Danantara Injeksi Dana Segar! Likuiditas Pasar Saham Indonesia Melesat?

Muamalat.co.id, JAKARTA — Kabar baik bagi pasar modal Indonesia! PT Danantara Investment Management (Persero) siap unjuk gigi dengan suntikan dana investasi jumbo senilai US$10 miliar, atau setara dengan Rp165,8 triliun. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat likuiditas pasar saham Indonesia, menjadikannya lebih menarik bagi investor.

Pandu Sjahrir, Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, mengungkapkan bahwa sebagian besar dana, sekitar 80%, akan diprioritaskan untuk proyek-proyek strategis di dalam negeri. Sementara itu, 20% sisanya akan dialokasikan untuk investasi di luar negeri, diversifikasi portofolio yang cerdas.

“Bulan ini menjadi tonggak awal penyaluran modal kami,” tegas Pandu, seperti dikutip dari Reuters pekan lalu. “Dalam tiga bulan pertama, target kami adalah menginvestasikan hampir seluruh US$10 miliar tersebut.”

Lantas, proyek apa saja yang akan menjadi fokus awal Danantara? Beberapa di antaranya adalah pembangunan desa haji di Arab Saudi, proyek energi hulu yang menggandeng Pertamina, serta inisiatif waste to energy yang inovatif. Proyek-proyek ambisius ini diperkirakan akan mulai beroperasi pada akhir tahun 2025, memberikan dampak nyata bagi perekonomian.

Khusus untuk proyek waste to energy, atau Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL), Danantara mengalokasikan dana yang signifikan, berkisar antara Rp66 triliun hingga Rp99 triliun. Investasi ini akan digunakan untuk membangun fasilitas PSEL di 33 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, sebuah solusi berkelanjutan untuk masalah sampah perkotaan.

Perkiraan investasi untuk setiap titik PSEL berkapasitas 1.000 ton per hari, lengkap dengan infrastruktur pendukungnya, adalah sekitar Rp2 hingga Rp3 triliun. Ini menunjukkan komitmen Danantara terhadap investasi yang terukur dan berdampak besar.

Namun, ambisi Danantara tidak hanya terbatas pada sektor riil. Mereka juga memiliki visi untuk meningkatkan likuiditas pasar saham Indonesia, yang saat ini masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga seperti India. Rerata nilai perdagangan harian di Indonesia saat ini berada di kisaran US$1 miliar, jauh di bawah India yang mencapai US$10 hingga US$11 miliar.

“Kita membutuhkan pasar modal yang kuat agar private market bisa masuk,” jelas Pandu. “Pasar saham adalah sarana penting untuk mengalirkan kembali modal tersebut, menciptakan siklus investasi yang sehat.”

Dengan alokasi 5%-10% dari total dana investasi untuk memperkuat pasar saham, Danantara berpotensi menyuntikkan dana segar senilai Rp8,29–Rp16,58 triliun. Angka ini menggarisbawahi komitmen mereka untuk menjadi liquidity provider yang signifikan di pasar modal Indonesia, sesuai dengan pernyataan Pandu pada April 2025.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyambut baik inisiatif Danantara untuk menjadi penyedia likuiditas. Meskipun peraturan BEI saat ini hanya mengizinkan Anggota Bursa untuk berperan sebagai liquidity provider, BEI terbuka untuk kolaborasi. Nyoman, perwakilan BEI, menyatakan bahwa BEI akan mendukung Anggota Bursa, terutama anak perusahaan BUMN, untuk turut serta menjadi liquidity provider, tidak hanya untuk perusahaan lighthouse, tetapi juga untuk saham-saham yang masuk ke dalam Daftar Efek Liquidity Provider Saham.

Sebelumnya, Danantara juga telah menunjukkan komitmennya dengan bertindak sebagai liquidity provider saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan tajam hingga trading halt. Langkah ini menunjukkan kesiapan mereka untuk berperan aktif dalam menjaga stabilitas pasar.

Rohan Hafas, Managing Director Stakeholders Management Danantara Indonesia, menekankan bahwa pelaku usaha dan investasi memiliki peran penting dalam transformasi ekonomi. Danantara meyakini bahwa investasi strategis dapat mendorong pertumbuhan dan menciptakan nilai tambah bagi negara.

“Danantara bahkan sempat masuk ke pasar modal saat bursa mengalami tekanan cukup dalam,” ungkap Rohan dalam gelaran Bisnis Indonesia Award 2025. “Seperti kita tahu, likuiditas di bursa masih relatif dangkal, sehingga sangat mudah naik dan turun.”

Sebagai informasi, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat memberhentikan sementara perdagangan atau trading halt IHSG setelah turun 5% pada 18 Maret 2025. Kemudian, pada bulan April, IHSG kembali mengalami penurunan signifikan hingga lebih dari 8%.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

PT Danantara Investment Management akan menginvestasikan US$10 miliar (Rp165,8 triliun) untuk meningkatkan likuiditas pasar saham Indonesia. Sebagian besar dana, sekitar 80%, akan dialokasikan untuk proyek strategis di Indonesia, termasuk pembangunan desa haji, proyek energi, dan pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) di 33 kabupaten/kota.

Danantara juga berencana mengalokasikan 5%-10% dari total investasi untuk memperkuat pasar saham Indonesia, setara dengan Rp8,29–Rp16,58 triliun. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyambut baik inisiatif ini dan terbuka untuk kolaborasi, mendukung Anggota Bursa untuk menjadi liquidity provider. Sebelumnya, Danantara telah menunjukkan komitmennya dengan bertindak sebagai liquidity provider saat IHSG mengalami tekanan.

Leave a Comment