Muamalat.co.id , BATUSANGKAR – Bank Indonesia perkirakan pada kuartal IV-2025 ada peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatra Barat seiring adanya momen liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 di penghujung tahun nanti.
Kepala BI Sumbar, M. Abdul Majid Ikram mengatakan Ranah Minang yang terkenal dengan keindahan alamnya akan menjadi daya tarik dan pilihan bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk liburan Nataru ke Sumbar.
“Sektor pariwisata, UMKM, dan transportasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi Sumbar pada penutupan tahun 2025 nanti,” katanya, Jumat (21/11/2025).
: Sumbar Butuh Rp120 Triliun untuk Kejar Pertumbuhan Ekonomi 7,3% pada 2029
Majid menyampaikan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal III-2025 tumbuh sebesar 3,36% yoy dibanding triwulan III-2024 yang ditopang adanya sektor lapangan usaha jasa lainnya serta lapangan usaha industri pengolahan.
Di mana sektor lapangan usaha jasa lainnya serta lapangan usaha industri pengolahan ini secara berurutan mengalami pertumbuhan yang paling tinggi yaitu sebesar 10,10% dan 9,06%. Diikuti lapangan usaha jasa pendidikan sebesar 7,69%, serta lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 6,93%.
: : Gencarkan Pemanfaatan EBT, Sumbar Menuju Lumbung Energi Hijau Nasional
“Jadi di kuartal IV-2025 yang tengah berjalan ini, peluang sektor pariwisata menjadi harapan mencapai target pertumbuhan ekonomi Sumbar sebesar 4% pada 2025 ini,” tegasnya.
Melihat dari pertumbuhan ekonomi Sumbar pada kuartal IV-2025 ini sebesar 3,36% yoy, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi secara qtq minimal 1%, dengan demikian target 4% pertumbuhan ekonomi Sumbar di tahun ini bisa terwujud.
: : Ini Penyebab Harga Komoditas Gambir di Sumbar Tak Kunjung Naik
“Jadi target ini kami tidak tinggi-tinggi dan realitas dengan kondisi Sumbar saat ini. Saya berharap dengan adanya geliat pertanian, perkebunan, dan di dorong pariwisata nantinya, secara angka bisa lebih dari target,” harap Majid.
Terpisah, Kepala BPS Sumbar Sugeng Arianto menyampaikan selain adanya sektor lapangan usaha jasa lainnya serta lapangan usaha industri pengolahan ini secara berurutan mengalami pertumbuhan yang paling tinggi, untuk lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan juga memiliki peran yang dominan pada pertumbuhan ekonomi triwulan III-2025 yakni tumbuh sebesar 2,83%.
Dia menjelaskan melihat pada ekonomi Sumbar triwulan III-2025 dibandingkan dengan triwulan III-2024 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 3,36% yoy. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh komponen impor luar negeri yaitu sebesar 52,18%.
Perlu diingat, kata Sugeng, bahwa komponen ini adalah faktor pengurang PDRB.
Kemudian untuk komponen ekspor luar negeri tumbuh sebesar 38,53%, komponen PK-LNPRT tumbuh sebesar 6,08%, dan komponen PK-RT tumbuh sebesar 1,64%.
Sebaliknya, komponen yang mengalami kontraksi yaitu komponen PK-P sebesar 0,61%, dan komponen PMTB yang terkontraksi sebesar 1,16%.
Menurutnya, untuk struktur PDRB Sumbar menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku triwulan III- 2025 secara kontribusi tidak menunjukkan banyak perubahan.
Di mana untuk perekonomian Sumbar didominasi oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 21,79% diikuti oleh lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 17,10%, lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 10,62%, lapangan usaha konstruksi sebesar 9,65%, dan lapangan usaha Industri pengolahan sebesar 9,04%.
“Jadi peranan kelima lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Sumbar mencapai 68,20%,” sebutnya.
Kemudian bila dilihat pada kondisi triwulan III-2025 terhadap triwulan II-2025 (qtq), pertumbuhan ekonomi Sumbar mengalami kontraksi sebesar 0,10%.
Lapangan usaha yang mengalami kontraksi paling dalam adalah lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 21,04%, diikuti lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 5,64%.
Sugeng menjelaskan untuk lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang memiliki peran dominan juga terkontraksi sebesar 0,11%.
Adapun pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan sebesar 8,81%, serta lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 7,82%.
Selain itu, secara regional Sumatra, pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 7,48%, diikuti oleh Sumatera Selatan sebesar 5,20%, Lampung sebesar 5,04%, Riau sebesar 4,98%, Jambi sebesar 4,77%, Bengkulu sebesar 4,56 %, Sumatera Utara 4,55%, Aceh sebesar 4,46%, Sumatera Barat sebesar 3,36%, dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 3,21%.
Melihat kondisi ini, Gubernur Sumbar Mahyeldi menyoroti pentingnya memperkuat strategi ekspor dan relasi antar wilayah agar Sumbar memperoleh nilai tambah ekonomi yang lebih besar.
Dia juga menilai perlunya langkah relokasi industri ke daerah-daerah potensial seperti Kabupaten Lima Puluh Kota, guna mendekatkan produsen dengan sumber bahan baku.
“Kalau bisa, industri ini jangan semuanya terpusat di Padang. Sebagian sebaiknya diarahkan ke daerah yang punya potensi bahan baku supaya rantai pasoknya lebih efisien dan nilai tambahnya kembali ke daerah,” ujar Mahyeldi.
Oleh karena itu, dia menekankan pentingnya validitas data dalam mendukung arah kebijakan pembangunan daerah.
“Kami perlu memastikan semua transaksi dan data ekonomi terekam dengan baik. Ini jadi dasar untuk mengambil kebijakan yang tepat,” tutupnya.