebijakan yang diharapkan menjadi daya tarik baru.

Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi salah satu yang paling tertekan, terkoreksi 0,46% atau 20 poin ke level Rp4.370 per saham pada pukul 09.30 WIB. Penurunan ini memperpanjang tren negatif yang telah berlangsung. Dalam sepekan terakhir, BMRI melemah 0,90%, dan dalam sebulan merosot tajam 10,63% atau 520 poin. Lebih jauh, secara kuartalan saham ini terkoreksi 12,84%, dan ambles 23,16% atau 1.320 poin sepanjang tahun berjalan (year to date).

Tak ketinggalan, tekanan jual turut menyelimuti saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI), yang turun 0,72% atau 30 poin ke Rp4.160 per saham. Dalam tujuh hari perdagangan terakhir, BBNI merosot 3,92%, dan dalam sebulan terkoreksi 5,24%. Meski demikian, terdapat sedikit optimisme dengan kenaikan tipis 0,48% secara tiga bulanan. Namun, kinerja year to date-nya masih mencatat pelemahan sebesar 4,37%.

Penurunan yang lebih signifikan terlihat pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), yang anjlok 1,2% atau 50 poin ke level Rp4.110 per saham. Dalam sepekan terakhir, BBRI kehilangan 3,29% nilainya. Uniknya, bank terbesar di Indonesia ini masih mampu membukukan kenaikan tipis 0,49% dalam sebulan terakhir. Secara tiga bulanan, saham ini bahkan menguat 8,99%, dengan kinerja year to date yang positif, naik 0,98% atau 40 poin.

Di tengah sentimen negatif, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) juga ikut terkoreksi tipis 0,37% atau 10 poin ke Rp2.680 per saham. Namun, BRIS menonjol dari bank pelat merah lainnya dengan mencatat kenaikan impresif 2,68% dalam sepekan terakhir. Meskipun dalam sebulan sahamnya turun 1,83%, secara tiga bulanan BRIS berhasil naik 5,1%. Sepanjang tahun berjalan, saham syariah ini masih melemah tipis 1,47%.

Adapun, faktor yang diharapkan menjadi katalis positif bagi perbankan pelat merah ini adalah keputusan kolektif Himbara untuk menaikkan suku bunga deposito valuta asing (valas) berdenominasi dolar AS menjadi 4,00% per tahun. Langkah ini melibatkan empat bank BUMN utama, yaitu BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN, serta BSI yang merupakan anak usaha BMRI, dengan pengumuman kebijakan tersebut telah terpampang di situs resmi mereka. Tingkat bunga deposito dolar AS sebesar 4,00% ini berlaku seragam untuk semua tiering nominal dan tenor simpanan, sebuah terobosan untuk menarik lebih banyak dana.

Kebijakan strategis ini menyingkirkan rentang suku bunga sebelumnya yang hanya berkisar antara 0,20% hingga 2,5% per tahun. Penyesuaian ini menunjukkan komitmen bank-bank Himbara untuk bersaing lebih agresif di pasar deposito valas. BNI dan Bank Mandiri menginformasikan bahwa suku bunga baru ini akan mulai berlaku efektif pada 5 November 2025.

Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, mengemukakan bahwa langkah ini dirancang sebagai magnet baru bagi investor ritel maupun institusi, baik domestik maupun internasional, yang tengah mencari instrumen simpanan dengan imbal hasil kompetitif di tengah kondisi pasar global yang masih diliputi ketidakpastian. Hery menambahkan, kebijakan ini tidak hanya memberikan alternatif diversifikasi portofolio bagi investor, tetapi juga mempertegas posisi BRI sebagai bank dengan fundamental kuat dan likuiditas stabil. “Dengan tingkat bunga yang lebih menarik, BRI membuka peluang bagi investor untuk memperoleh imbal hasil optimal sembari mengakses stabilitas sistem keuangan Indonesia yang terus berkembang,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Senada, Direktur Utama BNI, Putrama Wahju Setyawan, menjelaskan penyesuaian suku bunga ini merupakan strategi vital perseroan untuk menghadirkan nilai tambah bagi nasabah, khususnya yang selama ini lebih banyak menempatkan dana valas di luar negeri. “Fokus kami adalah memberikan imbal hasil yang atraktif agar dana valas bisa lebih banyak terserap di dalam negeri. Dengan tingkat bunga yang lebih menarik, BNI membuka peluang bagi nasabah yang selama ini menempatkan dana valasnya di luar negeri untuk berinvestasi di Tanah Air,” pungkas Putrama.

Ringkasan

Saham-saham perbankan BUMN (Himbara) mengalami pelemahan meskipun ada pengumuman kenaikan suku bunga deposito valuta asing (valas) berdenominasi dolar AS menjadi 4,00% per tahun. Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara Indonesia (BBNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencatatkan penurunan harga saham, sementara Bank Syariah Indonesia (BRIS) terkoreksi tipis namun mencatatkan kenaikan mingguan yang positif. Kenaikan suku bunga deposito valas ini diharapkan menjadi daya tarik bagi investor ritel dan institusi untuk berinvestasi di dalam negeri.

Langkah Himbara menaikkan suku bunga deposito valas bertujuan untuk memberikan imbal hasil yang lebih kompetitif dan menarik dana valas yang selama ini ditempatkan di luar negeri. Direktur Utama BRI dan BNI menyatakan bahwa kebijakan ini akan memberikan nilai tambah bagi nasabah dan mempertegas posisi bank sebagai lembaga keuangan yang stabil dan likuid. Suku bunga baru ini rencananya akan efektif berlaku mulai 5 November 2025.

Leave a Comment